Kapan terakhir kali berlibur?
Kalau saya sih biasanya memanfaatkan acara tertentu untuk berlibur, mulai dari kondangan hingga perjalanan dinas. Kali ini saya mendapatkan tugas untuk menghadiri sebuah acara di Kota Purwokerto, Jawa Tengah. Dulu saya mengira Purwokerto dan Purwakarta itu sama. Namun, ternyata keduanya berbeda. Purwakarta merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Sementara itu, Purwokerto ialah ibukota Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah.
Sayangnya, penerbangan rute Denpasar-Purwokerto belum tersedia. Oleh karena itu, saya memutuskan naik pesawat menuju Surabaya, selanjutnya menggunakan transportasi lain. Sebenarnya, ada transportasi bus rute Denpasar-Purwokerto, namun perjalanannya memakan waktu sekitar 28 jam. Pilihan saya jatuh pada bus sugeng rahayu Traveloka rute Surabaya-Purwokerto dengan waktu tempuh sekitar 14 jam.
Berhubung ini kegiatan wisata sambilan, saya tidak leluasa untuk mengunjungi banyak destinasi wisata di Purwokerto. Maka dari itu, pilihan saya jatuh pada destinasi sejuta umat di Purwokerto, yaitu lokawisata Baturraden.
Wisata alam selalu menjadi pilihan untuk mengalihkan kepenatan rutinitas. Barangkali inilah sebabnya lokawisata Baturraden tak pernah absen dari daftar tujuan para pelancong ketika berada di Purwokerto. Lokasinya berjarak sekitar 15 kilometer dari pusat kota Purwokerto. Kawasan wisata yang berada di lereng Gunung Slamet ini juga menjadi destinasi favorit warga setempat. Oleh sebab itu, lalu lintas menuju kawasan ini akan lebih padat saat masa liburan tiba.
Ada beberapa pilihan aktivitas yang dapat dilakukan di lokawisata Baturraden. Rasanya waktu sehari saja belum cukup menikmati sejuknya alam Baturraden. Salah satunya, berpetualang di Baturraden Adventure Forest (BAF). Wahana ekowisata ini menawarkan pemandangan hutan damar dan pinus serta aneka vegetasi hutan yang menyejukan mata. Berbagai kegiatan bisa dilakukan di sini, seperti menjelajahi hutan, sungai dan gunung.
Selain itu, berendam air panas di Pancuran Pitu juga masuk dalam daftar saya. Lokasinya masih berada di dalam kawasan wisata Baturraden. Pancuran Pitu berarti tujuh pancuran alami yang mengalir dari Gunung Slamet. Sumber air panas ini mengandung belerang dengan suhu 70 derajat celcius, serta unsur mineral. Seperti halnya sumber air panas di berbagai tempat, air panas di pancuran ini kabarnya dapat menyembuhkan penyakit kulit, seperti panu, kadas dan sebagainya.
Masih di dalam area Pancuran Pitu, terdapat Goa Selirang yang dialiri air panas dari Pancuran Pitu. Goa Selirang sering dijadikan tempat berfoto oleh wisatawan. Tak jauh dari Goa Selirang, kita akan menemukan pemandangan Goa Sarabadak yang menjadi pertemuan aliran air panas Pancuran Pitu dan aliran mata air di dalam hutan. Tapi, karena keterbatasan waktu, saya tak sempat menjelajahi kedua goa tersebut.
Selain berwisata alam, kunjungan museum selalu saya nantikan jika berkunjung ke suatu tempat. Sebelum pulang, saya menyempatkan diri melihat bangunan bersejarah di Museum Bank Rakyat Indonesia (BRI). BRI yang semula bernama Hulp en Spaarbank der Inlandsce Bestuurs Ambtenaren (Bank bantuan dan Simpanan Milik pegawai Pangreh Praja Berkebangsaan Pribumi), didirikan oleh Raden AriaWirjaatmadja pada 16 Desember 1895. Kala itu, bank ini memberikan pinjaman dengan bunga rendah kepada kaum pribumi.
Museum ini menyimpan koleksi mata uang yang pernah berlaku di Indonesia serta alat-alat perbankan dari masa ke masa. Bangunan museum ini tampak seperti rumah sederhana, tak semewah museum perbankan lainnya, misalnya Museum Bank Indonesia di Jakarta. Semoga penataan museum ini dapat dikemas lebih interaktif untuk menarik minat pengunjung.