
Beberapa hari terakhir seluruh wilayah Bali mengalami hujan deras disertai angin kencang. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah III – Denpasar menyampaikan prediksi cuaca hingga tanggal 12 Februari 2025 akan terjadi hujan ringan dan berpotensi terjadi hujan dengan intensitas sedang – lebat di sebagian besar wilayah Bali.
Angin diperkirakan akan bertiup dari arah Barat Daya – Barat Laut dengan kecepatan berkisar antara 9 – 60 km/jam. Sementara itu, perkiraan tinggi gelombang laut di Perairan Utara Bali berkisar antara 0.5 – 2 meter, di Perairan Selatan Bali berkisar antara 1 – 3 meter, di Selat Bali berkisar antara 1 – 2.5 meter, dan di Selat Lombok berkisar antara 1 – 2.5 meter.
Cuaca ekstrem yang terjadi di Bali saat ini disebabkan oleh indeks ENSO di NINO3.4 berada di angka -0.89 (normal +/- 0.8), sehingga berpengaruh terhadap peningkatan pola konvektif di sebagian wilayah Indonesia bagian timur. Selain itu, terdapat pola pertemuan dan belokan angin yang berpotensi meningkatkan kecepatan angin di sekitar wilayah Bali hingga NTT.
Adi Mahardika dari Yayasan Konservasi Indonesia menyebutkan cuaca ekstrem dengan musim hujan dan musim kering yang lebih intens seperti yang terjadi saat ini merupakan dampak langsung dari perubahan iklim. Dalam konteks bencana secara luas, mitigasi harus dilakukan dari akarnya.
“Kita perlu upaya kolektif secara global untuk menurunkan emisi semaksimal mungkin dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Entah itu transisi energi, menjaga hutan, melindungi ekosistem,” ungkap Adi.
Berdasarkan data yang dihimpun oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali, curah hujan yang tinggi dan angin kencang pada 3 Februari – 9 Februari 2025 telah menyebabkan 69 kejadian yang mengakibatkan 4 (empat) orang meninggal dunia dan 6 (enam) orang mengalami luka. Kejadian yang memakan korban tersebut disebabkan oleh pohon tumbang. Ada pun nilai kerusakan sebesar Rp934 juta.
Sementara itu, Sekretaris BPBD Provinsi Bali, Gede Teja menyebutkan bahwa selama bulan Februari telah terjadi 132 kejadian akibat cuaca ekstrem. “Terutama kemarin (9-10 Februari 2025), mayoritas kemarin itu ada 109 kejadian,” ungkap Teja ketika dihubungi via telepon WhatsApp. Dari 132 kejadian tersebut yang paling banyak adalah pohon tumbang. Akibat kejadian tersebut, di Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem terdapat 3 orang meninggal dunia dan 7 orang luka-luka karena pohon tumbang.
Teja menyebutkan kejadian pohon tumbang akibat cuaca ekstrem paling tinggi terjadi di Kabupaten Klungkung. “Kemudian Tabanan, Bangli, Gianyar, Jembrana. Denpasar paling sedikit. Ya pohonnya paling sedikit Denpasar kan, tapi di Denpasar ada banjir,” ujar Teja. Kejadian yang paling rawan adalah banyaknya pohon tumbang. Kemudian disusul oleh tanah longsor dan banjir.

Adi Mahardika menjelaskan upaya mitigasi bencana pohon tumbang dapat dilakukan dengan perawatan pohon yang lebih insentif di wilayah urban dan pemukiman. Daerah urban di Bali memiliki banyak pohon peneduh, seperti wilayah Renon. Sayangnya, jarang dilakukan perawatan berupa pemangkasan rutin. Jika ingin pohon tumbuh lama, berkelanjutan, memberi keteduhan, dan tidak menimbulkan bahaya, yang harus diperhatikan adalah perawatannya, seperti melakukan pemotongan cabang-cabang yang tua dan berpotensi patah.
“Termasuk juga cabang-cabang yang sehat dan panjangnya menjalar ke sana kemari berpotensi menimbulkan distribusi berat yang kurang proporsional bagi pertumbuhan pohon, sehingga dia rentan tumbang,” terang Adi. Selain itu, penggunaan pohon sebagai tempat memaku poster juga perlu dikurangi. Meski dampaknya kecil, hal ini juga berdampak kepada kesehatan pohon, terutama ketika paku berkarat.
Lebih lanjut, Adi menuturkan pentingnya perencanaan penghijauan di area urban melibatkan pakar pohon untuk bisa memproyeksikan spesies karakter pohon. “Banyak begitu penanaman yang saya kira spesies yang ditanam tidak di tempat yang tepat,” terang Adi. Contohnya adalah pohon trembesi yang memiliki karakteristik cepat tumbuh dengan besar. Ketika pohon ini ditanam di pinggir jalan dan tidak dilakukan perawatan secara berkala, maka pertumbuhan pohon tidak terkontrol dan menjadi bahaya saat cuaca ekstrem.
Salah seorang warga Gianyar juga memiliki perhatian pada kurangnya perawatan pohon-pohon di ruang publik. “Pohon-pohon besar itu rentan sekali akarnya karena di bawahnya diaspal, paping pula. Belum lagi yang bandel mempaku,” keluh Pratama.
Mengingat cuaca ekstrem yang sedang terjadi, masyarakat diimbau untuk tetap waspada ketika berada di lingkungan mana pun, terutama di lingkungan yang banyak pohon. Teja mengimbau masyarakat untuk menghindari aktivitas outdoor (di luar ruangan), kecuali terpaksa. Hal yang paling penting adalah menumbuhkan kesadaran terhadap sampah. “Ini kan kaitannya sampah menjadi penghambat aliran air tidak mengalir dengan baik,” ungkap Teja.
Masyarakat di daerah rawan longsor diimbau waspada terhadap tanah longsor karena gerakan tanah sewaktu-waktu bisa terjadi jika tanah terus dialiri air ditambah adanya goyangan akar pohon. Selain itu, masyarakat umum, nelayan, dan pelaku kegiatan wisata bahari diimbau mewaspadai angin kencang dan gelombang tinggi di perairan selatan Bali.
toto slot situs togel toto slot slot gacor