• Beranda
  • Pemasangan Iklan
  • Kontak
  • Bagi Beritamu!
  • Tentang Kami
Monday, November 10, 2025
  • Login
BaleBengong.id
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
BaleBengong
No Result
View All Result
Home Kabar Baru

Warga Sepakat Damai, Usai Kelam di Sedap Malam

Luh De Suriyani by Luh De Suriyani
17 March 2011
in Kabar Baru, Sosial
0 0
0

Teks dan Foto Luh De Suriyani

Suasana pemukiman di sekitar Jalan Sedap Malam, Denpasar Timur terlihat tenang, Senin pagi. Dua warga banjar yang terlibat konflik soal wilayah bersepakat menyelesaikan masalah secara damai setelah peristiwa pengerusakan yang terjadi di Banjar Buana Anyar, Sabtu (12/3) malam lalu.

Selain masalah territorial dan wewenang, kasus kekerasan oleh sejumlah pemuda Banjar Kebon Kuri Kelod, banjar tetangganya ini juga dipicu status yang dibuat salah seorang warga Buana Anyar di akun facebooknya. Dalam akun salah satu pemuda Buana Anyar, terekam status yang dinilai melecehkan Kebon Kuri. Ada kutipan kalimat berisi kata “kebon binatang”

Sebelum itu, konflik juga hampir terjadi saat malam pawai ogoh-ogoh, sehari sebelum Nyepi kemarin. Ogoh-ogoh Banjar Anyar disebut dihadang oleh Banjar Kebon Kuri Kelod. Untungnya tidak timbul perkelahian.

“Semua sudah diselesaikan secara musyawarah. Kami sepakat damai dan menarik laporan ke polisi,” ujar I NYoman Masdiana, Kelihan Adat Banjar Buana Anyar. Rumah dan mobilnya rusak parah akibat lemparan sejumlah orang pada Sabtu malam.

Sedikitnya lima rumah warga Buana Anyar yang lokasinya di gang-gang terpisah juga dilempar batu dan menimbulkan kerusakan. Lima motor dan satu mobil yang diparkir dalam rumah juga rusak.

Jejak kekerasan masih terlihat di balai banjar Buana Anyar, tempat pertemuan banjar yang menaungi sekitar 114 KK ini. Balai banjar Buana Anyar rusak dan masih dipasang police line. Pagar besi tumbang, pot bunga dari batu pecah, dan sejumlah sudut terlihat penuh pecahan batu

Pemimpin adat dan administratif kedua banjar telah bertemu dua kali sejak peristiwa yang meneror warga itu. Pertemuan terakhir bertempat di kantor Camat Denpasar Timur pada Minggu hingga tengah malam.

Dalam kesepakatan tertulis disebutkan peristiwa pengerusakan diselesaikan secara damai dengan minta maaf. Demikian juga dari pembuat akun facebook itu. Status ini dinilai penghinaan bagi warga Kebon Kuri yang masuk Lingkungan Kebon Kuri. Lingkungan Kebon Kuri ini terdiri dari empat banjar, kecuali Buana Anyar yang membuat banjar sejak 1988 ini.

Selain itu, Banjar Kebon Anyar diharap masuk ke lingkungan Kebon Kuri secara administrative dan mengikuti ritual pecaruan yang akan digelar. “Yang belum selesai hanya masalah batas wilayah yang akan diselesaikan nanti,” ujar Camat Dentim IB Alit. Sebagai sebuah banjar baru, Buana Anyar akan tetap ada, tapi secara administrative semua penduduk akan masuk Lingkungan Kebon Kuri.

Kebon Kori dalah sebuah desa wed di Kesiman yang sebagian warganya asal Denpasar. Sementara Buana Anyar adalah banjar hasil pemekaran yang sebagian besar warganya perantauan dari beberapa kabupaten lain di Bali. Selain itu juga mulai ada perantauan dari luar Bali dan beberapa warga asing yang bertempat tinggal di kawasan yang masih mempunyai sawah ini.

Menurut Masdiana, banjar Buana Anyar dibuat karena semakin banyak penduduk baru yang tinggal di kawasan Jalan Sedap Malam ini dan bersepakat membuat banjar baru.

“Kami menahan diri. Kami sadar sebagai warga perantauan dan tidak mau ada konflik lanjutan,” kata Masdiana yang berasal dari Buleleng ini. Segala kerusakan yang timbul akan ditanggung warganya, sementara pihak Camat akan membantu perbaikan banjar.

Ida Bagus Alit, warga Buana Anyar yang rumahnya juga dirusak mengatakan tak ingin ada kekerasan lain. “Saya lebih senang mengalah. Jangan sampai ada korban lagi,” katanya.

Masdiana dan Ida Bagus Alit warga dan IB Alit Camat tidak bisa memetakan dengan detail apa sebenarnya akar persoalan hingga meletupnya anrkisme. Hasil kesepatan mediasi juga mencampur-campurkan soal kewilayahan, status facebook, dan masalah ritual upakara.

I Ketut Sumarta, Sekretaris Majelis Ulama Desa Pekraman (MUDP) Bali mengatakan pejabat dan media harus memetakan masalah dengan tepat. “Jangan semua masalah dikaitkan dengan konflik adat. Jika kasus criminal harus diselesaikan secara hukum,” ujarnya.

Selama ini menurut Sumarta, kerancuan media dan pejabat terjadi ketika membicarakan soal konflik yang terjadi di Bali. Misalnya soal batas desa, perkelahian, dan lainnya.  “Ini yang membuat masalah seperti ini laten, mudah merebak lagi walau sudah dibuat kesepakatan,” ujarnya.

Menurutnya persoalan yang muncul di desa jangan langsung dilabeli konflik adat. Bisa jadi itu hanya masalah kriminalitas biasa, hegemoni kelompok, atau penyalahgunaan wewenang. “Bali penuh dengan kerumunan simbol kolektif, jadi sangat mudah antar kelompok dibentrokkan karena masalah personal. Ini berbahaya,” jelas Sumarta.

 

Tags: Balifacebookkonflik banjar di balisolusi konflik
Liputan Mendalam BaleBengong.ID
Luh De Suriyani

Luh De Suriyani

Ibu dua anak lelaki, tinggal di pinggiran Denpasar Utara. Anak dagang soto karangasem ini alumni Pers Mahasiswa Akademika dan Fakultas Ekonomi Universitas Udayana. Pernah jadi pemimpin redaksi media advokasi HIV/AIDS dan narkoba Kulkul. Menulis lepas untuk Mongabay.

Related Posts

Ketika Pulau Menghangat: Urban Heat Island di Pulau Bali

Ketika Pulau Menghangat: Urban Heat Island di Pulau Bali

3 November 2025
Adakah Sistem Peringatan Dini Banjir di Bali? Ini Simulasinya

Adakah Sistem Peringatan Dini Banjir di Bali? Ini Simulasinya

18 October 2025
Beban Ekologi Bertambah karena Pariwisata yang Eksploitasi Hulu Bali

Beban Ekologi Bertambah karena Pariwisata yang Eksploitasi Hulu Bali

15 October 2025

Ancaman Kesehatan Pasca Banjir di Bali

8 October 2025
Mengelola Dana Darurat Banjir Bali: Antara Potensi dan Transparansi

Mengelola Dana Darurat Banjir Bali: Antara Potensi dan Transparansi

20 September 2025
Budaya Ngayah Makin Langah

Budaya Ngayah Makin Langah

13 June 2025
Next Post

Kearifan Pertanian Bali, Sampai Kapan Bertahan?

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Temukan Kami

Kelas Literasi BaleBengong
Melali Melali Melali
Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu?

Kabar Terbaru

Akses Medis Neurodiversitas: Perjuangan di tengah Minimnya Akses Layanan

Akses Medis Neurodiversitas: Perjuangan di tengah Minimnya Akses Layanan

10 November 2025
Ratusan Titik di Bali Alami Bencana

Memetakan Lokasi Banjir dari Media Sosial

9 November 2025
Pemuliaan Sumber Air Ritual Melasti di Catur Desa Adat Dalem Tamblingan

Pemuliaan Sumber Air Ritual Melasti di Catur Desa Adat Dalem Tamblingan

8 November 2025
Warisan Walter Spies dan Paradoks Bali Kini dalam Film Roots

Warisan Walter Spies dan Paradoks Bali Kini dalam Film Roots

7 November 2025
BaleBengong

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia

Informasi Tambahan

  • Iklan
  • Peringatan
  • Kontributor
  • Bagi Beritamu!
  • Tanya Jawab
  • Panduan Logo

Temukan Kami

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia