Ini adalah kolaborasi dua desa, antara Desa Guwang, Sukawati, sebagai sebuah ruang dan pijakan berkarya bagi Kawan-kawan di Kulidan Kitchen Space dan kawan-kawan di Fish Island Community Art Centre yang disingkat FICAC. FICAC berlokasi di Kampot Cambodia, tepatnya di dekat teluk Thailand.
Ide kolaborasi ini, sebenarnya sudah ada sejak Januari 2021. Namun karena Covid-19 melanda, ide ini sempat kita bekukan, walaupun tidak kita lupakan.
Ide kolaborasi ini dilontarkan oleh Siska dan Ben, seorang kawan dari Bali dan Swiss. Di awal tahun 2023, akhirnya ide untuk berkolaborasi dapat direalisasikan. Kolaborasi yang bertujuan untuk saling berbagi pengalaman dan strategi dalam mengembangkan komunitas yang berbasis seni, akhirnya bisa terwujud.
Kulidan juga banyak menggagas program-program berkesenian, baik dengan para seniman muda maupun remaja dan anak-anak. Dengan pola pengembangan yang berbasis komunitas, pengembangan pemikiran kritis melalui media seni rupa, mengasah kepekaan dalam memahami bahasa visual dan juga irisan-irisan integralistiknya dengan lintas komunitas, yang memadukan berbagai disiplin.
Kami merasa ada kawan yang dapat untuk diajak berbagi cerita, yang tentu akan berbeda pengalaman dan menarik untuk diajak membedah model dan metode pendekatannya. Ya, karena medan seni dan habitus di masing-masing wilayah yang berbeda, walaupun secara geopolitik, kita masih berada dalam kawasan yang sama di Asia Tenggara dan sama-sama berkelindan dengan industri pariwisata.
Perjumpaan dengan creator FICAC, tentu akan menjadi hal yang istimewa untuk diajak bertukar tangkap gagasan dan program, serta metode implementasinya. FICAC dibidani oleh Kek Soon, seorang seniman, aktivis perempuan, juga seorang yang percaya dengan wirausaha sosial. Kek Soon ditemani oleh Julien Paulson, seorang pegiat di bidang punk musik, tentu merupakan perpaduan yang asik untuk ditelisik.
Sebelum membedah karya rupa dari seniman muda yang tergabung dalam FICAC, saya akan memulainya dari bagaimana Kek Soon, sebagai seorang seniman dalam merumuskan program di dalam FICAC. Secara garis besar yang saya pahami, Kek Soon, memiliki program yaitu: bagaimana mengajarkan anak-anak dalam mengekspresikan diri dengan seni rupa dan bagaimana mereka melatih anak-anak dan remaja memasak yang higienis dan juga estetis dalam presentasinya. Ini tentu menjadi asyik dan menantang, karena program ini diinteraksikan langsung ke pasar, dengan membuat cafe. Untuk program memasak saya melihatnya lebih dekat ke arah konsep “Pendidikan Vokasi”.
Dalam seni kolektif, yang menggunakan metode partisipatoris, yang saya pahami bahwa karya dari si seniman bukanlah hanya berupa “produk” estetis yang berupa gambar, patung, cukil, seni dua dimensi dan 3 dimensi. Tetapi juga “program” yang menghasilkan model ataupun transformasi sosial.
Merujuk ke beberapa karya anak dan remaja yang dipilih dan dipamerkan, menarik bagi saya, untuk mengamati, bagaimana mereka memilih warna-warna cerah, wajah yang sumringah, ataupun dandanan memakai perhiasan trendy dan kosmopolit. Menilik pilihan komposisi yang lugas dan bold, adalah sebuah cara ungkap yang to the point dan berani. Di sini saya merasakan semangat remaja yang riang gembira, penuh antusias dalam menghadapi dunia dan masa depan.
Dalam program memasak, bila ditonton dari video-videonya, kita dapat mengamati mereka memberikan makanan kepada ibu atau neneknya, setelah program memasak selesai dilaksanakan. Di sini saya mengamati sebuah program “memasak” yang bukan untuk mendomestikan perempuan tetapi “memasak” sebagai upaya untuk peningkatan kapasitas/skill perempuan untuk bersiap memasuki sektor publik, salah satunya bisa menjadi perempuan pengusaha, perempuan yang percaya diri dan mampu mengkomunikasi dan mempresentasikan gagasannya kepada publik.
Mantap!