Dikirim Dedi Dwiyanto, Foto Internet
Di tengah hiruk-pikuk pemberitaan media massa tentang meninggalnya Mbah Surip yang mendadak dan kesibukan polisi yang gencar menumpas terorisme, pada Kamis malam lalu Bangsa Indonesia dikejutkan kembali dengan meninggalnya sastrawan besar yang pernah dimiliki bangsa ini, Wahyu Surendra Rendra.
Selama ini Rendra dikenal sebagai seorang dramawan yang membawa angin pembaruan di ranah seni pertunjukan. Pada era 60-an dirinya menawarkan suatu pementasan minikata-nya.
Rendra bukan saja seorang dramawan yang cerdas, konsisten, dan penuh dedikasi, “si Burung Merak” ini juga dikenal sebagai seorang penyair dengan karya-karyanya yang cergas menggambarkan realitas sosial kehidupan manusia. Puisi-puisinya yang cenderung vulgar telah mengantarkan dirinya dicap sebagai pengganggu stabilitas kekuasaan rezim penguasa. Tidak mengherankan jika dirinya kerap kali dicekap ketika hendak membacakan puisi atau mengadakan pementasan, bahkan beberapa kali penjara menjadi ganjaran dari aktivitas keseniannya. Namun pencekalan dan penjara tidak menggoyahkan keyakinan dirinya.
Kesadaran adalah matahari
Kesabaran adalah bumi
Keberanian menjadi cakrawala
Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata
Untuk menghormati jasa-jasanya yang tiada terkira, sekaligus memperingati tujuh hari meninggalnya Rendra maka Taman Budaya Bali bekerjasama dengan Kelompok 108, Arti Foundation, beserta seniman-seniman Bali akan menyelenggarakan “Semua Untuk Rendra”.
Semua Untuk Rendra akan digelar pada:
Hari/Tanggal : Rabu, 12 Agustus 2009
Pukul : 19.00 – 22.00 wita
Tempat : Halaman Gedung Kriya Taman Budaya-Art Center, Denpasar
Acara ini akan diisi dengan pembacaan puisi-puisi Rendra oleh para penyair Bali di antaranya Eka Pranita Dewi, Putu Vivi Lestari, Tan Lio Iie, Oka Rusmini, Purnama, Ayu Winastri, dan penyair lainnya. Selain itu juga akan ada pementasan lagu-lagu Kantata Takwa oleh Syech Brothers, Orasi Budaya, serta dramatic reading oleh dramawan Bali.
Untuk informasi lebih lanjut:
Dedi (08164747737)
Tomo (08164724014)