Teks dan Foto Anton Muhajir
Karena lama tidak ngobrol dengan tetangga di gang rumah, malam ini saya ikut kumpul dengan mereka. Tempatnya di halaman salah satu warga. Biasanya sih para lelaki tetangga ini pada kumpul di gang saja. Tapi tumben malam ini di halaman rumah jadi tidak kelihatan dari jalan.
Setelah saya melihat sendiri, saya baru tahu alasan kenapa mereka main di tempat yang tidak terlihat. Ternyata mereka sedang main kartu. Enam orang duduk melingkar. Satu di antaranya masih SMP. Sisanya sudah sudah punya anak semua. Hampir semuanya bertelanjang dada di suhu Denpasar yang memang panas malam ini.
Dua bapak yang lain hanya ikut duduk di sana menikmati tuak campur bir. Aku bagian dari bagian ini. Hanya ikut nonton sambil ikut menenggak minuman penghangat badan itu.
Bapak-bapak di gang ini sedang main kartu. Mereka pakai uang sebagai taruhan. Yes. Mereka sedang main judi. Inilah alasan kenapa mereka berkumpul di depan halaman rumah biar tidak kelihatan banyak orang. Mereka sengaja agak menyembunyikan diri ketika main judi tersebut.
“Untung Anton tidak bawa kamera. Jadi aman,” kata salah satu di antara mereka.
Omongan itu muncul karena mereka tahu pekerjaanku adalah wartawan dan kadang-kadang memotret mereka hanya sekadar untuk punya arsip foto. Tapi malam ini aku memang tak berniat memotret. Saya hanya ingin say hallo sambil ngobrol agar tahu lebih banyak tentang judi.
Salah satu pemicu niat ini adalah karena obrolan sebelumnya di depan rumah. Dua bapak tetangga saya asik ngobrol soal angka yang keluar malam ini. Bukan sembarang angka. Ini angka-angka yang menghasilkan uang sekaligus menghabiskannya. Ini angka toto gelap alias togel.
Inilah bentuk lain judi yang akrab di gang rumah saya. Nyaris tiada hari tanpa obrolan ini di gang. Tiap pagi atau petang pasti bapak di depan rumah saya akan ngobrol dengan tetangga yang lain soal angka yang keluar. Malam ini, misalnya, keduanya tidak dapat angka keluar.
“Out terus,” kata salah satu di antara mereka. Maksudnya angka yang dia pasang tidak ada yang keluar. Kalau angka tidak keluar, berarti mereka rugi. Sebaliknya kalau angka itu keluar, mereka akan mendapat uang berlimpah. “Padahal aku cuma masang kalau ada firasat,” tambah tetangga saya itu.
Togel ini bentuk permainan yang intinya adalah menduga angka yang akan keluar. Jadi pemasang hanya mengira-ngira angka apa yang akan keluar. Lalu mereka membeli kupon dengan memasang angka tertentu. Kalau hanya dua digit, menangnya ratusan ribu. Kalau tiga digit, sampai jutaan. Dan seterusnya.
Cara mudah menang togel adalah dengan rajin-rajin bermimpi. Hehe.. Ya iyalah. Lha wong isinya kan hanya menduga-duga.
Dua jenis judi ini melengkapi pengalaman saya hari ini dengan judi. Tadi sepanjang perjalanan bolak-balik Denpasar – Karangasem, ibu mertua saya juga beberapa kali ngobrol soal judi-judi ini. Tiga anaknya alias tiga kakak ipar saya adalah para korban judi.
Lucunya, ketiga kakak laki-laki ini kecanduan pada jenis judi yang berbeda-beda. Kakak pertama ahli di bidang ceki. Kakak kedua kecanduan tajen. Kakak ketiga jagoan togel. Kalau sudah hari raya seperti hari ini, di mana umat Hindu Bali merayakan Kuningan, maka mereka akan berpesta pora. Mereka akan berjudi tiada akhirnya
Kakak ketiga misalnya memilih tidak ikut sembahyang Galungan ke Pulau Menjangan sepuluh hari lalu demi ikut tajen. “Otakku cuma berisi tajen, tajen, dan tajen. Jadi percuma kalau ikut sembahyang tapi mikir tajen terus,” katanya waktu itu.
Repotnya karena penghasilan mereka tiap hari ya dipakai untuk judi. Saking parahnya malah kadang-kadang tidak peduli meski sudah terlilit hutang.
Ini pula yang terjadi di medan pertempuran di gang malam ini. Salah satu penjudi amatir yang main ceki itu ngotot tetap ikut meski uangnya sudah habis. Dia utang seribu rupiah pada masing-masing penjudi yang lain.
Kalau dia menang, uang itu dipakai untuk membayar hutang. Ketika kalah, dia kembali hutang untuk dipakai taruhan. Begitu terus. Meski kalah, dia tetap saja bertahan.
Inilah aneka rupa judi sekaligus wajah lain dari Bali. Menarik bukan?
I don’t think JUDI is menarik for represent another face of Bali – but it’s very complex situation in fact ..
For some men die by shrapnel,
And some go down in flames,
But most men perish inch by inch,
In play at little games.