• Tanya Jawab
  • Mengenal Kami
  • Pemasangan Iklan
  • Kontak
  • Kontributor
    • Log In
    • Register
    • Edit Profile
Thursday, September 28, 2023
  • Login
  • Register
BaleBengong.id
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Arsip
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Arsip
No Result
View All Result
BaleBengong.id
No Result
View All Result
Home Budaya

Terima Kasih secara Tekstual, Ritual, dan Kebertubuhan

IGA Darma Putra by IGA Darma Putra
7 July 2021
in Budaya, Kabar Baru
0 0
0
Tumpek landep pada hakikatnya upacara untuk memohon ketajaman pikiran. Foto Anton Muhajir.

Kepada apa atau siapa manusia mesti mengucapkan terima kasih atas hidup yang telah dinikmatinya? Lalu bagaimana cara mengungkapkan terima kasih itu sebagai wujud syukur bagi kehidupan?

Kedua pertanyaan itu, akan coba dijawab dengan satu perspektif: Bali. Bali dalam tulisan ini tidak saja diposisikan sebagai ruang geografis, tetapi juga sebagai cara pandang. Cara pandang ini bisa didapat dengan berbagai cara, yang dalam hal ini ada dua yakni melihat warisan tekstual dan ritual.

Cara pandang tekstual, saya dasarkan pada keberadaan manusia sebagai organisme yang hidup. Sebagai organisme hidup, manusia punya tubuh, tempat jiwa bersemayam. Tanpa tubuh, manusia tidak dapat disebut hidup secara harfiah. Meskipun, memang ada pengertian hidup yang tidak harfiah-biologis. Contohnya: pemikiran seseorang yang masih terus ‘hidup’ dalam batin orang lain yang dipengaruhinya.

Tentu yang dimaksud hidup dalam tulisan ini, bukanlah hidup dalam definisi yang demikian. Hidup dalam konteks ini adalah eksistensi tubuh secara biologis. Dengan kata lain, kebertubuhan adalah teks. Kebertubuhan sebagai teks bisa dibaca dengan bertumpu pada keterangan-keterangan lontar yang membagi tubuh menjadi beberapa lapisan.

Ada yang membagi tubuh menjadi lima lapis, sehingga disebut Panca Maya Kosa. Lima lapis tubuh itu, bisa diperas menjadi tiga disebut Tri Antah Karana Sarira yang terdiri dari Sthula Sarira, Suksma Sarira, dan Antah Karana Sarira. Ketiga tubuh inilah yang dijaga betul-betul ketika masih hidup.

Cara pandang ritual, didasarkan pada praktik-praktik upacara yang masih eksis. Tentu ada banyak praktik ritual yang bisa ditemukan di Bali. Bila ritual-ritual itu diperhatikan dengan seksama, maka kita akan menemukan bahwa semua itu tidak jauh-jauh dari manusia dan tubuhnya.

Saya berpandangan, praktik ritual itu tidak melulu hanya persoalan pemujaan kepada Tuhan, tapi juga feedback menguntungkan untuk manusia. Manusia adalah sentral dari segala aktivitas religius itu, sedangkan Tuhan hanya atas nama. Meski demikian, bukan berarti manusia Bali adalah orang-orang sekuler.

Mereka percaya bahwa Tuhan adalah penggerak alam semesta, termasuk manusia di dalamnya, yang memungkinkan dunia ini terus ada dan sebagai sebab dunia ini meniada. Contoh kecil misalnya seorang tukang bangunan percaya bahwa tubuhnya hanya perantara bagi Wiswakarma [Dewa Arsitek], seorang penari percaya tubuhnya adalah singgasana Smara-Ratih [Dewa-Dewi Keindahan], seorang penulis percaya bahwa tubuhnya adalah perantara Saraswati [Dewi Pengetahuan].

Intinya, segala pengetahuan hanya milik Tuhan semata, sedangkan manusia hanya alat. Dengan begitu, kita disajikan sebuah pemandangan yang sublime tentang segala keunggulan milik-Nya dan segala kekurangan milik manusia. Lalu, dengan rituallah segala kekurangan itu disampaikan dengan penuh hikmat.

***
Lapisan terluar tubuh manusia disebut Anamayakosha. Anamaya berarti kesehatan. Lapisan kesehatan dilihat dari kondisi fisik yang terdiri dari lima unsur, yakni: unsur padat seperti daging dan kulit, unsur cair seperti darah dan keringat, unsur panas seperti suhu tubuh, unsur udara seperti nafas yang keluar masuk, unsur suara seperti dengung dalam kepala.

Kelima unsur itulah yang membentuk tubuh manusia menurut lontar-lontar. Agar unsur pembentuk tubuh itu terjaga, manusia memerlukan asupan nutrisi yang bersumber dari tiga hal pokok yakni makanan, minuman dan nafas [oksigen]. Ketiga unsur pokok ini konon mengalir melalui tiga nadi utama yang disebut Tri Nadi. Tri Nadi itu terdiri dari ida, pinggala, dan sumsumna. Artinya, manusia membutuhkan asupan dari ketiga sumber, dialirkan melalui tiga saluran utama, tujuannya untuk menjaga eksistensi kebertubuhannya.

Makanan yang dimakan manusia berasal dari tumbuhan dan hewan. Minuman dapat bersumber dari mata air maupun tumbuhan. Sedangkan oksigen juga bersumber dari alam yang itu-itu juga. Karena semua komponen itu menyebabkan manusia hidup, maka wajarlah manusia mengucapkan dan mengungkapkan terimakasih kepadanya. Ungkapan terima kasih inilah yang kita kenal sebagai upacara.

Terima kasih kepada tumbuhan. Karena tumbuhan memberikan manusia kesempatan untuk hidup lebih sejuk. Akar-akarnya menyimpan air dan melindungi tanah agar tidak longsor. Tumbuhan juga menyediakan makanan bagi manusia, sehingga manusia bisa bertahan hidup. Ritual kepada tumbuhan digelar, salah satunya kita sebut Tumpek Panguduh atau Tumpek Wariga.

Siklus ini berulang setiap 210 hari sekali, tepat pada Sabtu Kliwon wuku Wariga. Tapi terima kasih pada tumbuhan saja belum cukup, karena ada sebab dari segala sebab yang memungkinkan tumbuh-tumbuhan itu hidup. Kita menyebutnya Dewa. Jadi manusia juga berterimakasih kepada Dewa Sangkara karena telah berjasa menumbuhkan segala tumbuhan.

Terima kasih pula kepada seluruh binatang. Karena mereka menjaga rantai makanan tidak terputus, sehingga siklus hidup dapat berlangsung dengan baik. Mereka pula yang menyediakan sumber makanan untuk manusia.

Maka manusia sudah selayaknya berterimakasih kepada para hewan. Kalau tidak, maka manusia bica dicap tidak tahu terima kasih. Tidak paham cara balas budi. Lalu ritual digelar lagi, namanya Tumpek Kandang. Digelar tiap 210 hari, tepat pada Sabtu Kliwon wuku Uye. Sekali lagi, terima kasih kepada hewan saja tak cukup, Dewa Rare Angon sebagai petugas menjaga segala hewan turut dihaturkan terima kasih. Apalagi konon setelah hewan-hewan itu dimakan manusia, Dewa Rare Angon turut mengalir bersama darah di dalam tubuh manusia. Ia turut memberi manusia kehidupan, jadi terima kasih.

Setelah kepada sumber makanan dan minuman, pada siapa lagi manusia mengucap terima kasih? Jangan lupa, manusia hidup karena bernafas. Karena nafas keluar masuk, jantung bisa bergerak. Karena jantung bergerak, seluruh tubuh mendapat sumber-sumber hidup. Termasuk otak, yang di dalamnya ada pikiran yang selalu dibanggakan manusia.

Apalagi segala macam gerak tubuh manusia selalu berkelindan dengan nafas [tenaga]. Jadi manusia berterimakasih kepada nafas yang memberinya kehidupan. Terima kasih ini juga dilakukan tiap enam bulan sekali, tepat pada hari kelahirannya yang dihitung dengan Panca Wara, Sapta Wara dan Wuku. Inilah otonan.

Sesekali, manusia berterimakasih sekaligus membayar hutang hidup kepada nafas. Terima kasih dan pembayaran hutang itu salah satunya berupa ritual mabayuh. Mabayuh berarti bertenaga atau bernafas. Ini hutang pada nafas, hutang pada hidup, hutang kepada leluhur. Kenapa leluhur? Karena tanpa leluhur, manusia tak dapat lahir. Jadi terimakasih leluhur, terima kasih ibu bapak, terima kasih bumi-langit, terima kasih.

Tags: tumpek kandangTumpek Wariga
ShareTweetSendSend
Anugerah Jurnalisme Warga 2021
IGA Darma Putra

IGA Darma Putra

Penulis. Tinggal di Bangli.

Related Posts

Seorang warga di Klungkung menghaturkan banten dan sarana upacara lain pada hari Tumpak Wariga. Foto Juni Antari.

Tumpek Wariga: Menilik Hubungan Manusia dengan Alam

21 March 2021
Next Post
Inovasi Tahan Banting di Kelating

Inovasi Tahan Banting di Kelating

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Melali Melali Melali

Temukan Kami

  • Trending
  • Comments
  • Latest
Cerita Pohon: Dadap, Super Tree yang Terlupakan

Cerita Pohon: Dadap, Super Tree yang Terlupakan

10 September 2023
Berhitung Angka dalam Bahasa Bali

Berhitung Angka dalam Bahasa Bali

5 June 2013
Rencana Pembangunan Hidden City Ubud dan Kerisauan Warga

Rencana Pembangunan Hidden City Ubud dan Kerisauan Warga

5 September 2023
Jangan Terlambat, Lindungi Anak Sekolah dari Kerentanan Bencana di Karangasem

Jangan Terlambat, Lindungi Anak Sekolah dari Kerentanan Bencana di Karangasem

26 July 2023
Membongkar Kesalahpahaman tentang Kasta di Bali

Membongkar Kesalahpahaman tentang Kasta di Bali

4 June 2012
Gemuruh di Bali Utara: Hulutara, Irama Utara, Beluluk (Bagian 1)

Gemuruh di Bali Utara: Hulutara, Irama Utara, Beluluk (Bagian 1)

2
Meneladani Hidup dari Buruh Gendong

Meneladani Hidup dari Buruh Gendong

1
Karut Marut di Jalan Terus Berlanjut

Karut Marut di Jalan Terus Berlanjut

2
Kisah Pohon di Bali: Lateng, Penjaga Hutan

Kisah Pohon di Bali: Lateng, Penjaga Hutan

1
Ruang Apresiasi Film nan Inklusif dari MFW9

Ruang Apresiasi Film nan Inklusif dari MFW9

27 September 2023
Baksos di Panti Asuhan Dharma Jati II

Baksos di Panti Asuhan Dharma Jati II

26 September 2023
Hari kedua MFW4 Youth Jury Camp 2018

Minikino Film Week 9: Menyaksikan Komedi tidak Biasa

26 September 2023
Nyamannya Bus Trans Sarbagita ke Nusa Dua

Melihat Transportasi Umum di Bali Bekerja

25 September 2023
Pemprov Bali Harus Segera Penuhi Kebutuhan Warga

Mengapa Sengketa Adat di Bali Begitu Rumit?

25 September 2023

Kabar Terbaru

Ruang Apresiasi Film nan Inklusif dari MFW9

Ruang Apresiasi Film nan Inklusif dari MFW9

27 September 2023
Baksos di Panti Asuhan Dharma Jati II

Baksos di Panti Asuhan Dharma Jati II

26 September 2023
Hari kedua MFW4 Youth Jury Camp 2018

Minikino Film Week 9: Menyaksikan Komedi tidak Biasa

26 September 2023
Nyamannya Bus Trans Sarbagita ke Nusa Dua

Melihat Transportasi Umum di Bali Bekerja

25 September 2023
BaleBengong.id

© 2020 BaleBengong: Media Warga Berbagi Cerita

Informasi Tambahan

  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Peringatan
  • Panduan Logo
  • Bagi Beritamu!

Temukan Kami

No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Arsip

© 2020 BaleBengong: Media Warga Berbagi Cerita

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Facebook
OR

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In