Bale Bengong kembali menggelar Anugerah Jurnalisme Warga (AJW) 2024 dengan mengangkat tema “Citizen Science: Solusi dari Warga”. Malam Puncak Anugerah Jurnalisme (AJW) 2024 diselenggarakan di Taman Baca Kesiman pada Sabtu, 29 Juni 2024. AJW merupakan kegiatan tahunan BaleBengong sejak 2016 untuk memberikan penghargaan kepada karya-karya pewarta warga dalam bentuk kompetensi ataupun beasiswa liputan. Tema kali ini mewakili keresahan warga untuk perubahan Bali yang lebih baik.
Tentu saja, Anugerah Jurnalisme Warga (AJW) 2024 mengundang seluruh warga Indonesia untuk menyampaikan opini tentang lingkungan, kebudayaan, danmasalah sosial yang ada di Bali. Kegiatan ini adalah satu langkah memperbaiki pulau Dewata. Tidak hanya sebagai ruang diskusi, kami juga membuka ruang untuk pecinta pertunjukan seni teater. Pada kesempatan ini, komunitas yang kami hadirkan pastinya mengkritik dan merangkum suatu masalah menjadi drama realis yang hidup dan berirama.
Dalam waktu satu malam, Triw berhasil menggambarkan peliknya suatu daerah. Ia mengatakan naskah yang dipentaskan merespon tema AJW 2024. Dengan empat sub tema tersebut, ia mengaku awalnya memilih tema “Akses Pejalan Kaki dan Transportasi Publik” namun terbatasnya pengetahuan tentang hal tersebut membawa pada kesalahan perspektif. Akhirnya ia memutuskan membahas Kerusakan Hutan. “Pementasan ini membahas tentang kerusakan hutan. Kita membahas tentang keseluruhan permasalahan hutan yang terdapat di suatu daerah,” ucap Triw saat wawancara (16/6). Bersama dengan Teater Amor, ia menghidupkan cerita.
Pada 11 Juni 2021, teater ini dipelopori oleh Triw, seorang mahasiswi yang pernah bergabung dalam teater di Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung. Saat itu, ISI tidak memiliki ruang yang mewadahi anak-anak teater sehingga ia membentuk komunitas teater dengan nama Amor. AMOR? Hal ini terbesit di benak saya tentang kata Amor Ing Acintya, yang dalam bahasa Bali artinya menyatu dengan Tuhan. Ternyata itu salah, kata tersebut diadopsi dari bahasa Belanda, kata Amor berarti cinta atau singkatan dari Arek-arek Teater Moral. Kini, teater Amor telah menjadi salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa di Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar.
Awalnya teater Amor berkiblat pada teater tubuh karena mahasiswa/i dari jurusan seni tari begitu banyak di Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar. Namun, hal tersebut berubah karena mahasiswa yang bergabung teater kurang fasih pada gerakan tubuh. Dan sebagian besar anggota teater Amor berasal dari jurusan Seni Murni, DKV, Seni Pertunjukan, dan Musik. Tidak membulatkan pilihan dengan teater tubuh, Triw beralih ke drama realis. Hingga saat ini, Teater Amor berdiri dengan cerita-cerita sekitar.
Adanya Teater Amor juga membuat mereka memiliki ruang diskusi dan berkarya. Jika ada tawaran pementasan, semua anggota berhak mendapatkan peran yang berbeda, seperti sutradara, stage manager, penata rias dan busana, penata cahaya, penata suara, penata panggung dan dekorasi, bahkan aktor. Hal ini untuk membentuk anggota teater yang terampil dan kreatif dalam setiap pementasan.
Tidak hanya mempertunjukan hasil karya Teater Amor, mereka juga kerap membawakan naskah sastrawan Indonesia dengan modifikasi. Pada September 2021, mereka mementaskan cerita yang berkaitan dengan pembubaran PKI. Dengan menampilkan karya Tentrem Lestari berjudul “Balada Sumarah” dan penayangan video. Hari itu, mereka tidak mendapatkan dukungan karena dianggap radikal. Namun mereka tidak berhenti dan terus bergerak menghadirkan kisah-kisah tokoh perjuangan Indonesia di setiap pementasan.
Mereka juga pernah menampilkan monolog “Marsinah Menggugat” karya Ratna Sarumpaet. “Ternyata gak semua orang kenal siapa Marsinah. Jadi, pementasan ini sebenarnya mengingatkan dalam bentuk drama realis,” ucap Triw saat wawancara (16/6).
Tentu saja, perjalanan mengenalkan cerita-cerita itu ke masyarakat tidaklah mudah. Banyak pihak tidak setuju dan menolak, tapi mereka tetap berada pada tujuan awal dibentuknya komunitas ini. Begitu juga dalam Malam Puncak AJW 2024, mereka membawa kita pada pengelanaan selama 20 menit.
Sajak Pertemuan Mahasiswa karya W.S. Rendra akan menggiring kita dalam mengatasi para sikap tamaknya pengusaha. “Radit akan membacakan Sajak Pertemuan Mahasiswa karya W.S. Rendra yang membuat warga berpikir dan antisipasi kalau tiba-tiba musuh nyerang. Misalnya mereka datang bilang dengan niat baik, ibaratnya mereka Assalamualaikum aja kita udah sigap,” lanjutnya mengulik naskah. Tentu kita akan dibuat heran dengan cerita ini. Ya! Mereka akan membawa kita pada satu permasalahan di Wilayah Indonesia, terutama Bali.
Ada 29 orang yang akan berperan dalam pementasan ini, tentu mereka telah membagi diri agar pementasan ini berjalan sesuai harapan. Orang-orang berani yang berperan sebagai aktor adalah Ayu Srinisari, Aliya Riliani, Aditiya Ramadhani, Melania Bhanda, Monarisa Br. Siahaan, dan Charlene Vyanca. Pementasan ini tentu didukung oleh Triw sebagai sutradara dan Shavira Berliana sebagai stage manager. Tak terlupakan, mereka yang berada dibelakang layar, yakni Bagas Afani, Skolastika Kurnia, dan Elice Jenifer sebagai penata musik, Syahrul sebagai penata cahaya, Ramona Agshelcyanisa sebagai penata busana/kostum, Widiana Putri sebagai penata rias. Serta Aditya Sapta, Hagriel Warista, Zahid Zahendra, Genna Patricia, dan Indita akan memperindah pementasan, sebagai tim artistik.
Merayakan peran mereka di Taman Baca Kesiman pada Sabtu, 29 Juni 2024. Kamu tidak akan terlihat jika keberanianmu masih terkubur, karena bersuara bisa melalui panggung drama bukan hanya tulisan berita.