Ubud Writers & Readers Festival (UWRF) segera hadir.
Lima minggu lagi, festival tahunan yang sudah ditunggu-tunggu oleh para pencinta sastra dan penggemar seni, itu akan kembali hadir dengan tema ‘Origins’ atau ‘Asal Muasal’. Tema itu ditarik dari sebuah filosofi Hindu kuno mengenai sebuah lingkaran kehidupan, Sangkan Paraning Dumadi.
Jajaran program utama di tahun ke-14 UWRF ini pun akan berisikan diskusi-diskusi mendalam mengenai tema tersebut. Hadir nama-nama terbesar sastra dan seni di Indonesia dan negara-negara lainnya.
Satu yang spesial di UWRF 2017 adalah hadirnya Pierre Coffin, sang Sutradara, Animator, dan Pengisi Suara di balik seri Despicable Me dan Minions yang sudah mendunia. Ini menjadi bukti bahwa UWRF adalah salah satu perayaan terbesar bukan hanya untuk sastra, tapi juga seni dan kreativitas.
Coffin, pria keturunan Indonesia-Perancis, akan tampil di salah satu Main Program pada tanggal 29 Oktober untuk membawa kita ke balik layar karirnya di industri perfilman dunia.
UWRF akan menghadirkan dua nama terbesar dunia sastra Indonesia, yaitu Nh. Dini dan Sutardji Calzoum Bachri. Pada 26 Oktober, Nh. Dini, sang legenda hidup penulisan feminisme Indonesia, akan duduk bersama Leila S. Chudori untuk mengisahkan perjalanan hidup serta kariernya yang luar biasa.
Adapun Sutardji Calzoum Bachri akan hadir pada 27 Oktober bersama Debra Yatim untuk mengupas sajak-sajaknya dan permainan kata- kata yang penuh sihir, yang menjadikannya dijuluki ‘Presiden Penyair Indonesia’.
Penulis dan jurnalis kawakan Indonesia, Seno Gumira Ajidarma akan hadir di sesi The Last Taboo? yang akan mengkaji kelas sosial masyarakat yang masih menjadi topik tabu di era Indonesia modern, bersama Paul McVeigh, penulis pemenang penghargaan asal Irlandia.
Beberapa Pegiat dan Advokat ternama seperti Marina Mahathir dan Robert Dessaix juga akan berdiskusi mengenai kepercayaan dan fundamentalisme di sesi A Question of Faith. Komedian tunggal Sakdiyah Ma’ruf, desainer Niluh Djelantik, penyair Joko Pinurbo, praktisi pariwsata I Gde Pitana, dan jurnalis kawakan Andreas Harsono akan duduk di dalam satu panel dan berbagi harapan untuk Republik Indonesia di sesi Tanah Airku.
Mengedepankan isu-isu feminisme, akan hadir para penulis dan pegiat feminisme seperti Oka Rusmini dan Cokorda Sawitri untuk mengkaji peran wanita di antara masyarakat patriarki di sesi Breaking Boundaries.
Panel Main Program China’s Women akan menghadirkan Penulis terkenal dunia, Jung Chang dan Lijia Zhang, yang akan mendiskusikan kehidupan wanita di tanah Tionghoa, tanah air kedua penulis tersebut. Adapun Marina Mahathir akan tampil di sesi diskusi one-on-one Telling It Straight bersama jurnalis Michael Vatikiotis untuk menuturkan sepak terjangnya dalam memperjuangkan isu wanita dan kaum minoritas di Malaysia.
Penulisan mengenai perjalanan atau travel writing akan dibahas di sesi Postcards from the Page bersama Trinity the Naked Traveler, editor DestinAsian Indonesia Cristian Rahadiansyah, Brigid Delaney Penulis dan jurnalis The Guardian Australia, dan Joanna Savill Penulis kuliner dunia, akan membahas penulisan perjalanan yang dapat mengilhami para pembacanya untuk berpetualang.
Begitu juga dengan sesi Questions of Travel yang menghadirkan Penulis Nigel Barley dan Jan Mantjika,
Brigid Delaney, dan Tom Owen Edmunds, pelestari alam dan fotografer asal Britania Raya, akan mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan yang muncul saat kita sedang berada dalam perjalanan.
Tidak ketinggalan tentunya UWRF akan menggelar diskusi-diskusi seputar sastra dan jurnalisme. Membahas mulai dari populernya penulisan puisi di kalangan anak muda di sesi Poetic Calling, cerita-cerita para penulis dari bagian Timur Indonesia di sesi Eastern Winds of Change, hingga apa yang ada untuk masa depan para Penulis Indonesia di sesi The Next Chapter of Indonesian Literature.
Di panel diskusi Half a Century of ASEAN, beberapa penulis ternama Asia Tenggara seperti Intan Paramadhita dan Leila S. Chudori dari Indonesia, Jhoanna Lynn B. Cruz dari Filipina, Marc Nair dari Singapura, Bernice Chauly dari Malaysia akan membagikan perspektif mereka mengenai kehidupan sastra di Asia Tenggara.
UWRF adalah sebuah perayaan sastra dan seni berkelas dunia yang membawa 160 lebih figur-figur mengagumkan dari 30 negara di seluruh dunia yang akan tampil di atas satu panggung. Pada 25-29 Oktober mereka akan berbagi kisah, ide, dan inspirasi dalam 72 sesi-sesi panel diskusi yang akan berlokasi di venue utama, yaitu Taman Baca, Indus Restaurant, dan NEKA Museum.
Selain itu juga akan ada 100 lebih program lainnya seperti workshop, special event, pemutaran film, panggung musik, pembacaan puisi, program pengembangan karir di Emerging Voices, dan masih banyak lagi.
Kunjungi website Ubud Writers & Readers Festival untuk informasi lebih lanjut. [b]