Pengerupukan merupakan salah satu perayaan umat Hindu untuk menyambut hari raya Nyepi keesokan harinya. Pengerupukan selalu identik dengan ogoh-ogoh atau perwujudan bhuta kala yang kemudian diarak ke berbagai titik di daerah-daerah di Bali, salah satunya Denpasar.
Lapangan Puputan Badung selalu menjadi sentra perayaan pawai ogoh-ogoh di Denpasar selama bertahun-tahun lamanya. Khalayak ramai berbondong-bondong menyaksikan penampilan pawai ogoh-ogoh masing-masing desa adat di Denpasar. Namun riuhrendah perayaan malam itu menyisakan tumpukan sampah yang berceceran di mana-mana.
Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Denpasar mencatat bahwa pasca rangkaian perayaan hari raya Nyepi 2024 volume sampah meningkat sebanyak 70-80 ton menjadi 940 ton dibandingkan hari-hari biasa yang biasanya mencapai 850 ton. Volume sampah yang meningkat didominasi oleh sampah sisa ogoh-ogoh, sisa upacara dan sisa sampah makanan masyarakat usai pawai ogoh-ogoh selesai.
Terlihat bahwa di Lapangan Puputan Badung masih banyak sampah makanan dan minuman ataupun botol plastik yang berceceran bahkan hingga di lintasan jogging. Beberapa karung berisikan sampah botol plastik juga terlihat di balik papan nama Lapangan Puputan Badung.
Selain sampah, tanaman rusak yang terinjak-injak, gundukan lintasan yang ambrol dan kabel-kabel yang mengendur dan semrawut juga cukup mengganggu pemandangan. Berdasarkan penuturan salah satu pedagang di dekat gundukan lintasan ambrol tersebut, lintasan tersebut sudah ambrol sejak Pengerupukan. Pun kabel-kabel yang kendur terletak di berbagai titik di lapangan, salah satunya yang paling parah adalah di dekat areal bermain anak-anak.