
Pagi itu (19/01) barisan panjang menutupi area Pantai Kedonganan. Barisan itu tengah menunggu kedatangan rombongan menteri Kabinet Merah Putih. Sembari menunggu, beberapa barisan di belakang tampak memungut sampah yang terbawa ombak. Namun, jauh dari kawasan panggung acara seremonial, beberapa komunitas telah mencuri start membersihkan sampah laut di pesisir Jimbaran, sekitar 40 menit jalan kaki dari panggung yang didirikan di Pantai Kedonganan.
Panggung dengan level dan karpet diduduki puluhan pejabat lokal dan pusat. Mereka mengenakan rompi hijau gelap bertuliskan Aksi Bersih Laut. Sedikitnya ada 4 kementerian yang bergabung. Untuk menambah ramai, ada backdrop papan bertulisan Aksi Bersih Sampah Laut dengan foto presiden yang mendominasi.

Berbagai lapisan masyarakat, mulai dari dinas, sekolah, TNI, hingga Polri tampak berbaris dengan rapi, dikomandani seorang prajurit TNI di depan. Pukul 07.07 rombongan datang, diikuti lensa kamera yang berebut mengabadikan momen. Hari itu hadir Menteri Lingkungan Hidup (LH)/Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq. Diikuti oleh Wakil Menteri Pariwisata (Wamenpar) Ni Luh Puspa, perwakilan Menteri Kelautan dan Perikanan (KP), serta Deputi Kemenko Pangan.
Rombongan berjalan menuju panggung terbuka yang menghadap barisan. Kedatangan tiga menteri disambut jajaran pemerintah daerah yang turut hadir dan duduk di atas kursi. Di kanan dan kiri jajaran menteri hadir perwakilan organisasi internasional, yaitu UNDP serta kedutaan besar Uni Emirat Arab, Norwegia, Denmark, dan Inggris untuk Indonesia.
Master of ceremony (MC) memulai acara seremonial singkat itu dengan menyambut kehadiran menteri dan undangan yang hadir. Aksi bersih sampah laut kali ini merupakan aksi lanjutan dari acara sama yang telah dilaksanakan di Pantai Kuta pada 4 Januari 2025 yang lalu oleh KLH/BPLH.
Bersih sampah laut dilaksanakan di tiga titik pantai, yaitu Pantai Kelan, Pantai Kedonganan, hingga Pantai Jimbaran. MC menyampaikan bahwa 8.600 relawan dari berbagai lapisan masyarakat mengikuti kegiatan tersebut.
“Hal ini sejalan dengan Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2018 tentang Pengelolaan Sampah Laut yang menetapkan target untuk mengurangi sampah laut hingga 70% pada tahun 2025 ini. Komitmen ini dioperasionalkan melalui Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut, TKN PSL,” ungkap Hanif Faisol sebagai penyelenggara acara.
Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa persoalan sampah laut di Bali terjadi karena tingginya jumlah sampah yang tidak terkelola, kurangnya kapasitas pengelolaan sampah di daerah, serta tempat pemrosesan akhir yang masih dilakukan dengan open dumping. “Sehingga dengan demikian sampah-sampah tersebut masuk dalam lingkungan perairan dan berakhir di laut dan kemudian tersandar di pantai-pantai Indonesia,” imbuhnya.

Dalam mendukung penanganan sampah di laut, satu unit truk pengangkut sampah diberikan oleh KLH/BPLH. Selain itu, Kementerian Kelautan juga memberikan satu unit motor pengangkut sampah. Ada pula trash boom yang akan ditempatkan di 14 titik sungai di Bali. Trash boom ini merupakan bagian kerja sama antara pemerintah Indonesia dengan pemerintah Uni Emirat Arab dalam program TKN PSL. Alat ini berfungsi untuk mengurangi kemungkinan pencemaran di area lain.
Pembentukan TKN PSL telah ditetapkan melalui Keputusan Menteri Koordinator Pangan Republik Indonesia Nomor 03 Tahun 2025. Tim ini melibatkan kementerian lembaga terkait, TNI, Polri, dan Pemerintah Daerah di Provinsi Bali.
Hanif menyebutkan bahwa eselon satunya akan tinggal di Bali untuk mendiskusikan banyak hal. “Nanti setelah ini kita akan rapat tim pertama. Selanjutnya siangnya kita akan rapat dengan hotel, restoran, dan cafe karena hotel, restoran, dan cafe di Bali menyumbang termasuk sumber sampah, sumber penghasil sampah yang relatif besar setelah rumah tangga,” ujar Hanif.
Selain itu, pemerintah dengan UNDP dan kedutaan besar berbagai negara telah menyusun rencana penyelesaian sampah. Kabarnya ada enam sungai utama yang akan diselesaikan, dua di Bali dan empat sungai di Jawa, yaitu Tukad Mati, Tukad Badung, Sungai Ciliwung, Sungai Citarum, Bengawan Solo, dan Sungai Brantas. “Ciliwung itu menyumbang mungkin sekitar 20% sampai 30% dari sampah di laut,” jelas Hanif.

Setelah bincang singkat dengan media, rombongan mulai ikut membaur membersihkan sampah bersama peserta aksi bersih hari itu. Sorak sorai peserta, suara ombak, dan sahut-sahutan arja sebagai hiburan pagi itu memenuhi Pantai Kedonganan.
Beberapa alat berat dikerahkan, mulai dari bulldozer hingga excavator. Sampah dengan beban berat diangkut alat berat, seperti sampah yang menumpuk hingga kayu.
Tidak hanya memenuhi pesisir, sejumlah sampah juga tampak mengapung di lautan. Semakin siang, permukaan air laut semakin naik. Beberapa sampah yang terkumpul malah terseret arus. Helaan napas terdengar dari beberapa peserta aksi karena sampah yang mereka kumpulkan malah terbawa air laut.