• Beranda
  • Pemasangan Iklan
  • Kontak
  • Bagi Beritamu!
  • Tentang Kami
Wednesday, May 21, 2025
  • Login
BaleBengong.id
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
BaleBengong
No Result
View All Result
Home Budaya

Sejarah Barong Landung di Bali

Anton Muhajir by Anton Muhajir
14 March 2011
in Budaya, Kabar Baru, Opini
0 0
0

Teks I Made Bande, Foto Team2Art

Sebelum membahas Barong Landung lebih rinci, ada baiknya digambarkan secara singkat sejarah barong-barong di Bali.

Penggambaran itu memperlihatkan kedudukan Barong Landung sebagai bahasan utama sajian ini. Barong, apa pun wujudnya, menggunakan topeng yang berbeda bentuknya satu sama lain, memiliki watak dan ikonografi yang unik. Istilah topeng atau tapel sudah tua umurnya dan diuraikan dalam beberapa prasasti kuna di Bali.

Prasasti-prasasti tua yang menyebutkan adanya pertunjukan topeng di Bali adalah prasasti Bebetin. Prasasti berangka tahun 896 Masehi (sebelum raja Ugrasena) ini menyebutkan pertunjukan topeng sebagai atapuka. Adapun prasasti Pandak Bandung menyebutkan pertunjukan topeng sebagai atapukan.

Raja yang mengeluarkan prasasti itu adalah Raja Anak Wungsu. Dia memerintah Bali pada tahun 1045-1071 Masehi. Masih banyak prasasti lain di Bali menyebutkan pertunjukan topeng dan istilah topeng selalu dikaitkan dengan kesenian lain, seperti gamelan, nyanyian, dan tari-tarian.

Di samping prasasti, banyak buku memuat mengenai pertujukan topeng di Bali. Misalnya, buku Pararaton yang menyebutkan topeng sebagai anapuk. Kitab Kidung Sunda menguraikannya dengan istilah anapel. Buku Negara Kertagama menyebutnya sebagai raket.

Menurut ikonografi (ekspresi, warna, dan hiasan), kini di Bali ditemukan sedikitnya sembilan kelompok seni pertunjukan memakai topeng. Masing-masing memiliki sejarah dan fungsi penting dalam masyarakat. Adapun kelompok seni pertunjukan itu meliputi Topeng Brutuk, Barong Ket, Barong Landung, Barong Kedingkling, Wayang Wong, Topeng Rangda (Calonarang), Topeng Bidadari, Topeng Gajah Mada, dan Topeng Babad (Pajegan dan Panca).

Barong adalah topeng berwujud binatang mitologi yang memiliki kekuatan gaib dan menjadi pelindung masyarakat Bali. Dilihat dari ikonografi topeng-topeng Barong di Bali, nampak adanya perpaduan antara kebudayaan Hindu dengan kebudayaan Bali Kuna, khususnya kebudayaan Hindu bercorak Budha.

Topeng-topeng barong seperti itu terdapat pula di negara-negara penganut agama Budha, seperti Jepang dan Cina. Di daerah Asashi, provinsi Iwate, Jepang, topeng-topeng Si-shi dan topeng-topeng binatang lainnya sampai saat ini masih dipentaskan untuk upacara ritual, khususnya upacara memohon keselamatan dari para leluhur dan upacara menurunkan hujan.

Pementasan dilakukan setahun sekali dalam upacara di kuil-kuil penyembahan leluhur. Puluhan topeng-topeng binatang ditampilkan dan dihadiri ribuan masyarakat Jepang. Pementasan-pementasan Si-shi seperti itu diiringi musik tradisional Jepang seperti berjenis-jenis kendang besar (daiko), kendang kecil (kakko), seruling (hichiriki), kepyak kayu (sakobioshi), dan juga dilantunkan nyanyian sakral yang dibawakan oleh kelompok ahli masyarakat Jepang.

Di Cina, kepercayaan terhadap naga yang dianggap memiliki kekuatan gaib sudah tua umurnya. Contoh, naga-naga dalam kebudayaan Zaman Batu Baru (Neolithic) dilukis pada vas-vas bunga dan diukir pada batu geok. Pada Zaman Perunggu (Bronze Age) di Cina, naga-naga diasosiasikan dengan kekuatan dan manifestasi alam semesta, seperti angin, kilat, dan petir.

Pada masa bersamaan, naga-naga juga dikaitkan dengan penguasa kuat dan pendeta sakti. Dengan munculnya penguasa tangguh pada masa dinasti Han, naga dijadikan simbol kekuasaan kerajaan dan tradisi itu masih berlangsung sampai sejarah Cina kontemporer. Naga dicatat dan dinyatakan sebagai binatang sangat sakti. Termasuk Penguasa Sorga pun tak mampu menandingi kekuatan naga.

Pada masa dinasti Tang dan Chung (Song), tradisi melukis naga-naga dimaksudkan untuk menurunkan hujan. Bagi Zen Budha, naga itu adalah simbol pencerahan agama. Naga rupanya memberi inspirasi munculnya Barong Sae di Bali di kuil-kuil tempat persembahyangan. Naga juga digunakan sebagai hiasan pelawah gamelan Bali.

Demikian juga dalam upacara plebon atau pembakaran jenazah keturunan raja-raja di Bali. Naga bernama Nagabanda biasa digunakan untuk mengantar arwah sang meninggal ke surga. [b]

Foto diambil dari Team2Art.

Tags: BaliBarongBudayaTopengTradisi
Liputan Mendalam BaleBengong.ID
Anton Muhajir

Anton Muhajir

Jurnalis lepas, blogger, editor, dan nyambi tukang kompor. Menulis lepas di media arus utama ataupun media komunitas sambil sesekali terlibat dalam literasi media dan gerakan hak-hak digital.

Related Posts

Bali Hampir Habis, Semenjana dan Tergantikan

4 January 2025
Over Development Bali di UWRF 2024

Over Development Bali di UWRF 2024

23 October 2024
Yang Lalu Jangan Biarkan Berlalu, Tuturkan di Indonesia Bertutur

Yang Lalu Jangan Biarkan Berlalu, Tuturkan di Indonesia Bertutur

13 August 2024
Lebih dari Sekadar Wastra, Ragam Ekspresi di Roman Muka

Lebih dari Sekadar Wastra, Ragam Ekspresi di Roman Muka

22 July 2024
Menelaah Pembungkaman PWF 2024 dari Berbagai Perspektif Hukum

Menelaah Pembungkaman PWF 2024 dari Berbagai Perspektif Hukum

7 June 2024
Sudahkah Bali Ramah Pejalan Kaki dan Transportasi Publik?

Sudahkah Bali Ramah Pejalan Kaki dan Transportasi Publik?

28 May 2024
Next Post

Dados Rabi

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Temukan Kami

Kelas Literasi BaleBengong
Melali Melali Melali
Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu?

Kabar Terbaru

Ruang Publik jadi Kanvas Terbuka di Tangi Street Art Festival

Ruang Publik jadi Kanvas Terbuka di Tangi Street Art Festival

21 May 2025
Menghidupkan Jaje Sengait, Melestarikan Pohon Aren Pedawa

Menghidupkan Jaje Sengait, Melestarikan Pohon Aren Pedawa

21 May 2025
Warisan Kuliner dan Talenta Lokal dalam Ubud Food Festival 2025

Warisan Kuliner dan Talenta Lokal dalam Ubud Food Festival 2025

20 May 2025
Melihat Hukum dari Lubang Toilet

Melihat Hukum dari Lubang Toilet

19 May 2025
BaleBengong

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia

Informasi Tambahan

  • Iklan
  • Peringatan
  • Kontributor
  • Bagi Beritamu!
  • Tanya Jawab
  • Panduan Logo

Temukan Kami

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia