Perkembangan digital semakin cepat. Hampir memenuhi setiap lini kebutuhan kehidupan. Nyatanya, digital tak hanya menawarkan kehandalan tapi diikuti dengan ragam permasalahan yang kompleks.
Seperti data yang dikutip dari katadata.co.id sepanjang 2021 Southeast Asia Freedom of Expression Network (SAFEnet) dan Mafindo mencatat ada 189 korban serangan digital.
Kompleksnya kondisi digital itu, pihak pegiat literasi berkolaborasi menyebarkan tindak preventif melalui menuliskan buku-buku pengetahuan hidup di tengah arus digital. Siberkreasi bersama mitra dan jejaringnya meluncurkan 58 buku seri literasi digital. Perkumpulan yang tersebar di beberapa wilayah di Indonesia memudahkan penyebaran literasi digital lebih merata.
Dari 58 buku, rata-rata menggunakan konsep buku panduan. Tidak banyak teori. Langsung pada tahapan-tahapan praktikal dalam dunia digital. Bekerjasama dengan penerbit beberapa pegiat seperti CFDS UGM, Common Room, ICT Watch, Hipwee, Humas Klinik Vokasi Universitas Indonesia, Japelidi, Mafindo, Relawan TIK, dan Tiktok. 58 buku ini resmi diluncurkan di Titik Temu, Uma Seminyak, 31 Juli 2022, kemarin.
Seperti yang disebutkan Indriyatno Banyumurti salah satu penulis buku Strategi Komunikasi Publik Digital dari ICT Watch, bukunya tentang bagaimana strategi manajemen dalam menggunakan kanal-kanal digital. Tak banyak teori tapi langsung pada tips.
“Tertulis dalam buku itu seperti bagaimana menyusun konten agar mendapat engagement di media sosial, terselip juga bagaimana cek hoaks dengan menampilkan panduan mengecek hoaks secara mandiri,” papar IB panggilan akrabnya ketika sesi diskusi peluncuran buku kemarin.
Untuk memudahkan akses semua lapisan masyarakat terhadap buku seri literasi digital ini, digunakan juga pendekatan daerah. Hal ini bisa dilihat dari terbitan buku yang berjudul “Privasi dan Perlindungan Data Pribadi”. Terbitan buku itu diterjemahkan dalam beberapa bahasa daerah, yaitu ke dalam bahasa Jawa Timur, Manado, Aceh, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan, Minang, Palembang, dan Papua.
Hal lain yang juga tak luput dari setiap terbitan buku seri ini adalah cara mengenali hoaks. Hampir di setiap terbitan menyisipkan pengetahuan tentang mengenali hoaks. Tahapan-tahapan yang bisa digunakan untuk stop hoaks. Isu ini menjadi salah satu fokus yang juga diperbincangkan dalam peluncuran, bahwa hoaks masih menjadi persoalan bersama di dunia digital hingga saat ini. Melalui sisipan pengetahuan inilah menjadi salah satu strategi menangkis hoaks.
“Buku-buku ini bisa disebarkan, dicetak, diperbanyak, diakses secara online oleh siapapun. Asalkan tidak menghilangkan logo-logo penerbit yang sudah tercantum dan tidak untuk diperjualbelikan (creative common llicense) karena buku ini ingin kami sebar secara gratis dan mudah diakses,” kata Ivana dari Siberkreasi.
Buku-buku ini diluncurkan portal www.literasidigital.id di mana materi-materi seperti buku, video, dan artikel yang dikumpulkan dari berbagai pegiat literasi digital juga akan dapat diakses oleh publik secara gratis.