Ubud Writers & Readers Festival (UWRF) datang lagi.
Salah satu festival sastra dan seni terbesar di Asia Tenggara ini akan digelar untuk yang ke-14 kali pada 25-29 Oktober mendatang di Ubud, Bali. UWRF yang selalu menjadi arena pertukaran kisah, ide, dan inspirasi mengagumkan ini akan mengusung tema ‘Origins’, atau ‘asal muasal’ dalam terjemahan bahasa Indonesia. Tema ini diambil dari sebuah filosofi Hindu yang berbunyi ‘Sangkan Paraning Dumadi’, sebuah ajaran hidup mengenai asal dan tujuan manusia.
Senin (17/7) lalu, UWRF meluncurkan 16 nama pembicara tahap awal yang akan hadir beserta penjualan tiket Early Bird. Dari Indonesia, Leila S. Chudori dan Seno Gumira Ajidarma adalah dua nama terbesar di dunia sastra dan jurnalisme Indonesia yang selalu dieluk-elukan dan kehadirannya di UWRF selalu ditunggu-tunggu para pencinta sastra.
Oka Rusmini, penulis feminis asal Bali yang selalu menjadikan Pulau Dewata beserta adat istiadat dan budayanya yang penuh warna sebagai bintang utama, juga akan tampil bersama Ahmad Fuadi, novelis yang karyanya, Negeri 5 Menara, telah diadaptasi menjadi sebuah film layar lebar.
Para pelaku seni Indonesia seperti Papermoon Pupper Theater, sebuah grup teater boneka asal Yogyakarta, Penari dan Koreografer Eko Supriyanto, serta Sutradara muda Indonesia Erick Est, akan tampil bukan hanya mengisi Art Program UWRF, namun juga berbagi inspirasi di panel-panel diskusi.
Deretan nama pembicara internasional yang diluncurkan pada tahap awal ini juga cukup bervariasi, meliputi penulis, pegiat, ilmuan, dan produser TV. Mereka adalah Saroo Brierley, penulis memoar yang menginspirasi Lion, sebuah film box office Hollywood; Marina Mahathir, penulis dan pegiat yang juga merupakan putri dari mantan Perdana Menteri Malaysia; dan Ian Rankin, penulis kriminal terkenal asal Skotlandia.
Ilmuwan dan pelestari alam asal Australia, Tim Flannery bersama sang istri yang seorang penulis memoar pemenang penghargaan, Kate Holden. Penulis asal Kanada, Madeleine Thien; penulis kuliner dan budaya Tionghoa asal Inggris, Fuchsia Dunlop; jurnalis dan novelis kawakan Australia, Robert Dessaix; dan produser MTV Nusrat Durani yang terkenal akan narasinya mengenai politik, percintaan, dan budaya pop di zaman modern.
Seluruh nama di atas akan membawa karya-karya yang bersangkutan dengan tema ‘Asal Muasal’, karena tema ini membentangkan tajuk-tajuk besar yang selama ini telah memengaruhi dan membentuk kehidupan kita, mulai dari politik hingga teknologi, dan lingkungan hingga spiritual.
Selama lima hari penyelenggaraan, UWRF akan mengajak para pengunjungnya untuk mempertimbangkan kembali asal muasal dari elemen-elemen yang membentuk kita sebagai manusia, hal-hal yang kita bawa sepanjang hidup, dan hal-hal yang mengingatkan kita untuk ‘pulang’.
Sejak pertama kali diselenggarakan pada 2004, UWRF selalu menjadi kancah pertemuan penulis dan seniman dari dalam dan luar negeri, baik mereka yang sudah diakui dunia dan memenangkan penghargaan, serta mereka yang baru memulai karirnya. UWRF juga selalu menjadi panggung pengenalan Indonesia ke hadapan masyarakat internasional.
“Kita semua tahu ada ratusan acara sastra di dunia, namun yang selalu kami dengar mengenai UWRF adalah tentang betapa ajaib dan uniknya Festival ini,” ujar Founder & Director UWRF, Janet DeNeefe.
Hal yang membuat UWRF unik adalah keragaman pembicara serta hadirin yang datang, latar belakang yang indah, dan keramahtamahan masyarakat Bali. Suatu acara yang pada awalnya diadakan sebagai sebuah inisiatif komunitas kini telah tumbuh menjadi sebuah perhelatan dunia untuk ide-ide besar, pengalaman hebat, dan pemberdayaan.
“UWRF adalah sebuah tempat sempurna untuk pertukaran budaya, kisah, dan inspirasi,” kata Janet. [b]