Mengubah sampah jadi emas bukanlah jargon dan isapan jempol semata.
Program kolaborasi Pegadaian dengan Rumah Sanur Creative Hub berusaha mewujudkan tersebut. Kolaborasi ini berusaha mewujudkan kiasan itu melalui aktivitas pengolahan dan pengembangan sampah atau limbah.
Kiasan itu berkembang menjadi sesuatu yang nyata bagi Pegadaian. Hasil pengolahan sampah ditabung sebagai emas. Wakil Presiden Pegadaian Area Denpasar Kanwil VII Denpasar Sucahya Prabawa Laksana menjelaskan lebih lanjut. “Benar, sebagai BUMN yang memiliki kinerja dalam kategori baik, Pegadaian selalu tertantang melakukan inovasi dalam produk dan programnya,” kata Sucahya.
Tabungan Emas adalah salah satu produk Pegadaian yang memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk memiliki emas dengan cara menabung. Hal ini nilai emas lebih stabil dan memiliki kecenderungan meningkat nilainya.
Olah Limbah Reka Kreasi (OLIKASI) yang bekerja sama dengan Rumah Sanur Creative Hub menurutnya merupakan upaya Pegadaian untuk berkontribusi dalam masalah sosial, khususnya pengolahan limbah menjadi nilai baru melalui sentuhan kreativitas.
Ia juga menambahkan bahwa para peserta akan menerima insentif yang dapat dipergunakan untuk menabung atau menambah modal usaha melalui Tabungan Emas Pegadaian. Kegiatan ini bukan yang pertama kali diselenggarakan Pegadaian untuk mendukung kegiatan kreatif anak negeri.
Sebelumnya, Pegadaian mendukung program ArtJog dan ArtBali, dan memopulerkan The Gade sebagai kedai kopi emas.
Selain penciptaan nilai sosial dan bisnis, titik berat program OLIKASI adalah mengintegrasikan program yang dimiliki Pegadaian dalam produk-produk utamanya, seperti menunjang bisnis para peserta lewat produk Tabungan Emas dan kemudahan memperoleh fasilitas dalam pengembangan bisnis.
OLIKASI merupakan penciptaan ekosistem dari hulu ke hilir yang terintegrasi dengan produk Pegadaian.
Sasaran yang ingin dicapai melalui program OLIKASI adalah memperoleh produk dengan kualitas pengerjaan dan desain yang baik dan memiliki nilai ekonomi maupun sosial. Para peserta ditantang mengolah dan mengembangkan limbah menjadi produk yang memiliki fungsi dan mengandung nilai-nilai dalam wujud produk gaya hidup, fashion dan aksesori, dekorasi rumah, atau kriya.
Peserta OLIKASI terdiri atas desainer dan seniman rofesional untuk mempermudah proses membangun citra (image) program melalui reputasi yang mereka miliki.
Kegiatan yang terangkum dalam OLIKASI mencakup riset dan pengembangan; dua lokakarya pada Januari; tahap produksi pada Februari; pameran pada Maret; dan penjualan produk pada Maret (ongoing).
Program dimulai dengan lokakarya pertama pada 11 Januari 2019 dengan materi membuat kriteria produk dan proses produksidalam program upcycling. Lokakarya juga memperkenalkan tahapan dan struktur program kepada peserta, lima orang atau grup dari berbagai bidang.
Pada seri pertama ini para peserta akan memperoleh pemikiran ekosistem makro dan mikro, dasar-dasar upcycling, karakter material, nilai-nilai produk, riset dan pengembangan yang dilakukan, serta tren sebagai referensi.
Para peserta akan didorong mengenal dan mempersiapkan rencana bisnis maupun pengembangan produk yang setidaknya memuat tiga nilai penting: nilai sosial, nilai bisnis, dan nilai produk.
Nilai sosial mencakup penggunaan limbah, proses produksi, dan proses penjualan dengan pola perdagangan yang adil (fair trade). Nilai bisnis mencakup kualitas desain dan produksi, pemenuhan aspek tren, dan lain-lain. Adapun nilai produk yang melekatkan aspek fungsional, simbolis atau atributif, dan pengalaman.
Ada lima narasumber lokakarya pertama: Paola Cannucciari dari EcoBali yang akan berbicara tentang ekonomi melingkar dan dasar ekonomi nol sampah; Ayip Budiman dari Rumah Sanur tentang studi kasus pengembangan upcycling; Harry Anugrah Mawardi dari Amygdala tentang sifat dan karakter material; serta pakar tren Isti Dhaniswari yang membahas tren desain dan relasinya dengan upcycling.
Lokakarya kedua akan berlangsung pada 27 Januari 2019 dengan materi lanjutan yang mengintegrasikan hasil dan proses dari riset dan pengembangan materi limbah berupa kertas dan karton bekas, paper tube, kain sisa, kayu sisa, botol kaca, plastik, dan lain-lain. Para peserta akan diajak mengenal sifat, karakter, dan kemampuan masing-masing limbah; menelaah, bereksperimen, dan mengeksploitasi berbagai kemungkinan dengan limbah tersebut; dan mengenali karakter pasar dan tren produk gaya hidup.
Lokakarya kedua akan diisi oleh narasumber yang terdiri atas Adhi Nugraha (praktisi desain produk dan pengajar) dan Edward Hutabarat (praktisi desain fashion dan pengamat budaya). Proses lanjutan dari program ini adalah tahap mendesain dan produksi yang kemudian diakhiri dengan pameran produk hasil olahan para peserta pada Maret 2019.
Program ini menekankan pada keberhasilan bisnis dari hasil mengolah limbah (upcycling), sehingga para peserta dan karyanya betul-betul akan difasilitasi hingga praktik bisnis dan pemasarannya.
Permodelan berupa program OLIKASI ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi banyak kalangan untuk turut mengolah limbah sehingga memiliki manfaat nilai-nilai baru. Pola ini juga diharapkan dapat membangkitkan dan meningkatkan kesadaran untuk mengelola dan memanfaatkan sampah.
Rumah Sanur Creative Hub telah menetapkan untuk menjadi yang terdepan dalam program Upcycling. Telah memulai program ini di tahun 2011 dengan memamerkan 12 hasil karya upcycling para desainer Indonesia. Juga kerap membuat workshop Upcycling dan memasarkan produk-produk upcycling di to~ko Concept Store yang menjadi gerai retail produk-produk karya UMKM dan desainer di Rumah Sanur Creative Hub.
[b]