Masa kanak-kanak adalah permulaan.
Sebuah masa di mana seorang individu menjadi lebih aktif dalam bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Di masa ini, anak – anak akan terus mencari tahu tentang kondisi dan keadaan lingkungannya. Lewat mediasi yang sesuai, keingintahuan dan energi mereka akan tersalurkan dengan baik.
Salah satu mediasi tersebut adalah permainan. Dengan gerak fisik yang aktif dan suasana yang menyenangkan, pengenalan lingkungan serta sosialisasi dengan teman sebayanya akan berlangsung dengan tepat. Selain itu permainan bisa menjadi sebuah media budaya lisan yang pastinya akan sangat mudah diterima oleh anak – anak.
Beberapa jenis permainan berkembang pesat seiring zaman. Untuk di Bali sendiri, permainan anak-anak ini telah tumbuh bahkan jauh sebelum zaman kemerdekaan. Permainan yang dilakukan memiliki ciri dilakukan secara bergerombol (ramai) dan kadang dengan sorakan agar suasana tercipta lebih riuh dan bersemangat. Untuk beberapa permainan, sorakan tersebut telah memiliki ciri yang khas dan mampu didendangkan lewat sebuah lagu.
Beberapa lagu permainan ini masuk kategori sebagai Gending Plalianan. “Gending Plalianan ini juga termasuk dalam Gending Rare (Lagu anak – anak) Karena fungsinya masih berada dalam lingkup anak – anak. (Made Taro, 2013)”.
Salah satu praktisi Kebudayaan Bali, Made Taro, telah melihat bahwa permainan tradisional Bali merupakan salah satu aset budaya dengan jumlah yang cukup banyak. Namun karena dirasa bahwa beberapa permainan tradisional tidak memiliki lagu pengantar yang tepat, Beliau akhirnya berinisiatif membuat gabungan beberapa Gending Rare tunggal untuk digabungkan dengan permainan yang tidak memiliki lagu permainan (Gending Plalianan).
Inovasinya telah menjadikan sebuah tren baru di mana Gending Rare kini menjadi sebuah hal dalam penyampaian ide-ide luhur lewat pelajaran budi pekerti ringan sekaligus bahan penggerak permainan tradisional yang lahir tumbuh secara beragam dan masif.
Emoni Bali sebagai sebuah grup musik etnik dari Bali melihat fenomena ini sebagai landasan untuk membuat kompilasi lagu gending rare dengan judul “ning ning cening”. Dimaksudkan agar konsep budaya lisan yang telah mengakar kuat lewat bentuk permainan dan lagu-lagu mampu didokumentasikan dengan cara berbeda untuk diterima dengan baik kepada masyarakat di masa ini.
Mengingat konsep budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama dan diturunkan dari generasi ke generasi, maka akan lebih tepat jika penerapannya dinamis. Karena dengan begitu, segala hal positif yang terangkum dalam produk budaya lewat permainan dan lagu dapat terjaga dan diwariskan sebagaimana mestinya. Salah satunya lewat album Gending Rare “ning ning cening” dari Emoni Bali.
Album gending rare “ning ning cening” ini dirilis Minggu malam kemarin di Kalangan Ayodya – Taman Budaya Art Centre, mulai jam 7 malam. Pada hari spesial tersebut, Emoni juga menyiapkan edisi spesial yang hanya diproduksi sebanyak 100 buah.
Emoni Bali
Kontak: Gungde (+6285935171535) emonibali@gmail.com | www.emonibali.com | fb page: Emoni Bali | twitter: @emonibali Info: Produser: Emoni Bali Direkam di: rumah pinguin & KG studio, Denpasar – Bali
Operator rekam: Tyas Permana, Gung Andi,
Mixing & Mastering: Gung Andi di KG Studio
Seluruh lagu diaransemen & digubah oleh Emoni Bali
Desain sampul: Esha SW & Yansanjaya
Ilustrasi: Esha SW & gung ws
Fable: Agung Yudha
Backing vocal: Bella Delvia Keyboard: Indah Carolina
Senandung: Putri Wirasari