Bersabar mengantre, begitulah jawaban pengguna JKN.
Tingginya angka pengguna Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang mencapai 600 pasien per hari di Sanglah membuat pihak BPJS Center merasa kewalahan. Bagaimana cerita dan pelayanan di rumah sakit lain?
Beberapa waktu yang lalu, puluhan orang terlihat ramai duduk santai di depan Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan (BPJS) Kesehatan Center Rumah Sakit Sanglah. Tiap orang memegang map berisi persyaratan untuk menggunakan BPJS miliknya.
Satu persatu, warga mengambil antrean nomer urut untuk mendapatkan pelayanan layaknya seperti di bank.
Seorang laki-laki berjaket tipis duduk termenung dengan tangan kanannya sambil memegang map berwarna hijau. “Lagi menunggu, Pak?” saya tanya dia lalu duduk di sampingnya.
Namanya I Wayan Bagia, 34 tahun. Dia baru 20 menit lebih mengurus BPJS di sini tapi belum juga kelar. “Saya mau urus BPJS, ini masih menunggu nomer antrean,” ungkapnya.
Hari itu BPJS Center Sanglah memang ramai. Maklum, namanya juga Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP dan menjadi rujukan rumah sakit di Bali Nusra. Jumlah pasien JKN per hari, menurut keterangan petugas BPJS Center, mencapai angka 600 per hari.
Di depan ruang tunggu pengguna JKN terdapat 4 buah X Banner, kotak saran berbagai bentuk informasi mengenai JKN.
Pelayanan JKN di RS Sanglah meliputi Rawat jalan Tingkat lanjut, rawat inap tingkat lanjut, pelayanan persalinan, gawat darurat, obat untuk rawat jalan dan rawat inap, alat kesehatan, rujukan parsial, ambulan dan obat penyakit kronis.
RS Sanglah sendiri telah menyiapkan 5 loket khusus untuk melayani peserta BPJS Kesehatan. Menurut dr. Dewi, penanggung jawab BPJS center saat ditemui diruangannya, RS Sanglah memiliki tujuh petugas di BPJS Center. Empat dari pihak BPJS center dan tiga dari RS Sanglah.
“Semua dicampur aduk di sana untuk memberi pelayanan bagi masyarakat,” ungkapnya.
Ruang kursi tunggu pengguna BPJS berkapasistas 56 tempat duduk. BPJS Center sendiri ruangannya berdekatan dengan loket Asuransi Jaminan Kesehatan Bali Mandara, sehingga cukup sesak bagi para pasien.
Untuk pelayanan sosialisasi, pihak BPJS Center di RS Sanglah, tiap pagi melakukan kegiatan rutinitas untuk memberikan informasi. Isinya mengenai tentang proses administrasi BPJS kesehatan yang dilakukan kepada para pasien.
Sementara itu kondisi berbeda terjadi di Puskesmas Dentim II. Tidak ada petugas BPJS Kesehatan di Puskesmas untuk membantu jalannya proses administrasi.
“Saya hanya menghandalkan petugas saya untuk pelayananan BPJS Kesehatan bagi masyarakat yang berobat ke sini menggunakan BPJS,” ungkap kepala puskesmas Dentim II, Buda Wisnawa.
Kepala Puskemas Dentim II ini berharap adanya petugas BPJS ada di setiap puskesmas untuk membantu pelayanan kepada pasien. “Harapan saya sih ada petugas BPJS untuk membantu entry data pasien, karena kami selalu mengalami kesulitan di sana,” pintanya.
Permasalahan tersebut ternyata juga dikeluhkan oleh pasien Puskesma, Wayan Dibia, 30 saat sedang mengunjungi Puskesmas Dentim II.
“Saya bingung proses administrasi mengenai rujukan, makanya saya datang kesini untuk bertanya kepada pihak Puskesmas,” ungkapnya.
Meski pihak puskesmas Dentim II mengaku sudah melakukan sosialisasi sebulan sekali, ternyata bagi Dibia kurang berpengaruh karena melihat pengguna BPJS saat ini sudah semakin banyak. [b]