Di tengah pandemi ini, pelajar juga memiliki peran besar.
Setelah menyumbang berbagai nama penyakit, kini Kelompok virus corona kembali melahirkan nama baru, COVID-19. Penyakit yang terdeteksi pada akhir tahun 2019 di Wuhan, Cina ini telah mencabut paksa ribuan nyawa manusia di dunia. Pada 26 Mei 2020, virus ini tercatat telah menjangkit 5,6 juta orang dan menghilangkan 348.255 jiwa di seluruh dunia.
Sama seperti saudaranya, SARS dan MERS, penyakit yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 ini juga membunuh dengan menyerang sistem pernapasan. Namun, penyakit satu ini bisa dikatakan lebih ganas dibanding dengan penuanya. Bisa dilihat, hanya dalam hitungan bulan, penyakit ini sudah mewabahi lebih dari 60 negara.
Karena hal tersebut, World Health Organization menyatakan bahwa kasus virus corona yang menyebabkan penyakit COVID-19 adalah sebuah pandemi global.
Diketahui bahwa penyakit ini menyebar melalui tetesan air liur orang yang terjangkit. Cairan itu tidak boleh mengenai bagian wajah, tepatnya bagian mata dan mulut. Penyakit ini juga menyebar secara berkelanjutan melalui permukaan yang sudah tercemar virus adalah perantaranya untuk menyebar. Hal ini tentu saja membuat cemas seluruh belahan dunia.
“Mungkin saja seseorang bisa terkena COVID-19 dengan menyentuh permukaan atau benda yang sebelumnya sudah terkontaminasi virus, kemudian menyentuh mulut, hidung atau mungkin mata mereka sendiri,” tutur Centers for Disease Control and Prevention dalam web resminya, sebagaimana dikutip dari Daily Mail.
Mengetahui masalah tersebut, WHO menyarankan kepada tiap negara yang telah positif terdapat penyakit ini untuk lockdown dan social distancing. Semua kegiatan dilakukan dirumah. Bekerja, belajar, dan beribadah dari rumah harus dilakukan seluruh masyarakat. Hampir seluruhnya, kecuali mereka yang sedang bertugas menangani sesuatu yang berkaitan dengan COVID-19. Salah satunya adalah tenaga medis yang tetap harus berjuang menghadapai penyakit COVID-19 pada pasien yang terus bertambah.
Di Indonesia, sebanyak 21.745 orang telah dikonfirmasi positif mengidap penyakit COVID-19 per 23 Mei 2020. Hanya dalam 1 hari, kasus yang bertambah hampir capai angka 1000, yakni tepatnya 949 tambahan pasien. Meski telah melaksanakan social distancing, pertambahan pasien terinfeksi di Indonesia masih saja tinggi.
Bagaimana tidak, memang sulit mendisiplinkan satu negara dengan ratusan juta penduduk di dalamnya. Himbauan pemerintah untuk tidak keluar rumah jika tak berkepentingan diabaikan. Mereka tetap berkumpul dan nongkrong tanpa ada tujuan jelas. Tenaga medis, yang memiliki peran penting dalam pandemi ini tampak kelelahan dengan itu semua. Mereka yang melanggar aturan pemerintah biasanya adalah warga yang kurang paham terhadap penyakit yang sedang booming ini.
Di sinilah dibutuhkan peran pihak yang terpelajar untuk memberikan edukasi yang benar mengenai COVID-19.
Salah satu lapisan masyarakat yang dikenal sebagai generasi yang intelek harus memahami kondisi saat ini dan mengambil bagian di dalamnya. Sebagai kaum muda, pelajar dianggap lebih memahami mengenai COVID-19 dan dampak yang diberikan oleh penyakit ini. Pelajar adalah orang-orang yang melek dalam hal teknologi. Jadi, akan lebih mudah mendapatkan pengetahuan dari internet mengenai penyakit satu ini.
Adanya kebijakan “di rumah aja” atau “stay at home” bukan berarti kreativitas sebagai kawula muda juga ikut stay. Mereka yang sudah lihai dan terbiasa dengan media sosial dapat berkreasi melalui platform tersebut. Bermodalkan pengetahuan yang mereka dapatkan mengenai pandemi ini, mereka bisa berkreatifitas di media sosial sembari memberikan edukasi yang menyinggung COVID-19. Kegiatan tersebut dapat dilakukan walau hanya diam di rumah. Hal tersebut juga merupakan upaya untuk berkontribusi sebagai warga Indonesia yang peduli terhadap pandemi saat ini.
Sampai sejauh ini, tak sedikit pelajar telah mengunggah berbagai media berupa foto, tulisan, maupun video yang membahas tentang corona. “Bagaimana Cara Mencuci Tangan yang Benar” adalah tajuk yang sering kali terlihat pada konten yang diunggah para pelajar dengan tujuan mengedukasi. Membuat postingan tentang cara asik menghabiskan waktu dirumah aja mungkin akan menjadi hal yang menarik. Membuat konten-konten utnuk mengedukasi seperti itu akan membantu membuka pikiran masyarakat agar tetap mengikuti aturan pemerintah dan protokol kesehatan yang ada.
Data statistik yang dikumpulkan mengungkap angka pasien terinfeksi virus corona lebih tinggi menyerang mereka yang berusia lanjut. Analisis yang dilakukan sebuah tim peneliti dari Cina dan Amerika Serikat menemukan usia rata-rata pasien dengan status positif COVID-19 adalah 66 tahun. Penyakit ini jarang ditemukan pada anak remaja yang notabene adalah pelajar, karena fisik dan sistem imun yang dimilikinya lebih kuat.
Kondisi seperti itu merupakan peluang lain bagi anak muda untuk ikut berkontribusi secara langsung. Menjadi relawan contohnya. Di Bali sendiri terdapat organisasi anak muda yang kini aktif menjadi relawan. Organisasi ini disebut Seka Truna Truni (STT). STT yang berada dibawah pemerintahan desa adat digerakkan untuk ikut menjadi bagian dari Satuan Petugas (Satgas). Para anggota dengan tetap menggunakan alat pelindung diri berupa masker bertugas menyemprotkan disinfektan ke setiap permukaan di tempat umum. Mulai dari pasar hingga ke tiap rumah warga.
Para relawan muda tersebut juga ikut menjaga pos pantau COVID-19 yang berada di beberapa titik yang telah ditentukan untuk memberikan handsanitizer dan menyemprot kendaraan yang melintas. Sebagai relawan, mereka juga turut serta membantu dalam pembagian sembako dan pemberian bantuan logistik lainnya. Seluruh anggota tidak bertugas secara bersamaan. Sistem giliran dilakukan demi mengindahkan himbauan untuk membatasi kerumunan.
Tidak hanya organisasi kepemudaan STT, kelompok pemuda lain seperti Remaja Masjid dan Pemuda Gereja juga turut aktif menjadi relawan yang siap mengorbankan waktu mereka. Organisasi yang dominannya beranggotakan para pelajar ini merupakan bukti nyata adanya peran anak muda dalam menghadapi COVID-19.
Pada saat pandemi seperti ini, peranan para pelajar seperti di atas memang sangat diperlukan. Namun, hal itu tidaklah menjadi keharusan seorang pelajar demi menjadi berguna di saat ini. Hanya dengan mentaati seluruh himabuan pemerintah sudah cukup untuk seseorang menjadi pahlawan sekarang. Walaupun hanya di rumah, para pelajar masih memiliki kesempatan untuk menjadi pemberi edukasi dengan cakupan yang lebih sempit, yakni pada keluarga.
Melakukan tindakan pencegahan pada diri sendiri sesuai protokol kesehatan COVID-19 adalah dasarnya. Mencuci tangan dengan sabun setelah memegang atau menyentuh permukaan benda. Bisa juga menggunakan hand sanitizer apabila sedang tidak berada di dekat keran air. Jika terpaksa harus keluar, kita harus tetap menggunakan masker dan mencuci tangan dengan sabun setelah tiba kembali dirumah.
Membersihkan lingkungan juga merupakan hal yang penting untuk dilakukan. Tetap berolahraga dan makan makanan yang sehat untuk tetap menjaga daya tahan tubuh. Jika seorang pelajar telah melakukan hal itu di rumahnya, diharapkan mereka bisa menjadi panutan di dalam keluarganya. Karena sebagai kaum intelektual seharusnya dapat memberi contoh yang baik, mulai dari keluarga kecilnya.
Sangat disayangkan jika para pelajar yang merupakan penerus bangsa, agen perubahan yang intelek menutup mata akan dampak yang timbul karena pandemi ini, apalagi hingga mengabaikan himbauan pemerintah. Para pemuda bisa menjadi teladan bagi seluruh lapisan masyarakat. Para pelajar seharusnya dapat menjadikan dirinya sebagai pelopor menuju ke perubahan yang lebih baik.
Karena itu, peran mereka tidak dapat diremehkan. Mulai dari mereka, meluas keseluruh masyarakat. Melalui itu, semua elemen masyarakat akan saling membahu untuk menghadapi dan menghentikan penyebaran COVID-19. Karena sesungguhnya, yang memiliki peran paling penting pada pandemi kali ini, yang akan memutus mata rantai virus corona bukanlah tenaga medis maupun pihak pemerintah, melainkan kita semua sebagai masyarakat yang taat akan aturan. [b]