Berawal dari coba-coba, kini bisnis dan konservasi mangrove di Tuban berkembang selaras.
Wisata kuliner di Pulau Dewata kian berkembang dengan semakin berkembangnya pariwisata di Bali. Hal ini dapat dilihat dari makin menjamurnya restoran-restoran dan rumah makan di Bali. Peluang besar terhadap pemasok bahan makanan ke restoran mulai dilirik oleh Made Sumasa dari kelompok nelayan Wanasari, Tuban. Dia dan nelayan setempat pun mencoba usaha pengembangbiakan kepiting bakau.
Usaha Sumasa berawal dari mencoba mengembangbiakkan beberapa kepiting sebagai percobaan. Karena pengembangbiakan ini dirasa berpotensi, maka Made Sumasa mulai mencoba membuat keramba pertama dengan ukuran 15 x 20 meter. “Karena keramba pertama berhasil, saya mencoba mengajak nelayan-nelayan sekitar Tuban yang berminat untuk mengikuti usaha pengembangbiakan kepitng bakau ini,” ujar Made Sumasa.
Dia berharap dengan adanya usaha budidaya kepiting ini dapat meningkatkan perekonomian nelayan dan menjadi usaha sampingan di saat tidak melaut sehingga dapat menambah penghasilan nelayan Wanasari, Tuban. Dengan bermodal proposal dia memohon bantuan dana dari Pertamina. Dana ini digunakan untuk membuat beberapa keramba, membeli bibit, serta pemeliharaan.
Peluang
Sebuah keramba yang dibuat memerlukan biaya sekitar Rp 60 juta. Luasnya 2 are. Dengan modal awal hampir Rp 100 juta, Made Sumasa membeli bibit per kilogram seharga Rp 30 ribu – Rp 45 ribu. Harganya tergantung ukuran.
Kepiting dijual idealnya ketika beratnya sudah mencapai 400 gram. Harga yang dipatok sekitar Rp 80 ribu – Rp 170 per kilogram tergantung ukuran. Kepiting yang dijual ke konsumen merupakan kepiting segar. Maksudnya ketika pembeli datang atau memesan barulah kepiting ditangkap sesuai dengan pesanan sehingga kesegarannya tetap terjaga.
Dengan mematok harga sekian dan dengan standar kualitas tersebut, selama 2 tahun usaha budidaya kepiting Made Sumasa ini sudah bisa balik modal.
Sebagai satu-satunya usaha pengembangangbiakan kepiting bakau di Bali, usaha made Sumasa dan kelompoknya kini berkembang dan banyak pesanan dari restoran-restoran di Bali.
Sayangnya budidaya ini belum bisa memasok ke seluruh restoran di Bali, sehingga hanya dipasarkan ke beberapa restorant, terutama restoran Cina di wilayah Kuta. [b]
Artikel yang sangat menarik… Sambil menjaga kelestarian mangrove juga bisa mendatangkan income yg lumayan bagus..
adis-outline.blogspot.com