“… Tiada bingkisan
Hanya kecintaan
Akan kebebasan mendatang
La historia me absolvera…”
“Lagu ini ditulis oleh Santosa saat menjadi tahanan politik di penjara Pekambingan. Liriknya ia catat di tembok penjara itu.” ucap Made mengawali. Melalui Tini dan Yanti, Made Mawut membuka rangkaian acara penayangan perdana video musik lagu terbarunya, “Tabir Kelam”, di Taman Baca Kesiman.
Bukan rahasia lagi bahwa hingga kini, peristiwa kelam 65 di Indonesia masih menyisakan banyak misteri. Sejarah baru dicatatkan oleh mereka yang berkuasa dan rakyat dipaksa menjadi mesin pencetak lupa dengan tebaran ancaman dan larangan untuk menuturkan apa yang sebenarnya terjadi saat itu. Namun, di Taman Baca Kesiman, potongan sejarah yang dihadirkan oleh para penyintas, musisi, seniman, dan komunitas dari kalangan anak muda bisa kita dengar dan bicarakan bersama dengan terbuka.
Menurut beberapa sumber bacaan dan cerita dari para penyintas, kala itu ratusan ribu, bahkan mungkin jutaan nyawa tak bersalah melayang tanpa proses pengadilan. Sanak keluarga kehilangan jejak tanpa kabar, mempertanyakan di mana jasad mereka dikebumikan.
Berlatar kisah itu, Made Mawut yang pertama kali saya kenal sebagai tukang masak lewat mie chili-nya, mengutarakan keresahan sekaligus mengajak kita ingat akan sejarah negeri ini. “Peristiwa itu tidak diungkap hingga kini sehingga ada sesuatu yang penting hilang dalam catatan sejarah bangsa ini. Namun seiring berjalannya waktu alam akhirnya menguak kisah itu, dan salah satunya di Pantai Cucukan, Gianyar,” tutur Made Mawut.
Tabir Kelam yang telah dirilis di kanal musik digital tanggal 31 Maret 2023 ini, ia menggandeng kawan satu tongkrongan, duo folk Nosstress. Kehadiran dua sekawan ini berhasil memberi nuansa baru yang memperkaya musik Made Mawut.
Man Angga, salah satu personil Nosstress ini sudah menganggap Made layaknya guru. Tak hanya karya yang tumbuh melalui lingkaran pertemanan mereka, tetapi juga solidaritas dan kesadaran kolektif untuk terus merawat ingatan akan sejarah dan kebenaran yang dibungkam. Meski awalnya sempat merasa takut untuk menyuarakan isu yang sensitif ini, tetapi Angga pada akhirnya menemukan keyakinannya. “Jika ketakutan lestari, berarti rezim ini sudah berhasil mematikan kita karena ketakutan. Kita pun sah mewarisi ketidakketahuan,” pungkas Angga.
Melalui lagu juga video musik “Tabir Kelam” ini, Made Mawut memberi kita satu titi atau jembatan menuju cerita sejarah alternatif dan menolak lupa dengan apa yang terjadi pada peristiwa kelam 65.
“Apapun yang terjadi di masa lalu ini terlepas dari siapa yang benar atau salah. Bagi saya peristiwa itu patut diketahui kebenarannya oleh tiap generasi, sehingga kita sama-sama bisa belajar dari peristiwa itu dan tak mengulangi lagi,” ujar Made Mawut.
Dadang Pranoto selaku produser melihat sosok Made Mawut sebagai musisi yang memiliki sensitivitas sosial tinggi. Made kerap berbuat “nyeleneh” dari setiap lirik yang dia buat, tapi pesannya jelas tanpa basa-basi. Dan baginya musik adalah media popular, menjadi pengeras suara-suara bawah tanah.
“Ini menjadi penting karena di lagu baru yang berjudul “Tabir Kelam” ini dia merubah suatu cerita yang puluhan tahun senyap kembali dia gaungkan hanya dalam durasi lagu 4.15. Itu luar biasa,” ucapnya.
“Dan saya sebagai produser album Made Mawut tentu tidak berpikir panjang untuk memutuskan apa yang harus kami lakukan dengan karya ini. Karena bagi saya musik atau karya seni tetap harus punya guna, dan lagu ini akan sangat bermanfaat dan menjadi literasi pengetahuan sejarah bangsa ini melalui musik. Hari ini Made Mawut kembali hadir dengan tingkat kematangan musikal sebagai penulis lagu yang sungguh penting buat industri musik di Bali,” ujar Dadang Pranoto.
Visualisasi “Tabir Kelam” digarap dengan apik oleh Hadhi Kusuma yang didapuk sebagai sutradara. Dibantu pula oleh Baskara Putra sebagai penata gambar. Dalam video berdurasi kurang dari lima menit itu, ada banyak simbol yang dimunculkan. Misalnya sepatu, perempuan berpakaian merah muda, burung kokokan, kembang api dan lainnya.
“Ketika Made menceritakan konsep video lagu “Tabir Kelam”, saya bersemangat ingin segera menggarap. Kami mendaulat Baskara Putra, seorang fotografer untuk kolaborasi sebagai penata gambar di video musik ini, karena ia memiliki nuansa gambar yang cocok disandingkan dengan lagu ini,” jelas Hadhi Kusuma.
Meski kisah pilu 1965 identik dengan cerita kekerasan dan berdarah-darah, Hadhi Kusuma dan Baskara berupaya menampilkan sisi yang lebih optimis.
“Di video musik “Tabir Kelam”, sepatu adalah pengantar kisah peristiwa itu untuk generasi mendatang, sehingga kita bisa mengetahui sejarah yang terjadi. Terungkap apa adanya agar kelak itu menjadi satu pembelajaran bagi kita semua,” tutup Hadhi Kusuma.
Single “Tabir Kelam”
Lirik oleh Made Mawut
Dinyanyikan oleh Made Mawut feat Nosstress
Aransemen oleh Made Mawut dan Dadang Pranoto
Ukulele oleh Nosstress
Diproduksi oleh Dadang Pranoto
Mixing dan mastering oleh Cipta Gunawan dari Stonedeaf Music Studio
Produser eksekutif dan record label, Pohon Tua Creatorium
Artwork oleh Slinat
Tata letak oleh Putu Deoris
Video Musik “Tabir Kelam”
Diproduksi oleh Made Mawut
Sutradara, Editor oleh Hadhi Kusuma dan Baskara Putra
Ulasan nya mantap, thanks Iin