Oleh Anton Muhajir
Di antara hiruk pikuk persiapan Pemilu, penghuni Panti Sosial Lansia menjadi kelompok yang terlupakan. Hingga sepuluh hari menjelang Pemilu Legislatif 9 April nanti, belum satu pun penghuni panti sosial di kawasan Biaung, Kesiman, Denpasar Selatan ini yang terdaftar.
Menurut Stefanus Bessie, Koordinator Pelayanan Teknis Panti Sosial Wana Seraya, tidak terdaftarnya penghuni panti tersebut karena mereka tidak punya identitas sebagai warga banjar setempat. Panti Lansia tersebut berada di banjar Biaung, Desa Kesiman Kertalangu, Denpasar Timur.
“Mereka (para lansia) itu statusnya adalah pendatang di banjar ini. Jadi tidak masuk dalam data base banjar sini. Otomatis mereka tidak dapat kartu pemilih,” kata Bessie, Senin (30/3) di Denpasar.
Bessie menambahkan tidak terdaftarnya para lansia sebagai warga banjar tak hanya berdampak pada hilangnya hak suara mereka dalam Pemilu. Hak sosial mereka sebagai warga negara juga hilang. Misalnya hak untuk mendapat bantuan langsung tunai (BLT) yang dibagikan pemerintah pada warga miskin.
“Kami pernah meminta secara lisan agar nama penghuni masuk dalam daftar warga miskin di banjar sini. Tapi pengurus banjar menolak,” ujar Bessie.
Akibat tidak terdaftar sebagai pemilih tersebut, lanjut Bessie, 49 penghuni lansia itu pun dipastikan tidak akan bisa ikut memilih. “Bukan karena Golput, tapi karena secara teknis sudah tidak tercover,” tambah staf yang bekerja di panti lansia sejak 2003 ini.
Menurut Bessie tidak tercatatnya para Lansia tersebut merupakan bukti bahwa Komisi Pemilihan Umum (KPU) memang tidak memperhatikan para Lansia sebagai pemilih. “Ini kesalahan bersama. KPU tidak menghitung, banjar tidak mencatat. Kami sebagai staf juga tidak melaporkan,” tambahnya.
Karena tidak tercover itu pula, lanjut Bessie, maka tidak ada sosialisasi atau kegiatan apa pun terkait dengan Pemilu di panti lansia Wana Seraya. “Dicatat saja tidak, bagaimana bisa ada sosialisasi. Saya yang punya KTP pun tidak pernah mendapat informasi apa pun tentang Pemilu dari banjar atau pihak yang mengurus Pemilu,” ujar Bessie.
Tidak tercatatnya penghuni Panti Lansia itu, menurut Bessie sudah jadi lagu lama. Bukan hanya kali ini para penghuni Panti tidak tercatat. Dalam Pemilu-pemilu sebelumnya pun begitu.
“Penghuni panti lansia itu orang-orang yang tidak beruntung. Mereka dibuang. Makanya semua orang jadi lupa pada kami, termasuk orang yang bekerja di sini. Dalam kampanye misalnya, tidak ada sama sekali yang mengingat perlunya memperhatikan lansia,” tambah Bessie.
Salah satu penghuni panti Ni Wayan Warsiki, 69 tahun, mengatakan hal yang sama dengan Bessie. Menurut perempuan kelahiran Gianyar ini sampai saat ini dia juga belum mendapat informasi apa pun terkait dengan Pemilu 2009.
“Tidak ada berita apa-apa tentang Pemilu nanti. Mungkin orang tua seperti kami memang tidak diikutkan Pemilu,” tambah mantan guru ini.
Karena belum ada informasi apa pun soal Pemilu tersebut, maka Warsiki juga tidak yakin bahwa dia akan memilih. “Saya tidak tahu ikut apa tidak. Sebenarnya saya tidak ingin ikut Pemilu kalau tidak diperintah. Tapi kalau saya disuruh memilih ya ikut saja,” tambahnya.
Bagi Warsiki Pemilu merupakan hal penting untuk memilih pemimpin. “Supaya bisa memilih orang yang akan membuat negara aman,” katanya.
“Kalau tidak ikut memilih, saya mendoakan semoga rakyat bisa memilih yang terbaik,” lanjut Warsiki. [b]