I Wayan Warta, pengerajin kelahiran Tegallalang ini senang bisa berkreasi dari limbah laut. Berkreasi di bidang seni kerajinan tangan adalah salah satu cara mengurangi sampah kayu yang banyak terdampar di pantai.
Oleh Ni Luh Cica Kusumadewi
Kayu merupakan sampah terbanyak di laut selain plastik, oleh karena itu Warta berpikir bagaimana cara memanfaatkan sampah tersebut. Agar bisa diolah menjadi sesuatu yang bisa dimanfaatkan dan menjadi sebuah kerajinan yang memiliki nilai guna.
Desa Tegallalang merupakan salah satu desa wisata yang terkenal dengan seni dan kerajinan. Saya mempunyai kesempatan berbincang dengan beberapa seniman kerajinan tangan di Tegallalang khususnya di Banjar Tegallalang yang dekat dengan objek pariwisata Ceking Rice Terrace. Satu di antaranya yang mengesankan adalah I Wayan Warta. Ide kerajinan tangan sudah dilakoninya sejak 23 tahun yang lalu.
Dimulai dengan mengumpulkan potongan ranting dan kayu sampah laut. Kemudian dipilah dan dikeringkan sesuai bentuk dan ukurannya. Potongan ranting serta akar dari berbagai jenis kayu ini dapat dirangkai menjadi berbagai benda yang unik, menarik dan mempunyai nilai jual yang tinggi. Dengan bantuan lem, paku dan pengeringan kayu, satu materi sampah dirangkai menjadi benda yang diinginkan seperti meja, bingkai, lampu, dan hiasan dinding.
Dirintis sejak tahun 1997 lalu, usaha ini terus berkembang. Dibantu oleh para karyawannya, Wayan Warta bisa memproduksi kerajinan ini lebih dari 100 jenis barang dalam waktu yang disepakati dengan pelanggannya. Dengan bahan baku yang murah dan mudah didapat, usaha kerajinannya terus berkembang dan mendapatkan celah untuk menjual atau ekspor ke mancanegara.
Proses dari pembuatan kerajinan tangan ini yaitu, mulai dari pencarian kayu laut di pesisir pantai hingga menyaringnya di dasar laut. Kemudian disortir dan dikirim ke gudang. Di sana kayu-kayu yang didapatkan disortir kembali kekuatan kayu-kayunya, kemudian dikeringkan dengan mesin pengeringan kayu. Bahan yang sudah dikeringkan lalu dipotong, dilem, dan ditempel sesuai keinginan. Saat barang sudah dirangkai, barang yang sudah jadi kembali dikeringkan manual dengan bantuan sinar matahari. Barang bisa dicat ataupun dengan warna natural sesuai dengan keinginan customers. Setelah jadi, barang siap dipacking dan dijemput oleh cargo untuk diekspor.
Warta mengatakan harga ditetapkan berdasarkan ukuran, kesulitan proses membuatnya, dan kesepakatan dengan customers. Harga untuk barang-barang yang dijual berkisar antara Rp 20.000 rupiah hingga Rp 800.000 rupiah. Beliau mengatakan telah banyak menjual kepada wisatawan asing dari Eropa, Amerika Serikat, dan negara lain.
Sejak terjadinya pandemi Covid-19 ini, Wayan Warta mengatakan usaha beliau ikut kena dampaknya, mulai dari kesulitan akses ke pantai, penjualan menurun, dan hampir tidak adanya tamu asing yang mengunjungi artshop. Hal ini terjadi dari bulan Januari hingga April 2020.
Namun dengan bantuan teknologi, beliau memanfaatkan media online untuk berhubungan dengan pelanggan-pelanggan dari mancanegara. Terhitung mulai Mei 2020 orderan mulai masuk. Meskipun belum stabil, beliau menyiasati dangan memberikan diskon atau menurunkan harga untuk customers. Karena ketekunan mengerjakan kerajinan tangan ini, ia tak putus asa ataupun beralih profesi di masa pandemi ini.