• Beranda
  • Pemasangan Iklan
  • Kontak
  • Bagi Beritamu!
  • Tentang Kami
Friday, July 11, 2025
  • Login
BaleBengong.id
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
BaleBengong
No Result
View All Result
Home Berita Utama

Menikmati Kehidupan Indonesia di Hong Kong Minggu Pagi

Savitri Sastrawan by Savitri Sastrawan
1 December 2019
in Berita Utama, Sosial
0 0
0
TKI Indonesia menikmati libur Minggu di Hong Kong. Foto Savitri Sastrawan.

Hari Minggu memang hari libur, tetapi untuk mereka bisa jadi hari libur satu-satunya.

Bagi generasi sekarang, membicarakan hari Minggu sebagai hari libur atau tidak sepertinya tidak terlalu penting. Apalagi WhatsApp online terus. Ayo, siapa yang gak diganggu bos di hari Minggu?

Namun, mengingat Indonesia yang luas dan penduduknya pun menyebar ke negara lain, Minggu tetaplah sebuah hari libur yang diinginkan dan mungkin didambakan. Minggu menjadi hari spesial di Hong Kong untuk sebagian penduduk Indonesia yang bekerja di sana. Pemandangan pedestrian-pedestrian dan taman-taman kota tersebut di hari Minggu tidaklah seperti hari-hari biasanya.

Pernah hidup di sini, sayapun pernah melihat pemandangan ini sebelumnya. Namun, dahulu banyak yang merupakan orang Filipina dibanding Indonesia. Kali ini, penduduk Indonesia di Hong Kong sudah mencapai 100.000 lebih. Jumlah itu menyeimbangi penduduk Filipina yang ada di tempat ini juga.

Kaget juga. Jika berjalan di sekitar Causeway Bay tempat di mana Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) terletak, sudah banyak restoran Indonesia, warung Indonesia, antrean di depan Bank BNI dan Bank Mandiri yang begitu panjang, serta percakapan dalam bahasa Jawa.

Saat saya tinggal di Hong Kong sekitar tahun 1996 sampai 1998, sudah banyak juga penduduk Indonesia mengadu nasib sebagai tenaga kerja wanita (TKW). Mereka bekerja sebagai domestic helper atau pembantu rumah tangga di daerah istimewa di Tiongkok ini. Namun, ibu dan tante saya masih sering dikira orang Filipina yang masih lebih dominan.

Hari libur mereka sudah dikenal memang diisi dengan nongkrong bersama. Baik orang Filipina maupun Indonesia. Saling mengokupasi jembatan, pedestrian, pojokan-pojokan ruang publik, berbahagia bersama. 

Keriuhan para TKI pada saat Minggu pagi terlihat dari restoran McD. Foto Savitri Sastrawan.

Bernostalgia

Dua puluh tahun kemudian, terlihat juga mereka dengan telepon genggamnya. Berjalan sana sini sambil menelpon voice call maupun video call. Ada yang dengan tongsisnya berfoto bersama, selfie bersama, masih dengan suasana sama.

Kata seorang kawan orang tua saya, yang Indonesia cenderung ada di sekitaran Causeway Bay, Victoria Park dan North Point (bagian Timur Hong Kong Island) sedangkan yang Filipina di Central (bagian Barat Hong Kong Island).

Saya ingat ada satu McDonalds dekat KJRI yang di mana saya dan adik saya suka minta makan ke sana sesekali. Jam pulang sekolah dari Sekolah Indonesia Hong Kong (SIHK) yang terletak di gedung sama dengan KJRI, kami mampir makan apalagi satu jalur ke halte bus pulang. Kadang bersama ibu, kadang bersama tante.

Kali ini, di saat memiliki pagi yang tidak terlalu sibuk dari workshop yang saya ikuti, saya pun bernostalgia ke sana di hari Minggu. Ya, itu Minggu. Ibu-ibu Indonesia sudah membludak ada di jalanan dan juga di McDonalds tersebut. Mereka ngerumpi sambil makan.

Suasana berasa ke McDonalds di Indonesia saja, tetapi dengan menu sedikit berbeda. Lantai 1 penuh. Namanya juga orang Indonesia, siapa yang mau naik tangga ke lantai 2? Setelah mendapatkan makanan, saya pun ke lantai 2, memilih duduk menghadap Causeway Road, jalan utama Causeway Bay. 

Tidak jauh dari saya, dialek Jawa pun terdengar lagi. Namun, mereka sedang tidak makan. Mereka keluarkan toples-toples besar berisikan jajanan basah dari tas masing-masing. Mereka mulai menukar dan menaruh ke toples yang lebih kecil. Saya pun mereka-reka, untuk piknikkah? Untuk dijualkah?

Saya tidak dapat waktu mencari tahu apa yang akan dilakukan dengan jajan basah itu. Tetapi ada satu saat di depan Bank BNI dan Bank Mandiri itu, ada yang meneriakkan “Es teh! Es teh!” sambil mengayunkan beberapa plastikan minuman tersebut. Sepertinya ini sudah bagian dari kehidupan mereka juga, berjualan di keramaian di saat sempat.

Pemandangan ibu-ibu itu berlanjut di luar juga. Di seberang ada toko “Mobile Phone Direct Selling Center” dengan kata-kata bahasa Indonesia: Toko ini khusus buat orang Indonesia. Di sebelahnya ada kata-kata tagalog yang sepertinya sama. Dijelaskan di papannya bahwa toko itu melayani kartu telepon jarak jauh dan jual beli telepon.

Tempat itu penuh dengan ibu-ibu berhijab. Komunikasi, sungguh berarti untuk dicari, untuk berkabar ke negaranya itu. Menarik bagaimana toko itu benar-benar khusus untuk para pekerja rumah ini.

Hari Minggu pagi itu belum ada terlihat demonstrasi yang sedang berlangsung itu, yang dikatakan terjadi setiap akhir pekan. Namun, yang pasti, dunia Minggu pagi di Causeway Bay itu seakan bukan milik orang lokal, milik para pekerja imigran dari negara saya sendiri. [b]

Tags: Hong Kong
Liputan Mendalam BaleBengong.ID
Savitri Sastrawan

Savitri Sastrawan

Seorang Bali nomaden, Savitri Sastrawan adalah pekerja lepas di seni dan bahasa. Savitri tertarik dalam mengeksplor kemungkinan-kemungkinan antar disiplin di kesenian dan bahasa dalam kebudayaan dan masyarakat kita saat ini. Tidak terkecuali rekoleksi narasi-narasi yang ada dalam sejarah, geografi dan budaya visual yang ada di atau tentang Bali dan Indonesia.

Related Posts

Minggu Memang Libur, tetapi Dunia Telanjur Kelam di Dalamnya

Minggu Memang Libur, tetapi Dunia Telanjur Kelam di Dalamnya

12 January 2020
Next Post
Prostitusi Dibungkam, Ekonomi pun Mati Pelan-pelan

Kisah Penjaja Cinta dan Kesehatannya

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Temukan Kami

Kelas Literasi BaleBengong
Melali Melali Melali
Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu?

Kabar Terbaru

BYURR! Kekacauan Baru di Skena Hardcore Bali

BYURR! Kekacauan Baru di Skena Hardcore Bali

10 July 2025
Diskusi dan Konser Hari HAM “Semakin Dibungkam Semakin Melawan”

Konser Bukan Cuma Menyanyi dan Bergembira, namun Juga Masalah Kenyamanan dan Keamanan

9 July 2025
Bandara Baru di Bali Utara: Gajah Putih dalam Bayang Pembangunan yang Salah Arah

Bandara Baru di Bali Utara: Gajah Putih dalam Bayang Pembangunan yang Salah Arah

9 July 2025
TAKSU Reuse di AJW 2025: Solusi Cerdas Kurangi Sampah Plastik Sekali Pakai

TAKSU Reuse di AJW 2025: Solusi Cerdas Kurangi Sampah Plastik Sekali Pakai

8 July 2025
BaleBengong

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia

Informasi Tambahan

  • Iklan
  • Peringatan
  • Kontributor
  • Bagi Beritamu!
  • Tanya Jawab
  • Panduan Logo

Temukan Kami

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia