Menulis bagi saya sebuah terapi dan katarsis.
Terlebih setelah saya divonis mengidap skizofrenia pada usia 25 tahun, sesuatu yang membuat langit terasa runtuh dan memorak-porandakan mimpi serta harapan.
Saya menekuni puisi sejak SMA saat bergabung di Komunitas Kertas Budaya, komunitas seni di kota kelahiran saya, Negara. Di sana saya mengenal dunia sastra dan puisi menjadi oase yang menyejukkan serta mengisi dahaga batin dan pencarian saya akan makna hidup. Ada kegembiraan yang saya rasakan saat puisi-puisi saya dimuat di koran lokal. Saya makin bersemangat menulis dan mengirimkan karya ke media massa.
Kegemaran menulis puisi berlanjut saat saya pindah ke Denpasar melanjutkan studi di universitas, hingga musibah itu datang pada 2009; saya mengalami gangguan jiwa yang membuat saya tak bisa menyelesaikan studi dan kembali ke kampung halaman. Dalam masa penyembuhan, puisilah tempat saya berekspresi dan mengeluarkan semua beban yang mengganjal.
Puisi menjadi tempat pulang, tempat saya menemukan rumah yang sebenarnya. Saya mendapat kekuatan dan optimisme melalui jalan sunyi puisi.
Pada 2014 saya memberanikan diri untuk keluar dari kampung halaman dan bekerja. Ternyata tidak mudah, saya mengalami pergulatan hebat tetapi saya tak menyerah pada keadaan dan penyakit yang saya derita. Menjadi jurnalis adalah pilihan saya setelah beberapa kali mencoba berbagai pekerjaan. Di sela-sela rutinitas saya tetap menulis puisi dan merambah pada esai seni budaya yang dimuat di beberapa media cetak dan online.
Impian menerbitkan buku puisi tercapai berkat dukungan Komunitas Peduli Szikofrenia Indonesia (KPSI) simpul Bali dan Rumah Berdaya Denpasar, tempat saya bergiat beberapa tahun terakhir. Maka lahirlah buku puisi “Catatan Pulang”, di mana judul diambil dari salah satu sajak dalam buku tersebut.
Sebanyak 67 sajak terhampar dalam buku kumpulan puisi pertama saya ini yang ditulis dalam kurun waktu 16 tahun, 2001 hingga 2017 dan menjadi “cacatan” atas berbagai hal yang saya alami dan rasakan; tentang cinta, perjuangan menghadapi skizofrenia, kerinduan dan pencarian makna hidup. Saya berharap buku ini bisa menjadi inspirasi bagi siapa saja, terutama bagi teman-teman ODS (Orang Dengan Skizofrenia) yang sedang berjuang menghadapi penyakit dan juga stigma.
Peluncuran buku puisi “Catatan Pulang” akan digelar pada Sabtu, 20 Januari 2018 bertempat di Rumah Berdaya Denpasar, Jalan Hayam Wuruk 179 Denpasar. Acara akan diisi dengan tour galeri seni Rumah Berdaya, pemutaran film dan ngobrol sore bersama Abu Bakar (Aktor/sutradara teater) dan Nanoq da Kansas (Penyair, aktivis seni) serta pembacaan puisi.
Kehadiran kerabat dan sahabat pencinta sastra akan sangat berarti bagi saya. Terima Kasih. [b]
Dengan puisi Angga Wijaya bisa membuka isi hati dan bicara pada kehidupan.
Tanpa penyair dunia ini kehilangan sumber mata air hidup.
Semoga Angga sukses dan terus berpuisi.
Tanpa puisi kita jadi robot.
All the best!
Terima Kasih apresiasinya, mas El.
Salam.