Oleh Ni Putu Juniari, Ni Kadek Kamala Dewi
Hidden Gems
Seorang pemimpin visioner lahir di tengah-tengah masyarakat Desa Adat Cau Belayu, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan. Berpegang pada tekad dan optimisme, Putu Eka Jayantara memantapkan daksanya untuk “ngayah”, mengabdi sebagai Perbekel atau Kepala Desa Cau Belayu terhitung mulai 24 Desember 2019. Sebagai pucuk pimpinan, ia mengemban tugas dan tanggung jawab untuk melayani dan memberdayakan masyarakat desa, utamanya menggali, mengintegrasikan, serta memanfaatkan potensi yang ada guna memajukan Desa Cau Belayu.
Pria paruh baya yang bermukim di Banjar Dinas Seribupati ini dengan runtut dan detail mengulas potensi dan rencana pembangunan desa tatkala disambangi di kediamannya pada Rabu (27/04) sekitar pukul 17.00 WITA. “Sejatinya kami memang memiliki beberapa potensi. Pertama, kami memiliki lahan sawah seluas 112 hektar, belum termasuk kebun dan tegalan. Kedua, kami melihat adanya potensi wisata sejak Air Terjun Pengempu mulai mendapat kunjungan wisatawan sekitar lima atau empat tahun yang lalu,” tuturnya.
Kemudian, terkait dengan rencana pembangunan desa dan pengembangan desa wisata berbasis digital, Eka tengah berupaya merampungkannya secara bertahap. Pengoptimalan potensi dan sumber daya dalam membangun desa merupakan PR besar bagi Eka. Pasalnya, ia mengakui bahwa Desa Cau Belayu tergolong desa baru yang terbentuk di abad ke-18 M, sehingga tidak memiliki karakteristik khusus yang menonjol seperti desa tua di Bali. “Apa yang menjadi ciri khas dari Desa Cau Belayu, kami memang belum bisa menemukan itu seperti halnya yang dimiliki daerah Tenganan, Penglipuran, atau yang punya atraksi khusus atau kuliner khusus,” ujarnya.
Kendatipun demikian, Eka menyebut bahwa Desa Cau Belayu memiliki beberapa potensi wisata yang dapat dikembangkan. Adapun destinasi wisata yang saat ini sudah mulai beroperasi berupa: Air Terjun Pengempu dan wisata tubing yang berlokasi di Banjar Dinas Seribupati; wisata religi Pura Luhur Pucak Geni yang telah menjadi pelestarian Cagar Budaya Nasional; serta destinasi wisata di Banjar Dinas Padang Aling berupa countryside yang memuat aktivitas wisata Becak Ride, traditional farming activity, tracking, dan cooking class. Selain itu, Eka juga menyebutkan bahwa camping ground dan camp yoga masih dalam tahap pengembangan.
Ketika ditanya perihal gagasan untuk mengembangkan desa wisata, Eka menyebutkan bahwa hal itu bermula dari tekadnya untuk membenahi dan melanjutkan pemeliharaan Air Terjun Pengempu yang sempat terbengkalai. “Kami melihat ada potensi wisata di Air Terjun Pangempu tersebut, sekitar 4-5 tahun yang lalu sudah banyak yang berkunjung. Tetapi pada saat itu memang legalitas dan payung hukum terkait kunjungan tidak ada pengenaan tarif, karcis, dan sebagainya, sehingga mereka itu praktis hanya berdonasi saja,” terang Eka.
Guna mendorong pengembangan potensi wisata yang ada, jajaran Pemerintah Desa Cau Belayu kemudian mulai bergerak untuk menyusun skema alokasi anggaran, pembangunan dan pengelolaan objek wisata. Sebagai langkah awal, Pemerintah Desa Cau Belayu mengajukan proposal permohonan SK Desa Wisata kepada Bupati melalui Dinas Pariwisata Kabupaten Tabanan pada tanggal 22 Februari 2020. Pada saat itu, Desa Cau Belayu didukung oleh asistensi dari Sekretaris Kemenparekraf, Ni Wayan Giri Adnyani. Setelah penantian yang cukup panjang, Tim Dinas Pariwisata Kabupaten Tabanan akhirnya melakukan survey dan pengecekan ke Desa Cau Belayu pada tanggal 16 Agustus 2020. Tiga hari kemudian, tepatnya tanggal 19 Agustus 2020, Desa Cau Belayu resmi menerima SK Desa Wisata yang ke-24 di Kabupaten Tabanan.
Setelah mengantongi SK Desa Wisata, Eka menyebutkan bahwa pemerintah desa gencar melakukan sosialisasi ke masyarakat melalui pesangkepan-pesangkepan (pertemuan). Di samping itu, Pemerintah Desa Cau Belayu juga melakukan revisi anggaran tahun 2021 untuk mendukung pengembangan desa wisata. “Kebetulan untuk pembangunan infrastruktur, ada juga Permendesa No. 13 Tahun 2020 waktu itu, yang mengamanatkan kami di desa minimal alokasi upahnya sebesar 50% dengan pola PKTD (Padat Karya Tunai Desa). Kami kendala, bagaimana caranya membangun, paling tidak kami bisa maksimal mengalokasikan upah itu 27-30%,” ujarnya.
Setelah dianalisis dengan saksama, tercetuslah ide untuk membangun taman desa yang diintegrasikan dengan pemindahan patung perjuangan I Gusti Ngurah Rai sebagai ikon Cau Belayu. Lokasinya yang berdekatan dengan Jembatan Titi Gantung sangat strategis sebab menjadi akses sentral antara Desa Cau Belayu, Kecamatan Marga, Tabanan dengan Desa Sangeh, Kecamatan Abiansemal, Badung. Total telah terealisasi Rp130 juta di tahun 2021 untuk pembangunan taman desa, pemindahan dan pembuatan pondasi patung perjuangan, serta pembangunan dua gazebo di Air Terjun Pengempu. Terakhir, untuk menunjang desa wisata, dibeli pula 15 unit alat penunjang river tubing di kisaran Rp50 juta.
Lebih lanjut, dari sisi pengembangan sumber daya manusia, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif melalui Direktorat Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur serta Direktorat Sumber Daya dan Kelembagaan telah memberikan beragam pelatihan kepada masyarakat dan pelaku usaha di Cau Belayu. Hal tersebut bertujuan untuk mendukung keberadaan desa wisata, salah satunya dengan pembuatan keripik, jajanan, fashion, dan lain sebagainya.
Terkait hal tersebut, Eka menyebutkan bahwa mulai tahun 2020 akhir, 2021, termasuk di bulan Maret 2022 telah beberapa kali diadakan program pelatihan. Ia sendiri mengikuti pelatihan dari Direktorat Pemasaran yang berlangsung di Prime Plaza, Sanur pada tanggal 19-22 Maret 2022. “Memang kami rasa belum maksimal capaiannya, tapi langkah-langkah ke sana sudah ada, karena kembali itu kepada masyarakat mau nggak menekuni, masalahnya ada di sana,” pungkasnya.
Efisiensi Pelayanan Masyarakat
Transformasi digital kian nyata di tengah pandemi, tak terkecuali dalam proses administrasi dan pelayanan masyarakat di desa. Skema digitalisasi dalam pelayan publik telah diadopsi oleh Desa Cau Belayu mulai tahun 2021. Membawa berkat di tengah kehidupan normal baru, teknologi digital merupakan media yang tepat dan efisien untuk menunjang produktivitas sehari-hari.
Terkait dengan digitalisasi desa, hal ini telah dicanangkan dalam visi misi Desa Cau Belayu. Hal ini termasuk pengelolaan administrasi pemerintahan desa berbasis digital, pelayanan publik berbasis online, serta pengembangan jaringan Desa Digital.
I Made Hari Antara, karib disapa Hari, merupakan Kepala Urusan (Kaur) Umum yang sekaligus ditugaskan sebagai operator aplikasi Smart Desa yang bernama Desa Presisi Cau Belayu. Hari mengungkapkan bahwa Desa Cau Belayu dan Desa Pajahan merupakan dua desa yang dijadikan sebagai desa percontohan dalam penerapan aplikasi Smart Desa binaan Pemerintah Kabupaten Tabanan. “Smart Desa awalnya dicetuskan oleh kabupaten, tapi sekarang untuk pendanaan itu dari dana desa, setiap setahun sekali kita lakukan perpanjang kontrak,” terang Hari ketika dijumpai di Kantor Desa Cau Belayu pada Sabtu, (30/04) pukul 09.30 WITA.
Lebih lanjut, Hari menyebutkan bahwa keberadaan aplikasi ini memberikan berbagai kemudahan. Aplikasi Desa Presisi memungkinkan masyarakat Desa Cau Belayu untuk mengakses pengumuman, berita, membuat surat, hingga melakukan pengaduan tanpa harus bertandang ke kantor desa. Selain itu, Hari pun merasakan bahwa aplikasi ini mempermudah pekerjaannya dalam pengelolaan data penduduk. “Kalau dulu kita perlu minta data ke Dukcapil Tabanan (Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil) berupa excel. Sekarang ada sistem ini, kita tinggal cari di Smart Desa, cepat dah ketemu, dari kelompok umur, jumlah penduduk per banjar, bukan hanya segi layanan umum saja,” pungkasnya menimpali.
Meskipun inovasi Smart Desa melalui aplikasi Desa Presisi Cau Belayu dapat memberikan kemudahan dari segi administrasi dan pelayanan masyarakat, Hari mengakui bahwa implementasinya masih belum maksimal dan sempat menemui kendala. Kendala yang utama ada pada intensitas pemanfaatan aplikasi dari masyarakat sendiri. Meskipun telah diadakan sosialisasi, namun masih ada beberapa kalangan masyarakat yang tidak menggunakan aplikasi. Faktornya beragam, ada kalangan usia lanjut yang tidak memiliki gawai, akses internet yang belum sepenuhnya merata, serta ketersediaan aplikasi yang baru bisa diinstal pada Android.
“Respon masyarakat sih berbagai macam, ada yang antusias, sangat terbantu dengan aplikasi, ada juga yang lebih nyaman langsung ke (kantor) desa daripada menggunakan aplikasi. Sedangkan untuk program Wi-Fi gratis belum ada, jika dari program desa adat memang ada, cuma lokasinya di Balai Banjar,” terang Hari. Ia pun berharap agar aplikasi ini bisa diterapkan oleh masyarakat secara optimal. Pemerintah Desa juga telah gencar menyosialisasikan aplikasi Desa Presisi kepada masyarakat agar ada peningkatan pengguna, sehingga alokasi anggaran untuk pengelolaan aplikasi tersebut tidak sia-sia.
Digitalisasi Desa Wisata
Urusan penyebaran informasi dominan dilakukan dari mulut ke mulut dengan tatap muka, kini hal tersebut mulai bergeser seiring kencangnya arus digital. Pengenalan produk UMKM hingga promosi destinasi wisata menjadi sangat cepat berkat kemajuan zaman, Desa Cau Belayu merupakan salah satu contohnya.
Terdapat beberapa upaya digitalisasi yang sedang digencarkan oleh pihak desa untuk mendukung potensi Desa Cau Belayu menuju pemaksimalan fungsi sebagai desa wisata, diantaranya ialah pembuatan Website, Instagram, dan Facebook dengan branding Wonderful Cau Belayu.
Bermula dari masukan dan saran dari beberapa dosen dan sejumlah mahasiswa yang melakukan penelitian di desa, Kepala Desa Cau Belayu tergugah untuk menerbitkan sebuah situs web khusus untuk memperkenalkan desa ke khalayak umum. “Untuk melebarkan sayap terkait hal tersebut karena jangkauannya luas, sehingga pada tahun 2021 kemarin saya minta kepada jajaran untuk menjadi prioritas kedua setelah penanganan kebersihan sampah. Kemudian di tahun 2022 yang menjadi concern prioritas penganggaran adalah pengelolaan sampah berbasis sumber, kedua pengelolaan Website, dan ketiga ada pemberdayaan petani hewani,” jelas Eka Jayantara.
Situs web Desa Cau Belayu menampilkan sejarah desa, kabar terkini dari Desa Cau Belayu, lembaga masyarakat, profil desa, pemerintahan desa, hingga toko masyarakat. Tak hanya itu, Desa Cau Belayu mengalokasikan anggaran desa sebanyak Rp39.488.000,00 untuk pengembangan sistem informasi desa. Saat ini, pemaksimalan penggunaan website juga sedang digencarkan untuk mengenalkan potensi desa Cau Belayu. “Sekarang masih dalam tahap pengembangan, mungkin dalam waktu dekat akan diimplementasikan, ada website khusus untuk desa wisata, itu masih proses. Website ini akan dipisah dari website Desa Cau Belayu,” ungkap Hari selaku Kaur Umum Desa Cau Belayu.
Selain itu, terdapat akun Instagram yang mengenalkan potensi wisata desa tersebut, yakni @wonderfulcaubelayu yang hingga kini berhasil mengumpulkan 170 pengikut. “Untuk promosi pengenalan desa menggunakan media Facebook, Instagram, dan share info melalui grup-grup Whatsapp, itu dengan tagar #WonderfulCauBelayu,” jelas Putu Eka Jayantara.
Sebagai Kepala Desa, Jayantara percaya bahwa untuk membangun desa wisata yang maksimal membutuhkan proses yang amat panjang dengan carut marut yang menemani setiap perjalanannya. “Kebanyakan orang pesimis, care Bali campah (pesimis), sing bakal ade apa (tidak akan ada apa, tidak akan berhasil), tetapi ada yang memang positif seperti memberi penyemangat, motivasi,” ujarnya.
Eka pun menegaskan bahwa konsep dan tujuan desa wisata adalah untuk pemberdayaan masyarakat, maka masyarakat pula yang diharapkan agar terlibat dalam pengelolaannya. Ia optimis dan yakin bahwa Desa Wisata Cau Belayu akan berkembang. Baginya, kuncinya adalah tetap konsisten dalam pemanfaatan potensi, keunikan, kearifan lokal, serta SDM dalam mendukung desa wisata. Eka berharap kedepannya Desa Cau Belayu bisa berkontribusi kepada daerah dengan menjaga alam, sedangkan keberadaan wisata menjadi bonus. “Seperti piteket lingsir (nasihat leluhur), ‘tanem malu rage, yen sing ada tanem ape men rage pupuk’, kalau kita nggak berani memulai maka tidak akan ada hasil,” tutup Eka.
Usaha Penunjang Desa Wisata
Tak semata-mata untuk memenuhi kebutuhan pribadi, I Wayan Tunas berhasil menggagas sebuah aktivitas wisata bernama Bali Experience Adventure Padangaling Village pada tahun 2008. Aktivitas tersebut meliputi farming activity, cooking class, countryside, rice tracking, dan becak ride, Dirinya percaya bahwa adanya aktivitas wisata tersebut dapat meningkatkan perekonomian masyarakat Banjar Dinas Padang Aling dan menumbuhkan pemahaman serta minat masyarakat terhadap dunia pariwisata.
“Awalnya memang tamu itu nggak mau ke sini, guides juga tidak karena infrastruktur hancur-hancuran waktu itu. Nah aktivitas wisata itu saya tidak lagi menunggu, tetapi saya menjemput,” cerita Tunas dalam merintis aktivitas wisata tersebut. Mulanya, Tunas mengaku bahwa dirinya tidak melirik kanal digital sebagai salah satu media promosi. “Kebetulan saya banyaknya punya teman travel agent, dulu lebih ke travel agent daripada media sosial, karena takutnya tidak bisa melayani mereka, dan dengan travel agent pun saya terkadang masih kewalahan,” ungkap Tunas selaku pengelola Bali Experience Adventure Padangaling Village.
Sempat padam karena pandemi Covid-19, aktivitas wisata tersebut kembali bangkit dengan gencarnya promosi melalui kanal digital, Traveloka salah satunya. Sebagai sebuah aplikasi digital yang menyediakan layanan pemesanan tiket destinasi wisata, Traveloka menjelma sebagai wahana bagi Tunas untuk mengembangkan potensi Desa Cau Belayu. Harga tiket, ringkasan aktivitas, detail lokasi, hingga fasilitas yang disuguhkan pun tergambar jelas dalam aplikasi tersebut. “Untuk becak ride saya ada promosikan di Traveloka, tetapi yang lain belum,” pungkas Tunas.
Dirinya memiliki komitmen untuk membangun usaha di desa. Pariwisata baginya adalah salah satu jalan untuk mengembangkan desa. “Mulai bangkit dari pariwisata, ekonomi dan mengurangi masyarakat bekerja di luar. Apalagi program awal saya kan membangun aktivitas pariwisata di sini, di banjar. Harusnya pemikiran saya dengan desa wisata itu sudah klop, tinggal bagaimana mengelola manajemen di desa wisata itu sendiri,” tutupnya.