Oleh I Made Kris Adi Astra
Hingga Selasa (18/9), gempa bumi masih terus terjadi.
Kekuatan magnitude gempa bumi berkisar 5.0 SR. Wilayah sebelah selatan Selat Bali hingga Barat Daya Banyuwangi ini sebut saja ‘wilayah berwarna merah’.
Pada 4 September 2012 gempa bumi kembali mengguncang. Gempa berkekuatan magnitude 6.5 menggetarkan Bumi berpusat di 11.07 LS – 113.86 BT sebelah selatan Selat Bali. Gempa bumi kali ini setara dengan ledakan hampir 350 kiloton TNT. Getaran signifikan dirasakan di Denpasar, Banyuwangi dan Malang. Kawasan ini terus berdinamika dan membangkitkan gempa bumi-gempa bumi besar.
Sekitar setahun lalu, gempa bumi berkekuatan magnitude 6.8 juga mengguncang Bali. Gempa bumi tersebut berpusat di Laut 143 km Barat daya Nusa Dua atau lebih tepatnya di sebelah selatan selat Bali juga. Gempa ini menyebabkan kerusakan infrastruktur di kawasan Kuta, Denpasar, Tabanan, dan wilayah lain. Getarannya bahkan terasa hingga Karangkates dan Wonogiri, Jawa Tengah.
Tercatat setidaknya pernah terjadi 932 gempabumi dengan kekuatan magnitude 4.5 hingga7.8 dari tahun 1980 hingga 2011 saja.
Tsunami
Tidak hanya gempa bumi ‘biasa’ yang dibangkitkan di kawasan selatan Selat Bali hingga selatan Jawa Timur ini. Gempa bumi diikuti Tsunami juga pernah terjadi. Sebut saja pada 13 April 1985 dengan ketinggian gelombang mencapai 2 meter. Juga pada 3 Juni 1994 dengan ketinggian gelombang mencapai 14 meter menerjang Banyuwangi. Tsunami ini dibangkitkan oleh gempabumi berkekuatan magnitude 7.8.
Gelombang Tsunami akibat gempa bumi hanya terjadi apabila ada perubahan bentuk dasar laut, seperti longsoran. Memiliki kekuatan gempabumi besar dan epicenter yang relatif dangkal.
Lalu mengapa wilayah ini begitu bergejolak? Daerah lainnya?
Lapisan kerak bumi terbagi bagi menjadi beberapa lempengan. Lempengan tersebut selalu bergerak. Batas antarlempeng ada yang saling bergesekan. Gesekan membangkitkan gempa bumi. Lempeng yang saling menjauh membentuk material baru.
Indonesia berada dalam posisi kompleks. Dari sebelah selatan, lempengan Indo-Australia menunjam di bawah lempengan Eurasia. Lempengan ini menghasilkan garis batas antarlempeng yang membentang dari Sumatera, Jawa, Bali hingga Nusa Tenggara. Dari sebelah Timur, bersinggungan lempengan Pasifik dengan Lempengan Eurasia. Lempengan ini membentuk kompleksitas geologi diwilayah Timur Indonesia.
Dari sebelah utara, terdapat interaksi antara lempengan Micro Filipina dengan Lempengan Pasifik dan Eurasia,menghasilkan wilayah pertemuan tiga lempeng triple junction di kepulauan Halmahera.
Jawa Timur, Bali dan Lombok berada hampir tegak lurus dengan garis batas zona penunjaman lempengan Indo-Australia dengan lempengan Eurasia. Berjarak tidak kurang 200 km arah selatan dari pantai paling selatan Pulau Bali. Bergerak dengan kecepatan rata-rata 71 mm/tahun relatif terhadap lempeng yang lain. Dalam suatu waktu, lempengan ini mengunci satu sama lain. Terjadi penumpukan energi.
Saat batuan tidak dapat lagi menahan energi tersebut, akan terjadi pelepasan energi secara tiba-tiba yang kita rasakan sebagai gempa bumi itu sendiri.
Wilayah Merah
Daerah di 90 sampai dengan 110 lintang Selatan dan 112.50 sampai dengan 114,50 bujur Timur merupakan wilayah paling mencolok. Gempa bumi besar, Tsunami dan gempa kali ini bersumber dari kawasan ini. Daerah aktif ini memiliki densitas kegempaan yang lebih tinggi dibandingkan daerah lain di kawasan Jawa Timur-Bali-Lombok. Dalam artian terdapat jumlah gempa bumi yang terjadi persatuan luasan lebih banyak.
Daerah dengan densitas kegempaan tinggi berbanding lurus dengan pelepasan energi. Semakin tinggi densitas kegempaannya semakin sering energi yang dilepas. Dalam beberapa penelitian mutakhir, terdapat perbedaan kecepatan lempengan Australia menuju Eurasia di sebelah barat dan timur kawasan densitas tinggi ini. Di sebelah baratnya berkecepatan 68 mm per tahun dan di sebelah timurnya berkecepatan 73 mm per tahun.
Gempa bumi yang dihasilkan memiliki beberapa karakter. Didominasi gempa bumi berkedalaman dangkal di bawah 100 kilometer, bahkan di bawah 50 kilometer. Kekuatannya bervariasi yang mana magnitude terkecil paling sering terjadi. Gempa bumi dengan kekuatan magnitude 6.0 memiliki kereaktifan relatif tinggi di wilayah ‘merah’ ini. Periode pengulangan kembalinya berkisar dalam rentang waktu 5 tahun, bahkan di beberapa titik ada yang lebih rendah dari 3 tahun. Sedari tahun 1980, jumlah sebaran gempa bumi hampir merata setiap tahunnya untuk semua besaran kekuatan magnitude.
Bagi Bali, selama dinamika bumi ini bergerak gempabumi akan tetap terjadi. [b]
Penulis bekerja di Badan Meteorlogi Klimatologi dan Geofisika.