Oleh I Nyoman Winata
Tiap tahun Indonesia semakin terpuruk di segala bidang kehidupan. Di sekeliling kita kini yang terlihat hanyalah kesuraman atas nasib di masa depan. Suramnya masa depan terutama di bidang Ekonomi yang di tahun depan jelas masih sangat berat dan akan semakin berat apalagi jika harga bahan bakar minyak akan benar-benar dinaikkan. Pengangguran akan semakin bertambah karena industri banyak yang gulung tikar akibat tidak sanggup membayar tingginya ongkos produksi yang dipicu naiknnya BBM.
Kesenjangan ekonomi antara golongan kaya dan miskin akan semakin menganga. Yang miskin bertambah miskin yang kaya bertambah kaya. Ketika pemerintah berkuasa saat ini dengan bangga bernyanyi atas “prestasi” ekonomi dengan mencatat cadangan devisa tertinggi, maka rakyat kecil akan semakin kebingungan.
“Apa untungnya buat kami, kalau harga beras, minyak dan yang lainnya tidak terjangkau,” begitu mungkin kata mereka yang hidupnya pas-pasan. Sementar disisi lain, mobil mewah akan semakin banyak dibeli oleh yang punya duit berlimpah entah karena hasil korupsi atau memeras.
Kehidupan sosial dan politik juga tidak menampakkan titik cerah yang menjanjikan. Sistem politik yang lebih banyak mengakomodasi kepentingan kekuasaan belaka sangatlah kentara. Orang-orang yang menjalankan partai politik juga masih diisi wajah-wajah lama yang belum terbukti secara serius memikirkan rakyat. Puluhan partai politik akan muncul, yang mungkin bagi rakyat bukan menjadi pemberi harapan, melainkan penambah beban karena kekacauanlah yang paling mudah terjadi jika partai itu bertarung didala pemilu. Haus Kekuasaan, hanya hasrat inilah yang bisa kita lihat dari wajah-wajah pemimpin partai politik dan juga elite birokrasi yang ada saat ini.
Birokrasi pemerintahan semakin hari semakin bobrok. Penegak hukum semakin mudah dibeli. Pembalak hutan yang rugikan rakyat ternyata dibebaskan, koruptor kelas kakap dibiarkan melenggang. Wakil rakyat sibuk tidur dan mangkir disetiap sidang yang bicara tentang rakyat. Mereka memilih orang-orang yang tidak jelas komitmentnya untuk memimpin lembaga-lembaga penting.
Wakil rakyat di daerah jauh lebih parah, karena sibuk bagi-bagi mobil mewah. Pemimpin daerah yang dipilih melalui pemilihan langsung bukannya bertambah berkualitas tetapi tidak lebih hanyalah raja-raja kadal yang jago meng-kadal-i rakyat yang dipimpinnya. Presiden, wakil presiden, menteri, kepala daerah, tidak menampakkan kesungguhan memikirkan rakyat. Mereka dengan pongahnya hidup bermewah-mewah dengan mobil mewah, rumah dinas mewah plus tunjangan yang sebenarnya bisa menghidupi orang satu RT.
Ah… seburuk apakah wajah negeri ini kini??
Saya jadi merindukan pemimpin yang benar-benar bisa memahami rakyat yang hidupnya benar-benar tidak menentu secara ekonomi. Lalu saya ingat kata-kata Mahatma Gandhi tentang pemimpin yang baik. Pemimpin yang baik bagi rakyatnya, demikian kata Gandhi, adalah yang bersedia untuk hidup di tengah-tengah rakyatnya yang hidup menderita. Pemimpin harus berani melepas semua kemewahan karena kemewahan itu hanya akan membuat mereka buta atas penderitaan rakyatnya. Kita merindukan pemimpin yang benar-benar menjadikan kekuasaan hanya sebagai alat bukan tujuan. Tetapi… masihkah ada pemimpin yang seperti ini??
Mungkin akan sangat sulit menemukannya. Kalaupun ada, mereka tidak akan pernah bisa muncul karena sistem politik negeri ini sudah dikuasai pemimpin haus kekuasaan dan korup. Kalau mau ada perubahan, Sistem politik inilah yang harusnya dihabisi dan jika perlu orang-orang yang selama ini menjalankan sistem politik ini juga harus diganti. Dan ini berarti INDONESIA perlu REVOLUSI.
Taruhannya memang mahal, namun hanya inilah harapan yang mungkin bisa menyelamatkan kita bersama, menyelamatkan rakyat. Ah… saya tiba-tiba merasa bermimpi bahwa akan ada orang atau sekelompok orang yang benar-benar bersih dan jujur, dan karena itu lalu didukung seluruh rakyat berikhtiar melakukan REVOLUSI di Indonesia. Semua elite birokrasi, wakil rakyat, dan penegak hukum yang yang saat ini lalu digantikan oleh pemimpin yang mau hidup ditengah-tengah rakyat yang menderita, hidup dalam kesederhanaan dan menolak kemewahan yang dijanjikan iblis kekuasaan.
akhirnya keluar juga jawabannya.nah gini dong…hebat Anda!!! Salut….
Agh.. memang kita semua benar-benar menunggu kehadiran pemimpin itu, nggak tahu kapan, atau malah kita semua sudah tidak berada pada jaman keemasan negeri ini..
Merdeka….. Saya setuju dengan anda, namun sebelumnya biarlah saya mencoba dengan jalan revolusi damai, yang dimulai dari revolusi ekonomi, diteruskan dengan revolusi disegala bidang… Mungkin hanya sekedar tulisan, tapi saya yakin, dari tulisan segalanyanya akan terjadi… Silahkan kunjungi blog saya di revolusi-indonesia-2008.blogspot.com. Kita bisa saling tukan pikiran… Merdeka…
Semakin hancurnya bangsa Indonesia..
Bobroknya moral bangsa Indonesia..
Semua harus berubah,,
Anti Neo-Kapitalisme..