Oleh Wayan Sunarta
Dunia seni rupa termasuk sangat jarang menampilkan atau menggelar pameran lukisan cat air. Bisa jadi karena lukisan cat air hanya dianggap sebagai studi, sama halnya dengan sketsa, bukan lukisan final. Anggapan ini cukup kuat menghuni alam pikiran banyak pelukis. Beberapa tahun terakhir yang banyak memenuhi jagat seni rupa adalah lukisan-lukisan dengan bahan akrilik yang dipandang lebih praktis pemakaiannya.
Atau bisa jadi karena teknik cat air termasuk sulit dikerjakan. Pelukis cat air cenderung menggunakan sekali sapuan kuas untuk citra objek atau imajinasi yang sedang dituangkannya. Perlu ketelatenan dan kesabaran yang cukup kuat. Setiap goresan dan sapuan kuas bisa memberikan efek-efek yang kadangkala tidak terduga. Di sanalah kenikmatan melukis dengan cat air.
Hal itu misalnya bisa dilihat pada karya-karya I Made Oka dalam pameran lukisan cat air bertajuk “Transit” di Guet Fine Art Gallery, Sanur, dari 3 Desember 2008 sampai 3 Januari 2009.
I Made Oka merupakan salah satu pelukis yang masih bertahan menggunakan cat air. Lelaki kelahiran Karangasem, Bali, 24 Oktober 1967 ini merupakan lulusan SMSR Denpasar. Meski tidak mengenyam pendidikan seni yang tinggi, Oka tidaklah minder sebagai pelukis. Dia banyak belajar secara otodidak. Sejak 1989 dia telah digembleng oleh sejumlah pameran bersama yang pernah diikutinya, antara lain pameran Global Warming di Nusa Dua (2007), pameran di Kopenhagen Denmark (2008).
Pameran tunggalnya kali ini menampilkan sejumlah lukisan cat air dari periode 1982 hingga yang terkini. Tema dan objek garapannya beraneka ragam, seperti kehidupan nelayan, lanskap alam (pegunungan, lembah, pantai, persawahan), barong, kegiatan keagamaan di Pura.
Hampir sebagian besar karyanya dibuat secara outdoor, langsung berhadapan dengan objek.
Perhatikan lukisan berjudul “Kegiatan Nelayan”, “Pergi Melaut”, “Ngarai”, “Sekeras Batu Karang” merupakan karya-karya menarik yang langsung dibuat di alam bebas. Lukisan-lukisan ini bernuansa impresionis dimana kesan dan citraan sangat ditonjolkan.
Sapuan-sapuan kuasnya sangat lembut dan terlatih dengan pilihan warna yang menyejukkan. Oka juga sangat memperhatikan komposisi, tarikan-tarikan garis, degradasi yang kadang membentuk tekstur semu pada lukisannya. Misalnya bisa dilihat pada karya “Sakral Dance” yang menampilkan Barong Ket sedang menari. Atau pada lukisan “Pantai Ama” dimana sapuan tipis warna biru berpadu lembut dengan hijau muda dan nuansa putih yang mampu membangun suasana pantai yang hangat.
Sebuah karya berjudul “Ritual” juga tampak sangat mengesankan dengan goresan dan permainan warna yang terlatih. Rerimbunan pohon yang diwakili goresan-goresan pendek warna hijau mampu memberikan nuansa yang menarik terhadap keseluruhan komposisi lukisan tersebut.
Di tengah jarangnya pameran lukisan cat air, maka pameran ini menjadi menarik dan bisa dipakai sebagai tempat “transit” untuk menjelajahi kecenderungan karya Oka berikutnya. Semoga pameran ini bisa memotivasi pelukis muda lainnya bahwa medium cat air juga bermakna jika ditekuni dengan kesungguhan hati. [b]