Kata silaturahmi lekat dengan halal bihalal hari raya Lebaran maknanya persahabatan, persaudaraan. Ternyata kata ini juga digunakan Efek Rumah Kaca untuk menguatkan akar-akar Rimpangnya.
Seluruh personil sudi mampir ke Taman Baca Kesiman (TBK) di Denpasar pada 31 Juli 2023. Padahal mereka baru saja manggung di PICA Fest sampai hampir tengah malam. Saat konser di panggung PICA, nyaris semua penonton adalah anak muda, ERK juga menyanyi hampir non stop. Maklum, mereka sudah orasi melalui lagu. Pasti lelah.

Namun, energi “rimpang” menjalar sehingga mereka sungguh-sungguh mau membuka diri untuk berdiskusi tentang situasi sosial politik saat ini atau di balik karya terakhir mereka.
Tak banyak musisi yang memiliki perhatian pada ide silaturahmi, diskusi, dan menyanyi tanpa memungut bayaran seperti ERK. Apalagi bagi band dengan kredibelitas tinggi.
Senin adalah Penyajaan Galungan, dua hari sebelum hari raya paling ramai di Bali. Rasa hormat membuncah untuk menghadiri acara ini, yang dihelat tanpa publikasi. Hanya informasi dari kenalan. Agung Alit, pengampu TBK berkali-kali menyampaikan rasa hormatnya pada TBK yang minta izin untuk menjalani silaturahmi ini.
Dalam waktu sangat singkat, sejumlah teman membantu peralatan dan pengoperasiannya. Bahkan musisi pembuka, Made Mawut, biduan blues krisis Bali ini dengan sigap berlatih untuk jamming dengan peniup trumpet ERK, mas Dika. Hanya beberapa menit sebelum dimulai.
Hasilnya, sebuah duet ciamik antara Made Mawut yang baru saja melansir album baru bertajuk Tradisi. Halnya ERK, album Tradisi ini juga terasa politikal. Membahas oligarki sampai tentang kesehariannya sebagai bapak. Hal yang tak pernah ditanggalkan Made Mawut sepanjang merilis album, kegelisahanya secara personal dan juga jadi masalah publik.
Album terakhir ERK bertajuk Rimpang. Padanan sederhana untuk empon-empon di Jawa atau bebungkilan di Bali. Namun dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (KBBI), rimpang adalah batang menjalar yang terdapat di bawah tanah, menghasilkan kuncup yang akan menjadi batang ke arah atas dan akar ke arah bawah, seperti kunyit dan halia; rizom.
Lagu Rimpang dalam album secara lugas menyatakan makna tersebut.
[Verse 1]
Pada setiap kecewa tumbuh
Menjadi batang kan menjalar
Dengan kesabaran, sembunyi di dalam
Klandestin
[Verse 2]
Dalam setiap derita kelak
Menjelma rimpang yang menyebar
Penuh ketabahan dan tak tertahankan
Cholil, vokalis dan frontman ERK dengan rendah diri mengatakan silaturahmi ini diharapkan menguatkan akar-akar solidaritas, agar terus menjalar. “Rimpang bak hirarkis, multilayer, sumber perlawanan, bercabang ke mana-mana,” urainya.
Lebih dari 10 lagu dinyanyikan dengan intim, penonton ikut menyanyi, berinteraksi, dalam jarak kurang satu meter. Ada beberapa lagu dari Rimpang, juga Sinestesia (2015), dan Efek Rumah Kaca (2007).
Melalui “Manifesto” Cholil menyatakan keberpihakannya pada yang lemah. “Kalau objektif siapa yang bisa? Bukan perkara pro pada siapa, setidaknya cita-cita kami berada di teman yang lemah,” sebutnya dalam sesi diskusi sebelum bernyanyi.
[Verse 1]
Sejak pecah ketuban
Kami lafalkan epos kesahajaan
Biar keras menulang
Liat menantang, kecamuk di kehidupan
[Chorus]
Isme-isme dibicarakan
Mana yang pegangan yang bukan
Manifesto siap diikrarkan
Makan malam bisa dilanjutkan
Bila objektif tak terengkuh
Walau dikejar sampai jauh
Pada yang lemah kau akan bersimpuh
Segenap tekad jiwa menyeluruh
Saat ini situasi sosial politik cukup intimidatif. Ada banyak aktivis yang dikriminalisasikan. Misalnya Fatia dan Haris yang digugat pejabat menteri hanya karena materi talkshow. “Kejadian hari ini, rasa resahnya pasti ada. Anak muda pasti mengalami sesuatu yang harus dilawan. Harapan melawan harus tetap ada, lama-lama jadi barisan besar,” lanjut Cholil.
Barangkali inilah semangat Rimpang. Bagaimana menyambungkan kekuatan kecil jadi besar. Ada banyak gerakan perlawanan di sejumlah daerah mulai dari penolakan eksploitasi sumber daya alam sampai penangkapan aktivis. Ada yang masih bertahan, ada yang tertekan.
ERK juga tak hanya mendorong musisi, karena sumber perlawanan tak hanya lagu. Juga standup comedy, meme, dan lainnya untuk mempertanyakan sesuatu dan mencari jalan keluar dari tekanan. “Misal sarkasme, ketika mereka jijik tim sukses menjilat, ada hastag bismillah komisaris kan juga perlawanan. Bagaimana menjijikan jilatan itu. Sebuah bentuk kemuakan publik, perlu ditangkap. Dari kita yang terbiasa kalah jangan tercerabut, kepalkan tangan, memperat paling tidak bisa nyubit dikit,” harapnya.
Made Bayak, musisi dan seniman lukis dan instalasi tertarik dengan proses kreatif pembuatan karya ERK. Cholil menjawab, mereka biasa buat musik dulu. “Kalau remang bulu kuduk selesaikan aransemen lalu simpan sampai ada momen pas. Ada beberapa lagu belum ada liriknya,” urainya. Misalnya pada track tentang misteri kematian alm Munir “Di Udara.”
“Musik sebagai wadah, lirik mengikuti bentuknya seperti vas bunga isi air,” lanjutnya. Kemudian berdendanglah lagu-lagu paling populer dan dipastikan ada di panggung konsernya. Cinta Melulu, Pasar Bisa Diciptakan, dan Desember. Penonton dipastikan hafal track ini.
Setiap lagu memiliki ceritanya. Desember bukan harfiah tentang hujan, tapi ada refleksi banjir bandang di Jakarta.
Ada juga yang tertarik dengan desain album Rimpang. Poppy, basisnya menarasikan desain visual karya Cempaka ini sebagai kelanjutan dari Sinestesia. Merespon media kaca dengan akrilik, menggunakan metode mikroskopik menangkap warna dari lagu. Sebuah sebaran dan abstraksi warna-warna menjalar, mengular, mengakar, seperti rimpang.
Silaturahmi yang menyenangkan. Ngobrol iya, menyanyi juga. Menghidupkan tanah agar kaum rimpang membesar dan mengukuhkan batangnya.