Tak terasa hari sudah berganti, begitupun dengan malam puncak Anugerah Jurnalisme Warga 2023, pada Sabtu, 24 Juni 2023. Taman Baca Ubud dihiasi dengan cerita-cerita tentang masa depan Bali. Pengunjung berdatangan dari berbagai kalangan untuk menyambut acara AJW 2023, dari balita hingga lansia.
Kehadiran mereka tak hanya berniat menonton pengisi acara, tapi ikut bergabung dalam setiap rangkaian kegiatan. Rasanya begitu menyenangkan melihat canda dan tawa yang terlukis di antara kerutan bibir dan mata yang menyipit. Kembali ke masa kecil dengan permainan-permainan yang tak terlupakan sepanjang masa.
Kegiatan yang diberi nama dengan Mapalianan terdengar lumrah di telinga, para generasi 90an pasti sering mendengar kata ini. Ada tiga permainan yang dirangkai dalam kurun waktu 30 menit, yaitu: 1) Sut Tak Byar, 2) Berdiri di atas kardus, dan 3) Balap karet. Semua ikut bergabung, tidak ada batasan umur. Mereka berlomba-lomba untuk menang, bahkan yang menarik pada pemutaran permainan Sut Tak Byar yang kedua, anak-anak melawan orang tuanya sendiri. Alhasil yang lebih jago dan menang adalah anak-anaknya.
Tidak hanya penonton, bahkan relawan AJW 2023 dan pengisi acara juga bergabung dalam permainan yang bertajuk mengenang masa kecil ini. Semua pemenang diberikan bingkisan yang pastinya akan berguna untuk kehidupan sehari-hari.
Setelah lelah bermain, akhirnya dilanjutkan dengan acara Magibung, yang merupakan tradisi dari Karangasem. Terdengar unik ya? Magibung berasal dari kata gibung dan diberi awalan me-, artinya kegiatan yang dilakukan oleh banyak orang, yaitu saling berbagi antara satu orang dengan lainnya. Tradisi yang sudah jarang dilihat oleh kalangan muda. Adanya kegiatan ini maka yang jauh didekatkan dan yang dekat semakin dirapatkan.
Menarik ya? Bukan hanya memberikan apresiasi kepada penerima beasiswa Anugerah Jurnalisme Warga Tahun 2023, tapi juga diselipkan dengan permainan, tradisi, talkshow, dan juga seni musik. Tapi, ada juga nih beberapa pajangan yang menggugah selera.
Para delegasi dari lima desa datang membawa produk-produk hasil tangan sendiri. Berbagai kerajinan tangan, makanan dan minuman khas Bali. Sandang dan pangan yang berasal dari hasil petani. Semua berasal dari alam dan kembali ke alam. Ada Desa Les (Buleleng), Desa Tigawasa (Buleleng), Desa Tembok (Buleleng), Desa Ngis (Karangasem), dan Desa Candikusuma (Negara). Mereka datang dari ujung pulau Bali dengan begitu semangat, bahkan melewati macetnya kota Ubud. Warga Desa Candikusuma, desa kakao dan pabrik cokelat berhalangan hadir, namun semua produk yang dihasilkan telah dipromosikan oleh tim AJW 2023.
Begitu juga dengan penonton yang rela meluangkan waktu untuk hadir dan meramaikan AJW 2023, ada yang datang dari Jimbaran, Kuta, Denpasar, Gianyar, Buleleng, dan masih banyak lagi. Mereka hadir menembus kemacetan di Ubud.
“Aku suka sama acara-acara begini, seru ada seni musiknya juga,” kata Henok Wibawa, salah satu penonton yang datang dari Kuta.
“Acara di AJW seru banget menurut aku pribadi, karena yang pertama kita dapat edukasi mengenai sampah, ada juga acara magibung yang dimana itu bisa mempererat kebersamaan, ada juga beberapa games seru yang berhadiah dan last but not least bisa banyak dapet kenalan, karena yang hadir di acara BaleBengong itu kebanyakan orang-orang hebat,” kata Tangkas yang merupakan rekan tim penerima beasiswa AJW 2023.
Kata orang bijak, di mana pun tempatnya kalau sudah niatnya baik, maka akan datang beribu orang baik juga. Ternyata benar, banyak orang-orang baik dan hebat datang untuk mendengar, melihat, bahkan merasakan kemegahan kegiatan AJW 2023.
Semua berasal dari pemikiran pewarta masyarakat yang mendapatkan beasiswa dengan isu kesenjangan yang ada di Bali. Sesuai dengan tema yang diangkat oleh AJW 2023, yaitu Duang Dasa Pulau Dewata, membayangkan pulau Bali dua puluh tahun ke depan. Maka, penerima beasiswa ini menjadi penggerak perubahan yang lebih baik untuk kehidupan ekonomi, sosial, lingkungan, dan lain-lainnya.
Siapa sajakah mereka? Sebelum itu, kita harus tahu bahwa penilaian puluhan proposal sangat ketat karena semuanya serius dan sesuai dengan tema. Fokus liputan proposal terbaik ini sangat tajam dan jarang dibahas. Sesuai dengan pemikiran ketiga juri, yaitu Dewi Kharisma Michellia (Situs kritik sastra tengara.id), Marlowe Bandem (ITB STIKOM Bali), dan Ni Nyoman Sri Widhiyanti (Ombudsman RI Perwakilan Provinsi Bali).
Inilah penerima AJW 2023:
Masa Depan Pertanian dan Lingkungan Sehat di Bali
Ni Luh Sri Junantari
Luh De Dwi Jayanthi
Dewa Ayu Agung Utami Sawitri
Pariwisata Budaya atau Budaya untuk Pariwisata
Juli Sastrawan
Luh Sri Damayanti
Optimasi Kendaraan Pribadi atau Transportasi Publik?
Luh Muni Wiraswari
Ni Putu Satya Sephiarini
Siapa Itu Orang Bali dan Apa yang Disuarakan?
I Gusti Krishna Aditama
Ida Bagus Jagannatha
Venna Agniasari
Ketersediaan dan Akses Air Bersih Sampai Kapan?
I Gusti Ayu Diah Pramesti
Si Luh Ayu Pawitri
I Gede Bandem Kamandalu
Pekerjaan-Pekerjaan Masa Depan di Bali dan Persaingan dengan Ekspatriat (teknologi, ekonomi kreatif, dll)
Ni Luh Gede Nanda Gayatri
Ufiya Amirah
Desimawaty Natalia Hutabarat
Dalam perjalanan peliputan tersebut, mereka mengaku ada beberapa kesulitan yang dialami, salah satunya jarak yang cukup jauh dengan tim dan tempat liputan. Namun, hal itu tidak menyurutkan semangat mereka untuk terus menyusun proposal hingga menjadi peraih beasiswa AJW 2023. Ada harapan-harapan yang terbesit dalam proposal mereka untuk Bali dua puluh tahun ke depan.
“Tidak hanya untuk AJW, tetapi untuk generasi muda,” tanggapan Adit selaku pendengar talkshow penerima beasiswa AJW 2023.
Banyak yang akan merasakan manfaat dari pergelaran kegiatan ini, bukan hanya pemilik acara tapi juga masyarakat. Istilahnya anak dan cucu nanti bisa merasakan keindahan alam Bali juga.
Sesuai dengan namanya Malam Puncak Anugerah Jurnalisme Warga, maka ketika matahari turun ke peraduannya, masyarakat datang berbondong-bondong ingin menyaksikan dan mendengarkan suara syahdu dari penyanyi-penyanyi Bali, yaitu Yansanjaya, Nyonya Ayu, dan Petra Sihombing dengan visual mapping dari DARKLAB feat N. Yana. Warna-warna dan visual yang muncul pada layar putih memberikan kesan baru dan indah dalam acara Musik Bersuara.
Mereka tidak hanya membawakan lagu-lagu ciptaan sendiri, tapi Yansanjaya dan Nyonya Ayu menyusun aransemen baru dan asyik dari lagu-lagu penyanyi legendaris Bali, yaitu Alm. A.A. Made Cakra. Ada lagu Kosir Dokar, Ngalih Capung, Jaran Rarad, dan Jongkong Tabu. Lagu-lagu itu membalut kerinduan akan kota Bali pada masa dahulu, tidak ada kemacetan, dan begitu asri.
Kini, semua sudah serba digital, kalau kata Petra Sihombing “Canggih” termasuk lagu yang bertajuk Semenjak Internet yang dinyanyikan dengan santai di AJW 2023. Ketiga penyanyi ini memiliki gaya khasnya masing-masing.
Kegiatan ini berjalan dengan terarah, penonton yang tertib, pengisi acara yang keren, dan para tim AJW 2023 yang bekerja dengan baik. Semua ini tidak akan berjalan tanpa dukungan dari pihak-pihak berikut: Ubud Writers and readers Festival, Kurawal Foundation, WWF Indonesia, ITB STIKOM Bali, SAFEnet, Combine Resource Institution, Yayasan IDEP Selaras Alam, AJI Indonesia, Primo Choco Lab, ICT Watch, YAVA, Mongabay Indonesia, Mitra Bali Fair Trade, PPLH Bali, Coral Triangle Center, Starlight Uniform, Nexus three foundation, Yayasan Lini, Goldmine Department, Yayasan Wisnu, dan Be-do. Semua bentuk dukungan telah diberikan pada kami dan sangat berguna. Terima kasih atas segenap rasa percaya untuk mensponsori AJW 2023, kegiatan tahunan dari BaleBengong.
Anugerah Jurnalisme Warga berawal dari 2016, merupakan kegiatan tahunan yang menjadi ajang penghargaan bagi pewarta warga, media jurnalisme warga, serta beragam inisiatif dalam perubahan Bali dua puluh tahun ke depan. Kegiatan ini perlu dicanangkan untuk mendorong pemikiran kritis terhadap kehidupan sosial, ekonomi, dan lingkungan sekitar yang berpotensi berdampak buruk atau mengakibatkan kesenjangan sosial. Ayo! Ikut bergabung menjaga Bali agar tak hilang oleh waktu.