Sebenarnya tidak susah. Tinggal mau apa tidak.
Gaya hidup lebih ramah lingkungan bisa disebut juga gaya hidup bertanggung jawab atau berkelanjutan. Apapun namanya, tujuannya sama: bagaiman membuat perilaku kita sehari-hari agar lebih ramah lingkungan.
Sebenarnya, gaya hidup lebih ramah lingkungan bukanlah hal susah. Relatif mudah dilakukan. Tinggal tergantung seberapa besar keinginan dan kesungguhan.
Saya sendiri mengalaminya. Pada awalnya terlihat begitu susah. Namun, setelah dengan serius menerapkannya, ternyata bisa juga. Gaya hidup lebih ramah lingkungan atau hidup bertanggungjawab, ternyata bisa juga kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari.
Namun, sebelum itu, perlu ada prinsip yang perlu kita pahami.
Pertama, lingkungan adalah masalah semua orang. Sadar atau tidak sadar, tiap orang ikut menyumbang dalam perusakan lingkungan. Karena apapun yang kita lakukan pasti meninggalkan jejak yang bisa merusak lingkungan.
Karena tiap orang bisa menjadi penyebab, maka tiap orang pun bisa menjadi bagian dari solusi.
Kedua, tidak ada yang sia-sia. Sekecil apapun upaya untuk memperbaiki lingkungan, tidak ada yang percuma. Boleh saja ada yang mengklaim lebih efektif, tapi saya yakin tidak ada solusi tunggal.
Karena itulah, kita bisa memulai dari diri kita sendiri. Saya percaya itu dan karena itu pula saya berusaha melakukannya mulai dari skala paling kecil: pribadi dan rumah tangga.
Berikut enam hal yang saya lakukan untuk menuju perilaku hidup lebih ramah lingkungan. Semoga bisa jadi inspirasi.
[nextpage title=”Pertama, Mengolah Sampah”]
Mengolah Sampah
Sejak sekitar tiga tahun ini, kami membiasakan diri memilah sampah rumah. Sumber utama sampah rumah tangga ternyata dari dapur. Karena itu, kami memulainya dari sana. Ada sampah organik dan non-organik. Mendasar banget sih.
Sampah sisa makanan paling banyak. Perkiraan kami lebih dari 75 persen. Bentuknya antara lain sisa nasi, sayur, dan bahan masakan lain. Kami masukkan tempat sampah di dapur untuk kemudian nantinya kami pindahkan ke tempat pembuatan kompos di halaman belakang. Kompos ada dalam bentuk pupuk kandang maupun cair.
Setelah melakukan ini, sampah kami jauh berkurang. Hanya sampah tertentu yang tak bisa digunakan, semisal bungkus plastik.
[nextpage title=”Kedua, Mendaur Ulang”]
Mendaur Ulang
Untuk sampah seperti koran dan botol plastik sih kami tinggal jual. Namun, ada beberapa sampah yang masih bisa dimodifikasi sedikit untuk digunakan lagi. Misalnya kardus. Kami biasanya simpan dulu untuk kemudian dijadikan bahan mainan bersama anak, seperti membuat mobil-mobilan, becak, ataupun yang lain.
Beberapa sampah lain juga masih bisa dibuat menjadi barang berguna. Bekas botol bir, misalnya, kami bersihkan lalu kami pakai untuk vas bunga merambat seperti srigading.
[nextpage title=”Ketiga, Memperbanyak Tanaman”]
Memperbanyak Tanaman
Kita tak bisa hidup tanpa oksigen. Karena itu, kita perlu ikut menanam tanaman sekecil apapun yang memproduksi oksigen. Di rumah kami, setidaknya ada tiga jenis tanaman yang kami budidayakan: bunga, obat-obatan, dan bumbu.
Bunga yang kami tanam dari mulai krokot sampai mawar. Obat-obatan ada seperti binahong dan daun sembung. Tidak hanya kami yang memanfaatkan. Para tetangga juga sering mengambilnya. Untuk tanaman bumbu pada umumnya berupa perdu dan biji-bijian, seperti jahe dan kunyit.
Dengan tanaman di rumah, setidaknya kita bisa mendapatkan lebih banyak udara segar plus hidup lebih sehat dan hemat.
[nextpage title=”Keempat, Membuat Biopori”]
Membuat Biopori
Agar air hujan tidak lari begitu saja dari halaman, kami membuat lubang biopori di rumah. Dia berfungsi ganda: untuk mengurangi banjir tapi juga sekaligus menyimpan air ke dalam tanah.
Untuk di halaman depan, pilihlah bahan untuk lantai yang bisa menyerap air hujan. Beton atau keramik jelas tidak menyerap air. Mereka langsung memuntahkannya ke selokan. Beda dengan paving yang lebih menyerap sehingga air hujan tidak langsung terbuang.
[nextpage title=”Kelima, Menyaring Air Minum”]
Menyaring Air Minum
Kami sudah sekitar empat tahun bebas dari penjajahan industri air minum dalam kemasan. Setidaknya untuk konsumsi di rumah. Penggunaan filter untuk air minum sangat membantu. Kami tinggal ambil air dari kran dapur lalu masukkan ke alat penyaring. Hasilnya, air putih siap minum.
Pada awalnya memang agak canggung minum air hasil penyaringan. Maklum, sudah belasan atau bahkan puluhan tahun terbiasa minum air dalam kemasan bermerek. Tapi, pelan-pelan, rasa canggung itu berubah jadi kebiasaan.
Dengan tidak membeli air kemasan, berarti kita mengurangi konsumsi air industri yang belum tentu ramah lingkungan.
[nextpage title=”Keenam, Membawa Tas Belanja”]
Membawa Tas Belanja
Ini sepertinya sepele, membawa tas belanja ke mana-mana. Tapi, ini sangat berguna. Dengan membawa tas belanja sendiri, kita bisa mengurangi sampah plastik terutama yang dipakai untuk membawa barang belanjaan.
Pada awal-awal pakai memang agak malu, menyodorkan tas belanja sendiri misalnya ketika belanja martabak atau pakaian. Tapi lama-lama juga terbiasa. Bahkan merasa lebih percaya diri sekaligus menjadi contoh. Kalau saya bisa, Anda juga bisa kok bawa tas belanja sendiri.
Tentu saja cara-cara di atas bukan satu-satunya cara menuju gaya hidup lebih ramah lingkungan. Tapi, seperti saya sampaikan, tidak ada yang sia-sia. Saya yakin ada gunanya.
Apalagi jika semua orang menerapkannya. [b]