Mengenang kepergian pengamat seni asal Jerman Thomas Freitag alias Wayan Sukra, Bentara Budaya Bali bekerjasama dengan Bali Art Society menggelar acara bertajuk “Obituari Thomas Freitag”.
Acara ini akan dilaksanakan pada Rabu, 12 Juni 2013 pukul 18.30 WITA di Bentara Budaya Bali Jalan Prof. Ida Bagus Mantra 88 A Ketewel, Gianyar.
Peraih penghargaan Aji Sewaka Nugraha ini, telah berpulang pada 3 Mei 2013 lalu dikarenakan sakit yang dideritanya. Sebagai upaya mengenang sosoknya, Bentara Budaya Bali menggelar diskusi yang menghadirkan Ida Bagus Putu Gede Sutama, Ni Nyoman Sani, I Made Supena dan I Made ‘Dollar’ Astawa sebagai pembicara.
Dalam diskusi ini akan dibincangkan perihal sosok Thomas Freitag dan perjalanan proses kreatifnya sebagai seorang kurator seni rupa. Acara diskusi ini akan dimoderatori oleh Wayan Jengki Sunarta.
Sebagai pengamat, peneliti sekaligus kurator seni rupa, Thomas Freitag sudah menetap di Pulau Dewata sejak tahun 1970 dan telah menikah dengan perempuan asal Kabupaten Tabanan bernama Ni Wayan Sulasih. Sosok kelahiran Jerman ini, sempat bekerja di Museum Le Mayeur, Sanur, sebagai restorator lukisan. Pada tahun 1990-an ia menjadi kurator tetap di Griya Santrian Gallery, Sanur.
Kepedulian Thomas Freitag sangat tinggi pada pertumbuhan dan perkembangan seni rupa di Bali. Hal tersebut ditunjukkannya dengan telah banyak memberikan peluang bagi perupa muda Bali untuk mengembangkan kreatifitasnya. Selain itu, beliau pernah menjadi mentor, mendampingi proses kreatif dan pertumbuhan beberapa komunitas seni rupa di Bali, seperti Himpunan Pelukis (HPS) Sanur, Kelompok Galang Kangin, Ten Fine Art, dan Hitam Putih.
“Obituari Thomas Freitag ini bukan semata untuk mengenang sosok seorang pemerhati seni rupa dengan menyuguhkan proses kreatif serta profilnya, namun lebih dari itu, diharapkan dalam acara ini kita mampu meneladani seorang Thomas Freitag dengan segenap sumbangsihnya pada perkembangan seni rupa di Bali,” tutur Juwitta K Lasut salah satu staf Bentara Budaya Bali. [b]