Menghadirkan 48 karya hasil interpretasi visual terhadap teks cerpen.
Bagaimana capaian para perupa sewaktu merespon karya cerpen, apakah semata bertindak sebagai ilustrator ataukah kuasa melahirkan karya-karya yang lebih jauh dari itu? Kritikus sastra Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra M.Litt dan kritikus seni I Wayan Seri Yogaparta M.Sn akan mendialogkan hal tersebut dalam Diskusi Buku Kumpulan Cerpen dan Ilustrasi Kompas 2012, Jumat (17/01) di Bentara Budaya Bali (BBB).
Diskusi yang digelar serangkaian pameran Ilustrasi Cerpen Kompas 2012 yang telah diselenggarakan pada 12 – 22 Desember 2013 lalu, tak hanya memperbincangkan kehadiran buku cerpen Kompas 2012 namun juga perihal capaian ilustrasi cerpen Kompas selama ini, berikut ‘problematik’ yang menyertai upaya alih kreasi dari seni kata/bahasa ke seni rupa.
“Melalui dialog ini kita berupaya mencermati lebih jauh apakah proses alih kreasi dan interteks dimaksud tersebut akan memperkaya proses cipta para perupa, dan kemudian menginspirasi pula para cerpenis untuk melahirkan karya-karya selanjutnya yang lebih bernas, atau seperti apa,“ ungkap Putu Aryastawa, staf budaya BBB.
Pameran Ilustrasi Cerpen Kompas 2012 menghadirkan 48 karya hasil interpretasi visual terhadap teks cerpen. Sedini awal, para editor Kompas telah memberikan kebebasan kepada para perupa untuk melakukan respon kreatif terhadap cerpen yang terpilih untuk dimuat. Kebebasan tafsir yang menyeluruh tersebut terbukti menghasilkan karya-karya rupa yang mengejutkan, sekaligus memperluas kemungkinan penciptaan.
Diharapkan dengan alih kreasi tersebut para perupa melahirkan karya yang tidak saja menarik secara artistik, melainkan juga mengandung muatan intelektual atau kedalaman pesan.
Pameran Ilustrasi Cerpen Kompas telah berlangsung 9 kali, bermula tahun 2002. Cerpen-cerpen Kompas mulai dibukukan secara teratur sejak tahun 1992, disertai acara pemilihan cerpen terbaik. Cerpen ‘Laki-Laki Pemanggul Goni’ karya Budi Darma terpilih sebagai karya Terbaik 2012, menyisihkan 19 cerpen yang masuk nominasi.
Sedangkan menurut Maman S Mahayana, pengajar Universitas Indonesia, cerpen ”Laki-laki Pemanggul Goni” memperlihatkan betapa penting unsur-unsur intrinsik tampil kompak, berjalin-berkelindan dalam membangun cerita. Secara sosiologis, cerpen ini pada dasarnya dapat ditempatkan sebagai potret masa kecil anak-anak Indonesia yang hampir selalu dijejali mitos dan tokoh-tokoh fiktif yang kerap dicitrakan sebagai makhluk menakutkan.
Cerpen Budi Darma lainnya, ”Derabat” pernah pula dinobatkan sebagai Cerpen Terbaik Kompas pada 1999. Pengarang senior ini bahkan pernah menerima Penghargaan Kesetiaan Berkarya dari Kompas.
Cerpen-cerpen lain yang masuk dalam nominasi peraih cerpen terbaik sekaligus masuk dalam buku Cerpen Pilihan Kompas 2012 adalah ”Pohon Hayat” (Masdar Zainal), ”Mayat Mengambang di Danau” (Seno Gumira Ajidarma), ”Requiem Kunang- Kunang” (Agus Noor), ”Pemanggil Bidadari” (Noviana Kusumawardhani), ”Ambe Masih Sakit” (Emil Emir), ”Batu Asah dari Benua Australia” (Martin Aleida), ”Nyai Sobir” (A Mustofa Bisri), ”Sang Petruk” (GM Sudarta), ”Kurma Kiai Karnawi” (Agus Noor), dan berbagai cerpen lain.
Tentang Pembicara
Prof. Dr. I Nyoman Darma Putr, M.Litt. adalah Guru besar sastra Indonesia, Fakultas Sastra Universitas Udayana. Dia menyelesaikan pendidikan doktor di School of Languages and Comparative Cultural Studies, The University of Queensland, Australia, 2003. Bukunya yang baru terbit adalah A Literary Mirror, Balinese Reflections on Modernity and Identity in The Twentieth Century (Leiden, KITLV Press, 2011). Karyanya yang lain adalah Wanita Bali Tempo Doeloe Perspektif Masa Kini (2007), Bali dalam Kuasa Politik (2008), dan Tonggak Baru Sastra Bali Modern (2010), menulis pengantar buku Kumpulan Cerpen Kompas 2003, dll.
I Wayan Seriyoga Parta MSn., memulai karir seni rupanya sebagai Program Manajer Art Space dan Pusat Dokumentasi Klinik Seni Taxu tahun 2004-2005, Yogaparta yang juga Ketua Redaksi Buletin Seni Rupa “Kitsch” ini aktif menulis ulasan seni rupa, dimuat di Majalah Visual Art, Majalah Arti, Majalah Seni Suardi, Harian Bali Post dan di beberapa Jurnal Seni. Aktif menjadi kurator pameran seni rupa diantaranya; Tim Kurator pameran Pra Bali Bienale 2005, Kurator Pameran REAL[I]TI, Juli 2009 di Vannesa Art Link Jakarta, Kurator Pameran Tunggal Dolorosa Sinaga, The Power of Shape Oktober 2009 di Kendra Gallery Seminyak Bali, Kurator Pameran Tunggal I Wayan Sujana Suklu Line-Talk, April-Mei 2010 di Art Sphere Jakarta. Selain kegiatan kurasi, penulis juga telah menulis buku Arie Smit a Living Legend, Penerbit Rudolf Studio Jakarta (2011), tengah menyusun buku pematung I Ketut Muja. [b]
Saya tertarik dengan tulisan anda mengenai teknologi, menurut saya teknologi sudah sangat mempengaruhi kegiatan dan aktivitas manusia pada saat ini.
Saya juga mempunyai tulisan yang sejenis mengenai teknologi dan perkembangannya yang bisa anda kunjungi di http://library.gunadarma.ac.id/