Suara pemilih pemula tetap mewarnai Pilpres 2014.
Anak muda Indonesia mulai usia 17 tahun atau setara umur siswa SMA mempunyai hak pilih mereka di Pemilihan Umum Presiden (Pilpres) 2014.
Jumlah pemilih muda di Indonesia sangat potensial dalam memberikan dukungan suara ke salah satu pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres). Jumlahnya pun sekitar 20-30 persen atau 50.054.460 jiwa.
Suara pemilih pemula sangat penting dalam menentukan yang akan menduduki posisi presiden Indonesia 5 tahun mendatang.
Pilpres kali ini diikuti oleh dua pasangan capres dan cawapres. Pasangan Capres-Cawapres nomor urut 1 Prabowo Subianto- Hatta Rajasa dan pasangan Capres-Cawapres nomor urut 2 Joko Widodo-Jusuf Kalla.
Rabu kemarin mulai pagi hari hingga pukul 13.00 siang, masyarakat yang mempunyai hak memilih sudah meramaikan tempat pemungutan suara (TPS) yang menjadi tempat pemilihannya. TPS di masing-masing banjar di Desa Sanur Kauh, Denpasar misalnya sudah diramaikan warga banjar sedari pagi. Tak terkecuali anak muda.
Dua pasang calon yang bersaing dalam pilpres ini membuat tidak sulit untuk melihat hingga melipat kertas suara. Berbeda halnya saat pemilihan calon legislatif Mei 2014 lalu.
Lalu bagaimana pilihan anak muda di Pilpres 2014 ini?
Olin misalnya, dirinya mengaku golput di Pilpres ini ketika ditanya dan tidak menjelaskan sebab dirinya memilih untuk tidak memilih.
Berbeda halnya dengan Dwi dan Alit, usai memilih mereka menyatakan memilih salah satu dari dua pasangan capres dan cawapres. “Jelas aku pilih pemimpin yang jujur,” ujar Alit.
Sedangkan Dwi langsung to the point menyatakan dukungannya terhadap pasangan capres dan cawapres No 2. “No 2 dong, Jokowi sangat merakyat bro,” akunya.
Sementara itu, Dek Susan yang memilih di TPS 03 Banjar Penopengan, Sanur Kauh tidak mengungkapkan memilih siapa. “Rahasia dong,” tulisnya ketika ditanya lewat layanan Blackberry Messenger.
Sama halnya dengan rekan satu banjarnya, Agung. Pemuda berusia 22 tahun ini hanya menjawab siapa yang nanti menang itu yang saya pilih. “Tapi saya tidak golput. Intinya jangan memihak. Memilih tapi tidak memihak, biarkan pilihan jadi rahasia. [b]