Belayag adalah makanan yang lekat dengan kampung halaman.
Dia ditata dalam wadah sebagai sesajen, dihaturkan saat penutupan ritual. Teman belayag adalah lawar ayam dan kuah dari tulang ayam. Sebagai penutup ada jaje ketan dan sumping.
Usai persembahyangan, banten belayag dibagi ke tiap kelompok makan bersama (megibung). Tiap orang harus mendapat porsi yang sama. Karena jumlah sesajen terbatas, makan belayag lungsuran ini selalu terasa nikmat.
Inilah filosofi sesajen di Bali sebenarnya, semua yang dipersembahkan adalah hasil bumi sendiri dan dinikmati bersama setelah dipersembahkan. Tujuannya, agar manusia ingat menanam atau melestarikan.
Untuk memenuhi rasa kangen pada belayag, warung Belayag Dek Anik di kota Amlapura, Karangasem menyediakan menu ini untuk pelanggannya. Lokasinya di jalan Diponegoro Gg Batuaya sekitar 5 menit setelah terminal kota Amlapura. Dari jalan besar, masuk ke gang sekitar 50 meter.
Nama lengkap Dek Anik adalah Ni Made Suningsih, mulai berjualan sekitar 1999 di lokasi yang sama, warung sekaligus rumahnya. Buka sejak pukul 8 pagi sampai sehabisnya sekitar 5 sore.
Belayag di meja makan warung ini ditemani lauk pauk yang lebih beragam. Ada tempe goreng sambal, ayam tok-tok (ayam goreng dipotong-potong lalu digetok biar pipih) khas Amlapura, lalu diguyur kuah berempah.
Lauk lainnya adalah kentang dan ikan teri. Keduanya digoreng lalu dicampur sambal pedas manis. Jadi dominan rasa dalam satu piring itu agak pedas manis. Bagi penyuka pedas, ini belum termasuk pedas. Sambel ini di Amlapura biasa disebut base pemlecingan.
Jika belum familiar dengan belayag, Dek Anik menyediakan nasi. Per piring Rp 15 ribu, dengan porsi mengenyangkan.
Jelang waktu makan siang, dapur Dek Anik sibuk. Seorang juru masak menyiapkan lauk cadangan. Ada beberapa ember besar berisi janur yang sudah dirangkai untuk jadi belayag. Jelang petang baru diisi beras, untuk dimasak dini hari. Pukul 6 sudah matang dan siap disajikan ke pelanggannya dua jam kemudian.
Mengisi beras ke wadah ketupat atau belayag juga perlu pengetahuan. Jika lebih mengisi beras, akan terlalu padat dan keras. Jika kurang, terlalu lembek dan berair.
Penggorengan besar berisi bumbu dasar untuk kuah. Bumbu lengkap khas Bali seperti bawang, jahe, lengkuas, cabe, kunyit, dan lainnya. Ditumbuk lalu digoreng. Bisa dipakai untuk beberapa hari.
Wadah lainnya menggoreng tempe. Tempe Karangasem terasa lebih enak karena keledainya lebih padat. Setelah digoreng, tak mudah layu walau di udara terbuka seharian.
Di sudut lain, ada yang sibuk menggetok potongan ayam biar pipih. Ayam tok-tok juga khas Amlapura. Diramu dalam kuah santan berempah. Sebagian warung jika menjual nasi campur berisi ayam tok-tok ini.
Selain makan di tempat, pelanggan Dek Anik lebih banyak yang membeli take away. Tak heran warungnya kerap terlihat ramai dengan antrian.
Dek Ani terlihat pelit senyum. Tapi usai makan belayag racikannya, kita bisa tersenyum girang. Tekstur belayag bagus, tidak keras juga tak terlalu lembek. Kuah dari tulang ayamnya agak manis tapi gurih. Jika suka pedas, bisa minta sambal tambahan. Tempe goreng sambalnya garing dengan sambal pedas manis. [b]