• Beranda
  • Pemasangan Iklan
  • Kontak
  • Bagi Beritamu!
  • Tentang Kami
Wednesday, November 12, 2025
  • Login
BaleBengong.id
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
BaleBengong
No Result
View All Result
Home Berita Utama

Belajar Kritis di Taman Baca Kesiman

Indra Pramana by Indra Pramana
27 January 2016
in Berita Utama, Kabar Baru, Pendidikan
0 0
2

Belajar Kritis

Berpikir kritis berawal dari kesadaran atas kondisi di sekitar kita yang tidak baik-baik saja.

Begitu kiranya acara dibuka oleh Sony Prasetyo. Selama dua hari, 22-23 Januari 2016 bertempat di Taman Baca Kesiman, berlangsung Kelas Pengembangan Pemikiran Kritis.

Dua kawan dari Militan Indonesia, Yohana Ilyasa dan Sony Prasetyo, hadir sebagai pemateri. Kehadiran keduanya disambut peserta dari berbagai unsur. Mahasiswa, jurnalis, aktivis sosial dan kaum muda Bali serius sekali mengikuti kelas tanpa biaya apapun itu.

Sebagai sebuah metode berpikir, selama Rezim Soeharto berkuasa, pemikiran-pemikiran kritis tidak mendapat tempat dalam diskursus pengetahuan di Indonesia. Negara mengontrol pikiran warganya dengan membatasi dan melarang sejumlah buku yang dianggap memiliki paham subversif.

Hal ini menjadi lucu. Pembatasan ini justru menunjukan naifnya cara pandang terhadap pengetahuan. Di sisi lain, teror dan trauma dipelihara oleh Negara, tanpa dorongan mempelajari secara serius berdampak langsung terhadap kebuntuan perkembangan khasanah keilmuan.

Selain itu, intelektual organis menjadi barang langka. Meski rezim telah runtuh, derasnya laju informasi tak diimbangi dengan terbangunnya kesadaran publik. “Kelas Pengembangan Pemikiran Kritis ini memang dirancang guna menyebarluaskan gagasan kritis kepada publik yang lebih luas,” kata Agung Alit, pemilik dan pengelola Taman Baca Kesiman.

Pada hari pertama, peserta diperkenalkan kepada gagasan kritis, dan konsep-konsep dasar yang menjadi rujukan kemunculan perjuangan kaum buruh pada awal kemunculannya.

Pemateri terutama menekankan pada awal kemunculan gagasan kritis ini di Jerman dan Rusia. Sejauh mana gagasan kritis mendorong perubahan-perubahan di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia, juga disampaikan.

Pada hari kedua, meski telah dimulai lebih awal, semangat kaum muda belajar tampak tidak menyurut. Kelas pun dirasa terlalu singkat, dan memang proses pembelajaran ini tidak mungkin dilaksanakan secara instan.

Secara bercanda, seloroh bahwa sekolah itu pendek, belajar itu panjang menjadi ungkapan keresahan yang dirasakan para peserta.

Dalam proses pelaksanaannya, selain mengkaji sejumlah materi-materi dasar yang telah dipersiapkan, proses belajar juga membuka ruang diskusi seluas-luasnya. Begitu derasnya proses tanya jawab ini, sampai-sampai penyelenggara harus mengingatkan kepada hadirin karena waktu efektif belajar telah selesai.

Semangat kaum muda ini harus disalurkan, bukannya disumbat seperti praktik Rezim terdahulu.

Setelah secara formal kelas ditutup, diskusi santai dilanjutkan hingga jauh malam.

Pentingnya membaca, dan berdialektika, kemudian secara pelan-pelan mengorganisir diri dan orang-orang terdekat mungkin menjadi pesan penting yang disampaikan oleh pemateri. Kesabaran revolusioner perlu dipelihara, agar tidak terjangkit penyakit kanak-kanak aktivis pergerakan, yaitu berapi-api mendorong revolusi padahal kondisi objektif tidak memungkinkan.

Semangat kaum muda ini harus disalurkan, bukannya disumbat seperti praktik Rezim terdahulu. Taman Baca Kesiman, yang memiliki koleksi buku-buku berjumlah ribuan, tentu menjadi strategis sebagai arena belajar bersama di Denpasar.

“Memang rencananya ke depan kita ingin menyelenggarakan Kelas Pengembangan Pemikiran Kritis ini secara teratur. Tentu materi yang ditawarkan disesuaikan dengan kebutuhan peserta,” lanjut Agung Alit.

Inisiatif ini tentu perlu diapresiasi, karena jarang sekali ada ruang-ruang belajar aktif yang menginiasi gagasan kritis.

Masifnya Gerakan Bali Tolak Reklamasi yang telah berlangsung selama tiga tahun, mendorong kepedulian masyarakat luas terhadap perkembangan Bali. Akan tetapi, kita tidak dapat memisahkan aksi dari teori. Kesinambungan antara membangun kesadaran kritis dan proses aksi di lapangan menjadi bekal guna menghadapi tantangan kedepannya.

Semenjak kapitalisme telah mengeksploitasi seluruh ruang hidup dari subjek manusia, terutama desakan industri pariwisata, sudah saatnya penyemaian gagasan kritis menjadi penting. Perlawanan harus mengarah langsung ke jantung sistem yang ekspolitatif ini. Dan gagasan kritis menjadi bekal penting guna meneruskan perjuangan ini.

Sejauh mendukung munculnya kesadaran publik, dan secara tegas berpihak kepada kaum tertindas, inisiasi-inisiasi serupa perlu didorong. Pekerjaan ini tentu perlu dilakukan secara bersama-sama, dan melibatkan seluas-luasnya partisipasi publik, terutama sekali kaum muda Bali.

Mudah-mudahan, hari-hari ke depan ini kita mendapati inisiatif serupa dari kaum muda, secara mandiri membangun dan menyebarkan gagasan kritis ini di Bali. [b]

Tags: DenpasarDiskusiKomunitas
Liputan Mendalam BaleBengong.ID
Indra Pramana

Indra Pramana

Pemuda banjar. Warga sekitar.

Related Posts

Inilah Panduan Nyepi Tanpa Internet Tahun Ini

Tersingkir di Tanah Sendiri

12 November 2025
Ketimpangan Ruang dan Kelas di Pasar Badung

Ketimpangan Ruang dan Kelas di Pasar Badung

21 October 2025

Ancaman Kesehatan Pasca Banjir di Bali

8 October 2025
Mengelola Dana Darurat Banjir Bali: Antara Potensi dan Transparansi

Mengelola Dana Darurat Banjir Bali: Antara Potensi dan Transparansi

20 September 2025
Mendata Bencana Banjir dengan Crowdsourcing

Mendata Bencana Banjir dengan Crowdsourcing

17 September 2025
Aksi Bali Mengkritisi Kebijakan Bias Gender dan Tolak RUU TNI

Gerakan Kesadaran Neurodiversitas untuk Keberagaman dan Melawan Stigma

21 June 2025
Next Post
Fair Trade, Bisnis yang Tetap Peduli Lingkungan

Fair Trade, Bisnis yang Tetap Peduli Lingkungan

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Temukan Kami

Kelas Literasi BaleBengong
Melali Melali Melali
Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu?

Kabar Terbaru

Inilah Panduan Nyepi Tanpa Internet Tahun Ini

Tersingkir di Tanah Sendiri

12 November 2025
Memanen Air Hujan dan Biogas, Teknologi Tepat Guna bagi Petani Bali yang Terabaikan

Ketimpangan Sumber Daya di Balik Krisis Air Tanah Bali

12 November 2025
Koalisi MUAK Tolak Gelar Pahlawan Soeharto

Koalisi MUAK Tolak Gelar Pahlawan Soeharto

11 November 2025
Akses Medis Neurodiversitas: Perjuangan di tengah Minimnya Akses Layanan

Akses Medis Neurodiversitas: Perjuangan di tengah Minimnya Akses Layanan

10 November 2025
BaleBengong

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia

Informasi Tambahan

  • Iklan
  • Peringatan
  • Kontributor
  • Bagi Beritamu!
  • Tanya Jawab
  • Panduan Logo

Temukan Kami

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia