Trans Sarbagita ini, digadang-gadang sebagai peretas kemacetan di Bali.
Setelah sekitar 10 menit menunggu di halte terminal Batubulan, Gianyar akhirnya saya naik juga bus biru Trans Sarbagita ini. Bus Trans Sarbagita beroperasi sejak 18 Agustus lalu. Sekitar pukul 10.20 Wita, hanya ada 3 penumpang berangkat dari halte tersebut. Penumpang pertama turun di halte dekat Mal Bali Galeria, sedangkan saya turun di halte Sentral Parkir, Kuta.
Di halte itu, ada dua petugas berseragam dinas abu-abu. Satu orang menjaga area di sekitar halte karena, kendaraan berjarak 50 meter di depan, kanan, dan kiri halte dilarang parkir. Dan satunya lagi bertugas di antaranya mengecek jadwal, waktu kedatangan bus dan mencatat jam-jam sibuk atau macet.
Selama menunggu, ada 2 kali bus Isuzu berukuran sedang bertuliskan Tegal – Bandara. Dalam satu momen, sang kenek muncul dan ternyata berseragam sama, abu-abu. Kata petugas di sana, bus-bus dengan trayek Tegal – Bandara itu dikontrak selama 3 bulan oleh pihak Trans Sarbagita. Mereka menjadi kendaraan trayek cabang. Bila ingin naik, terminalnya ada di terminal Tegal. Cirinya, mencari area yang diberi rambu Sarbagita.
Menjelang pukul 12.00 wita, saya menaiki bus trans menuju terminal Batubulan. Kemacetan memang terasa saat jam sibuk seperti ini. Mencapai jalan Sunset Road menuju By Pass Ngurah Rai lurus ke utara hingga ke By Pass Sanur jalan terasa agak lengang.
Ketika tiba di halte depan sebuah sekolah pariwisata di utara McD Sanur, serombongan anak SMP telah menunggu. Dari emblemnya, sekitar 25 murid itu bersekolah di SMP Negeri 9 Sanur. Agung, siswa kelas 1 di sebelah saya, bilang sejak hari Senin ia sudah naik bus trans ini. Ia tinggal di Tohpati. Dan ketika tiba di halte Tohpati sebelum lampu merah, ia dan beberapa lainnya turun.
Selama perjalanan, dengan gaya bercengkerama kocak, seorang anak nyeletuk dalam bahasa Bali, “Tuh khan kalau seperti ini bisnya, ga malu”. Siswa lainnya menyahut, “Kenapa tidak dibikin di depan SMP 9.” Mereka bergantian menanggapi. Kekocakan dan kehadiran anak-anak itu, bikin saya senang. Dalam satu momen hari itu, setidaknya kursi penumpang penuh, kecuali 1 kursi khusus khusus ibu hamil, lansia dan seterusnya.
Sumbang
Obrolan publik soal Sarbagita di media sosial mulai rame, semisal di akun @balebengong. Sejak tanggal 18 Agustus topik #Sarbagita ini sudah mulai dibrolin. Pada 21 Agustus bahkan ada tweet yang memaparkan lokasi halte, jadwal keberangkatan, fasilitas, suasana di bus dan lainnya. Hingga tanggal 23 Agustus masih saja ada warga sumbang pendapat ke akun itu. Ada yang bernada sumbang dan ada yang menaruh harapan dengan beberapa catatan perbaikan.
Pengadaan bus Trans Sarbagita ini, digadang-gadang sebagai peretas kemacetan di beberapa daerah yang rawan macet. Di atap salah satu halte di By Pass sanur, tertuliskan slogan: Trans Sarbagita adalah solusi transportasi publik kita bersama. Sebagai bentuk solusi, untuk pengoperasian bus Trans ini memang baru berumur hitungan hari. Tetapi studinya telah ada sejak tahun 1998.
“Ada 3 pilihan kebijakan dalam mengatasi kemacetan di Bali,” kata Kepala Seksi (Kasi) Keselamatan dan Ketertiban Lalu Lintas Dinas Perhubungan Bali, Stadly.
Pertama, pembangunan infrastruktur atau jalan baru. Kedua, manajemen rekayasa lalu lintas. Salah satunya dengan Area Traffic Control System; semacam sistem untuk mengontrol durasi lampu lalu lintasdan terhubung dengan pantauan kemacetan dari CCTV.
Ketiga, mengembangkan angkutan umum. “Ini yang paling logis, dengan memaksimalkan ruang jalan yang ada,” lanjutnya.
Jumlah pengendara yang menggunakan kendaraan pribadi setidaknya bisa dimampatkan agar beralih ke transportasi publik. “Ibaratnya kalau ada 100 orang, kira-kira dalam 1 mobil ada 2 orang, paling tidak ada 50 mobil di jalan. Itu yang bisa ditekan dengan bus ini,” katanya.
Master Plan untuk operasional bus ini di wilayah Denpasar – Badung – Gianyar – Tabanan ini ditargetkan hingga 2020. “Ada 17 trayek yang ditunjang 36 trayek pengumpang yang bisa menjangkau ke area dekat pemukiman,” kata Kepala Bidang Teknik Bus Trans Sarbagita, Krisdiyanto.
Periode awal ini, pengoperasian bus Trans Sarbagita masih dalam tahap perbaikan sistem dan pelayanan. “Konsepnya yang penting jangan terlalu banyak orang turun naik,” ujarnya. Tarifnya dibikin lebih murah dari biaya naik motor.
Mulus
Bus Trans ini memang berbadan besar. Di setiap belokan yang ukuran jalannya standar, kadang saya mikir, ini bus bisa belok mulus atau tidak. Untung, bus Trans besar ini hanya dioperasikan di trayek utama. Sedangkan trayek cabang, dan ranting atau pengumpan, kelak akan menggunakan bus berukuran sedang atau kendaraan publik yang sudah ada seperti Isuzu trayek Tegal – Bandara tadi. Untuk pengadaan bus berukuran sedang, kata Pak Kris, semoga bisa terpenuhi pada tahun 2012.
Kata Kris, sebanyak 135 Isuzu ini telah disewa pihak Sarbagita untuk memnuhi trayek Tegal – Bandara. Mereka dibayar per kilometer. Untuk satu kilometernya dihargai Rp 2.200,-. Sedangkan bus Trans Sarbagita dihargai Rp 4.500,- per kilometer. “Jadi, isi atau tidak isi penumpang bis ini harus jalan,” ujarnya.
Dari 135 unit ini yang beroperasi ke trayek Tegal – Bandara ini hanya 12 armada. “Nah, sisanya itu yang mesti direlokasi, biar tidak rugi,” kata Pak Kris.
Hal penting dari transportasi publik ini adalah mudah diakses, terjadwal, murah dan nyaman. Karena trayek utama ini tidak semuanya meliputi area pemukiman, angkutan publik lainnya juga berperan penting. “Harus ada kesepakatan bersama antarkabupaten dalam menyediakan angkutan pengumpan, yang bisa masuk ke dalam-dalam,” ujarnya. Karena itu, katanya, angkutan umum harus direstrukturisasi.
Halte bus Trans juga sengaja dibikin lebih tinggi, untuk mengurangi persaingan. “Jadi nanti ga ada kita dengar, penumpangnya turun diambil sama bus lain,” katanya sedikit terkekeh. Untuk satu pembangunan halte yang paling murah, Kris mengira-ngira, menghabiskan uang sebanyak Rp 40 juta. Konon, sudah ada beberapa instansi swasta yang menawarkan untuk menyumbang pengadaan halte.
Harga satu bus besar Trans Sarbagita ini senilai Rp 1, 2 milyar. Dan itu ditanggung pemerintah pusat. Begitu juga untuk perawatannya. “Jadi paling kita mengecek kapan ganti oli, servisnya,” katanya. Bagi mereka yang ingin ikut tender pengadaan bus, dipersilakan. Kata Kris, paling tidak harus punya pangkalan dan bengkelnya.
Bus Trans Sarbagita ini memang baru di Denpasar. Dan semoga kualifikasinya telah mecakup perbaikan-perbaikan dari angkutan publik yang telah ada. Sebelumnya transportasi publik macam dokar, bemo, taksi, dan ojek sudah jauh lebih dulu ada di Bali.
Nah, yang tidak suka macet dan ingin mencicipi alternatif baru silakan coba pakai bus ini. Ayolah, jadi bagian perubahan itu tidak dengan mengumpat. [b]
Kemarin (25/8/11) sekitar pukul 7:00 malam kendaraan saya berada di belakang bus Trans Sarbagita No. 07, dari arah Jimbaran menuju Simpang Siur. Kebetulan saya perhatikan dua kali bus tersebut melewati/tidak berhenti di halte yang telah berisi beberapa orang calon penumpang. Saya tidak tahu apakah malam kemarin memang sudah selesai jam operasi-nya, bila tidak, kasihan sekali calon penumpang yang telah berharap dan menunggu di halte khusus yang disediakan.
berharap bus ini nntinya ada rute keluar kota…..pengen klo pulang kampung ke kintamani, naik bus aja….bisa nyante. klo bw motor capek n trlalu beresiko.
Wah bagus banget ada Bis ini, terus terang ini cukup membantu untuk kami yang diluar pulau, selama ini kami selalu harus merogoh kantong cukup dalam setiap kali sampai di bali atau berangkat keluar bali karena harus membayar taxi cukup mahal. Harapan saya, agar bis ini tetap terjaga dan dipelihara tidak seperti di jakarta yang rata2 bis tidak layak dan sopir yang ugal2an. Terima kasih buat penggagasnya.
Ya, semoga trans Sarbagita merupakan bagian dari solusi kemacetan.
Ayoooo ……. menjadi bagian dari perubahan dengan beralih menggunakan transportasi umum.
Bagimana Cara Operator trans Sarbagita Untuk Memajukan Pendapatan Dari Bus Ini ,Bagaimana Trans Sarbagita Ini bisa di cintai masyarakat