Bali boleh bangga dalam urusan pariwisata.
Namun, pulau ini telah tertinggal dalam persaingan global untuk penanggulangan bencana alam tropis. Para ahli telah ditunjuk untuk dapat mengambil langkah penting mengantisipasi.
Demikian salah satu poin penting dalam United Nations World Conference for Disaster Risk Reduction (UNWCDRR) yang diselenggarakan di Jepang.
Kecenderungan bencana global menunjukkan bahwa pulau-pulau sepanjang zona tropis sangat rawan atas risiko meningkatnya bencana alam. Populasi di pulau tersebut perlu melakukan persiapan lebih atas pengaruh pada manusia akibat badai tropis, banjir, gempa bumi, kekeringan, tsunami dan bencana lainnya.
Strategi nasional Indonesia mengarahkan langsung tanggung jawab tersebut kepada wewenang daerah. Namun, tantangannya adalah kurangnya kesadaran pentingnya rencana persiapan bencana, baik di tingkat pemerintahan maupun masyarakat. Hal ini terutama penanganan atas masyarakat di kawasan yang mudah terserang bencana.
Anggaran bencana untuk implementasi tersebut, ditanggung dalam laporan negara oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Sendai Framework for Disaster Rizk Reduction 2015-2030 menekankan adanya ‘kebutuhan penting dan mendesak untuk mengimplementasikan rencana dan strategi nasional dan daerah dalam mengurangi risiko bencana’.
menurut Direktur IDEP Foundation Ade Andreawan sejauh ini manajemen risiko bencana di Bali masih terbatas pada pantai pariwisata terkenal. “Sementara masyarakat lokal di provinsi Bali dalam bahaya karena belum mendapatkan pemahaman atas persiapan bencana yang mendesak”, ujar Ade.
Kurangnya rencana pencegahan bencana di Bali menempatkan sejumlah besar populasi di daerah dalam bahaya. Termasuk di dalamnya adalah kawasan pariwisata lain seperti Klungkung, di Bali tenggara, yang meliputi sekelompok kepulauan Nusa Penida. Tidak ada infrastruktur pengaturan bencana, pelatihan tanggapan darurat, pemetaan risiko bencana, pemasangan tanda peringatan dan pelatihan akan kesadaran atas bencana bagi masyarakat di sana.
Menurut Ade, ketika terjadi badai tropis pada Mei 2013 yang menimpa pulau Nusa Ceningan, di dekat Bali, langkah-langkah tanggap atas bantuan lokal sangat lambat.
Yayasan IDEP membantu mengisi celah tersebut. Yayasan ini melaksanakan proyek-proyek berfokus pada identifikasi pedesaan yang sangat riskan terkena bahaya akibat perubahan cuaca ekstrem dan bencana alam lainnya.
Kegiatannya antara lain koordinasi pemetaan bahaya bencana, pelatihan untuk kepala desa dan kelompok masyarakat atas risiko bencana. Program IDEP menyediakan pendidikan ketahanan bencana, termasuk tersedianya air dan makanan untuk masyarakat miskin di Indonesia.
Tim ahli IDEP mengimplementasikan pedoman PBB untuk melatih 10 desa dalam persiapan tanggap bencana. Desa tersebut meliputi untuk 187.000 populasi lokal dan kebanyakan masih hidup di bawah garis kemiskinan. Program bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Klungkung di Bali.
Daerah Klungkung, di Bali, memiliki kecenderungan atas bencana alam yang kompleks dan bahaya. “Bencana tersebut akibat penambang sungai ilegal dengan serangan berbagai macam bencana seperti banjir, angin topan, tanah longsor, epidemik, gempa bumi dan angin pasang,” menurut Ade Andreawan.
Kebanyakan pantai-pantai di Klungkung telah mengalami sejumlah abrasi yang mengakibatkan perubahan iklim dan perubahan lautan di bagian selatan Bali. Meningkatnya air laut menjadikan penduduk di daerah pesisir peduli atas gelombang angin pasang. Menurut laporan warga, pasang laut telah mencapai 100 meter.
Sementara itu, Wakil Presiden Indonesia, Jusuf Kalla, meminta kerja sama komunitas internasional untuk bersama-sama membahas manajemen penanganan bersama. Hal ini seiring dengan telah meningkatnya angin topan kategori lima dalam 10 tahun terakhir. Jusuf Kalla juga menekankan Angin Topan Pam, salah satu dari topan tropis terbesar dalam sejarah regional yang menimpa Pasifik Selatan pada 13 Maret. Topan tersebut mengakibatkan kerusakan besar yang menimpa pulau Vanuatu, Solomon, Tuvalu, Pulau Marshall dan Kiribati.
Ekonomi pulau pariwisata tropis terkena dampak sangat besar atas terjadinya bencana alam. Terbukti atas terjadinya Tsunami Samudera Hindia yang menimpa kawasan Asia Tengara pada tahun 2004.
Krisis kemanusiaan Angin Topan Pam di Asia Pasifik telah menguji perbaikan dalam strategi kawasan dan langkah penanggulangan bencana yang telah berhasil ditindak secara cepat. Penanggulangan bencana itu mencakup populasi di 22 pulau yang menderita kelaparan sebagai mana dilaporkan Pacific Institute of Public Policy. [b]
Materi dikirim Yayasan IDEP.