“Beri aku 10 pemuda maka akan ku guncang dunia.”
Seruan Presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno kini tampak nyata di telinga warga Desa Seraya Timur, Karangasem. Jangankan sepuluh pemuda, lewat dedikasi satu pemuda saja, ratusan petani yang terancam merugi di tengah wabah COVID-19 justru menjadi untung. Bagaimana bisa?
I Nengah Agus Tripayana memutuskan pulang pada akhir Maret 2020 lalu. Wabah COVID-19, membuat salah satu perguruan tinggi keguruan di Mataram, Lombok tempat mengajarnya, melaksanakan pembelajaran lewat daring. Awalnya pria yang akrab disapa Agus ini pulang bermaksud berkumpul bersama keluarga dan beristirahat dari rutinitas di perantauan.
Namun, sampai di kampung kelahirannya, Banjar Dinas Tukad Buah, Desa Seraya Timur, ia justru miris melihat para petani dan nelayan yang harus gigit jari. Daya beli masyarakat Karangasem yang rendah diterpa pandemi, membuat petani dan nelayan sangat sulit memasarkan komoditasnya.
“Dari sini saya berpikir, apa yang saya bisa bantu untuk mereka. Jika membantu materi saya tidak mungkin bisa. Akhirnya saya mencoba membentuk satu komunitas yang bernama Dari Desa,” tutur laki-laki berkulit sawo matang ini.
Komunitas Dari Desa dibentuk Agus, bertujuan untuk menjual hasil pertanian masyarakat di tengah pandemi. Anggotanya dari pengusaha dan pengajar asal Denpasar dan Gianyar. “Saya bersama teman-teman yang bersedia membantu mencoba membenahi gerak pasar. Kami mencoba memasarkan hasil petani dan nelayan. Seperti sayur mayur, srikaya, jagung dan ikan tongkol ke Gianyar dan Denpasar,” ungkap laki-laki berstatus lajang ini.
Di luar ekspektasi, kualitas unggul dari komoditas yang ditawarkan membuat pasar merespon sangat positif. Bahkan petani dan nelayan yang biasanya berpenghasilan rendah, sekali panen saja mampu memperoleh untung Rp 150 ribu sampai Rp 350 ribu. “Seluruh hasil penjualan kami serahkan pada petani dan nelayan. Jika ada penghasilan lebih kami manfaatkan untuk membeli masker dan hand sanitizer. Mengingat kami harus pergi ke luar daerah tiap satu minggu sekali untuk mengantarkan dagangan,” ucap Agus.
Tak berhenti sampai di sana. Agus bersama tim Dari Desa mulai menjajagi pemasaran lewat media daring. Menjanjikan kualitas unggul, Ia menyasar pembeli di segmen menengah ke atas. “Kami juga mencoba menjalin kerjasama dengan ojek online untuk mengantarkan pesanan,” imbuhnya. Lagi-lagi upayanya ini mendapat respon yang cukup baik. Banyak pesanan yang masuk lewat media sosial komunitas Dari Desa.
Kini, Agus dan kawan- kawan mulai bergerak “turun”. Pandemi yang tak kunjung berakhir membuat komunitas Dari Desa membuat program menukar. “Petani yang kurang mampu di luar Karangasem bisa bertukar kebutuhan pokok yang jenisnya berbeda kepada petani yang ada di Karangasem,” jelasnya.
Agus mengumpamakan, jika ada petani yang tak mampu beli ikan dan sayuran namun memiliki hasil beras, dapat dibarter dengan petani yang menghasilkan sayuran atau nelayan yang menghasilkan ikan. “Lewat program ini saya berharap. Seluruh petani dapat terbantu. khususnya dalam memenuhi kebutuhan pokok,” harap Agus. [b]