• Beranda
  • Pemasangan Iklan
  • Kontak
  • Bagi Beritamu!
  • Tentang Kami
Friday, November 7, 2025
  • Login
BaleBengong.id
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
BaleBengong
No Result
View All Result
Home Kabar Baru

Akhir Perjalanan Juragan “Candu”

I Nyoman Winata by I Nyoman Winata
1 February 2008
in Kabar Baru, Opini
0 0
1

Oleh I Nyoman Winata

Perjalanan panjang Pak Harto akhirnya usai. Media televisi memenuhi tayangannya dengan berita-berita meninggalnya sang diktator berwajah penuh welas asih ini. Ulasan-ulasan dari media-media televisi banyak memberi gambaran tentang jasa besar Pak Harto selama hidupnya. Seorang ibu dari rakyat biasa yang diwawancarai menyatakan bahwa Pak Harto adalah seorang pemimpin yang lebih berhasil dibanding presiden lainnya di Indonesia. Pengalaman empirisnya seperti menuntunnya untuk berkata bahwa hidup dijaman Pak Harto jadi Presiden, semuanya lebih mudah. Dan memang ungkapan ibu ini benar.

Saat Pak Harto Berkuasa, tidak pernah ada misalnya berita tentang rakyat yang susah. Negeri ini yang bisa dilihat dari media massa ketika itu adalah Indonesia yang Gemah Ripah Loh Jinawi.

Saya tidak bisa berdebat jika menyimak kata-kata ibu itu. Namun ada sesuatu yang meliuk-liuk dipikiran saya. Sungguhkah semua itu adalah kebenaran yang nyata atau hanya sekedar ilusi? Tidakkah Hidup bangsa ini ketika Pak Harto menjadi presiden tidak lebih hidup didunia indah tetapi dibangun di atas dasar yang rapuh?

Saya jadi berpikir bahwa ketika orde baru sebagian rakyat sebenarnya ibarat hidup dalam pengaruh candu yang memabukkan.Pak Harto adalah penyebar “candu” yang biaya untuk memenuhi kebutuhan “candu” itu berasal dari hutang luar negeri. Sebagian besar rakyat di masa Orde Baru dibuat “mabuk Kepayang” dengan banyak kemudahan hidup, dimanjakan dan tidak pernah dibiarkan untuk melihat realitas sesungguhnya.

Rakyat tidak pernah dihadapkan pada kenyataan bahwa hidup itu haruslah dijalankan dengan penuh perjuangan. Misalnya harga beras dan BBM dibuat murah lalu nilai tukar rupiah dibuat tinggi. Padahal sesungguhnya harga beras itu mahal sama dengan BBM. Nilai rupiah juga tidak setinggi kenyataannya karena fondasi ekonomi Indonesia dibangun di atas bertumpuknya hutang luar negeri. Rakyat Indonesia, seperti anak yang dimanja orangtuanya. Rakyat Indonesia dibiarkan hidup di negeri dongeng, dimana dongeng-dongeng itu dicekoki terus menerus melalui media massa ketika itu.

Mereka yang mencoba untuk tetap sadar, tidak mau terpengaruh “candu” dibungkam oleh antek-antek Pak Harto. Banyak dari mereka yang nyawanya dihabisi, dibantai bahkan tidak sedikit yang disiksa dan diperkosa sebelum dilenyapkan. Jumlah mereka mungkin mencapai ratusan bahkan ribuan nyawa.

Ibu yang diwawancari stasiun TV itu mungkin terlalu lama dibawah pengaruh “Candu” bikinan Pak Harto. Karena itulah ketika sang Juragan “Candu” itu tutup usia, ada semacam kesedihan dan cerita betapa indahnya hidup di bawah pengaruh “candu” itupun meluncur melalui bibirnya. Ibu itu mungkin tidak pernah melihat langsung bagaimana banyak rakyat Indonesia hidupnya dibuat susah, dirampas hak hidupnya bahkan sampai kehilangan nyawa mereka.

Saya sedih, karena candu itu ternyata hingga kini masih demikian kuatnya mencengkram pikiran rakyat Indonesia. Bahkan cerita hidup di masa “candu” itu kini mulai diturunkan kepada anak-anak mereka. Mereka akan bercerita, semasa hidupnya Pak Harto adalah, seorang pemimpin yang hidupnya untuk membahagiakan rakyatnya. Berterima kasihlah kalian padanya. Ia layak jadi Pahlawan. Kalaupun ada cerita buruk tentang pemimpin itu karena telah merampas hak rakyat, membiarkan pikiran rakyat teracuni dan membunuh ribuan rakyat Indonesia yang menentangnya, itu adalah kewajaran, karena semua keburukan itu atas nama kepentingan yang lebih besar. Lalu cerita orang yang terlalu lama mabuk “candu” dipenuhi dengan cerita tentang nikmatnya hidup saat Pak Harto menjadi Pemimpin mereka. Ironisnya, mungkin cerita orang-orang mabuk “candu” ini sepertinya akan dipercaya anak cucu mereka.

Saya lalu bertanya, di manakah sekarang orang-orang yang masih waras di negeri ini? Mereka yang masih bisa melihat segala sesuatunya dengan jernih dan tak terkontaminasi “candu”. Mungkin mereka masih ada, tetapi bukan lagi dikenal sebagai orang waras karena ketika orang waras berada dikerumunan orang gila, siapakah sebenarnya akan lebih dicap Gila?? Dan sang pemimpin para pe”candu” itu— ia yang telah meracuni pikiran-pikiran rakyat Indonesia dan ia yang telah melemahkan aliran darah keperkasaan Burung Garuda ditubuh orang Indonesia– saat tiba diakhir perjalanan hidupnya, justru ada yang mengusulkan diberi gelar Pahlawan Nasional. Ah, Saya pun menjadi semakin sedih.

Liputan Mendalam BaleBengong.ID
I Nyoman Winata

I Nyoman Winata

I Nyoman Winata lahir dan besar Denpasar tahun 1975. Pernah kuliah di Fakultas Ekonomi Unud sampai wisuda. Di tahun 2013 lulus kuliah di Magister Ilmu Komunikasi Universitas Diponegoro dengan predikat cumlaude. Bekerja di sebuah Media massa yang berkantor pusat di Bali. Dari akhir tahun 2004 lalu bekerja di Semarang Jawa Tengah. Tidak punya hobi pasti, dulu suka olahraga, sekarang tidak pernah jelas. Rumah di depan Terminal Ubung persis, disebelah rumah makan padang "Minang Ubung".

Related Posts

Warisan Pasca Kolonialisme dalam Film Roots

Warisan Pasca Kolonialisme dalam Film Roots

7 November 2025
Ini Cerita Arsa, Remaja Rasa Anak-anak

Pengalaman Orang Tua dengan Anak Neurodiversitas

6 November 2025
BaleBio, Prototipe Arsitektur Regeneratif

BaleBio, Prototipe Arsitektur Regeneratif

6 November 2025
Pelatihan Olah Limbah Bambu di Bamboo Academy

Pelatihan Olah Limbah Bambu di Bamboo Academy

5 November 2025
[Matan Ai] Bali dan Pembusukan Pembangunan

In memoriam Timothy: Bunga yang Dirontokkan di Bumi

5 November 2025

Menikmati Puisi dan Los Buku di UWRF 2025

4 November 2025
Next Post

Kalau Kelamin Bisa “Ngomong”

Comments 1

  1. Toni says:
    18 years ago

    Gak cuma juragan candu tp juga bakul budak alias mucikari. Dah berapa tkw yg dia jual ke arab, malingsia, eropa dan hongkong.
    Parahnya lagi di juga ‘madek’ jd dukun ngalahin mbah maridjan. Malah jd bigbos dukun, yg suka ngumpulin dukun dgn bendera ‘dukun istana’
    Berapa banyak pusaka dia timbun.

    Reply

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Temukan Kami

Kelas Literasi BaleBengong
Melali Melali Melali
Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu?

Kabar Terbaru

Warisan Pasca Kolonialisme dalam Film Roots

Warisan Pasca Kolonialisme dalam Film Roots

7 November 2025
Ini Cerita Arsa, Remaja Rasa Anak-anak

Pengalaman Orang Tua dengan Anak Neurodiversitas

6 November 2025
BaleBio, Prototipe Arsitektur Regeneratif

BaleBio, Prototipe Arsitektur Regeneratif

6 November 2025
Pelatihan Olah Limbah Bambu di Bamboo Academy

Pelatihan Olah Limbah Bambu di Bamboo Academy

5 November 2025
BaleBengong

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia

Informasi Tambahan

  • Iklan
  • Peringatan
  • Kontributor
  • Bagi Beritamu!
  • Tanya Jawab
  • Panduan Logo

Temukan Kami

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia