Kolektif screening dengan memungut donasi penonton. Pemutaran film ini untuk penonton dewasa 21+. Tiga film pendek Indonesia yang akan diputar adalah:
1. SENDIRI DIANA SENDIRI (FOLLOWING DIANA)
Director: Kamila Andini
(2015/ Color/ 39 minutes/ Indonesian with English Subtitle/ Digital)
Sinopsis:
Di sebuah rumah, di depan pembangunan sebuah gedung, Diana berkeluarga. Setiap harinya, perempuan berusia tiga puluh tahun ini menghabiskan hari bersama anaknya sampai suaminya pulang bekerja di malam hari. Hingga suatu malam, suami Diana memberikan ilustrasi tentang bagaimana ia ingin membagi kehidupan keluarga mereka dengan wanita lain.
Pernyataan sutradara:
Permasalahan-permasalahan pelik menyertai pernikahan, dan menurut saya, perasaan adalah permasalahan yang dialami setiap orang. Film ini menyoroti perasaan Diana sebagai seorang istri dan ibu yang dihadapkan dengan kenyataan bahwa suaminya ingin memperistri wanita lain.
Setelah menikah dan memiliki anak pertama, saya selalu ingin membuat cerita perihal menjadi seorang ibu. Selama lebih dari setahun, saya melihat bagaimana poligami terjadi di sekitar saya. Saya yakin poligami dapat mengeksplorasi kompleksitas yang dialami perempuan dalam kehidupan berkeluarga, dan melalui film ini, saya ingin memperlihatkan hal tersebut.
Film ini menunjukkan pandangan saya terhadap kota yang saya tinggali, perempuan-perempuan lain yang juga tinggal di sana, serta apa yang saya sendiri lihat, dengar, dan rasakan.
2. KISAH CINTA YANG ASU (LOVE STORY NOT)
Director : Yosep Anggi Noen
(2015/ Color/ 30 minutes/ Indonesian with English Subtitle/ Digital)
Sinopsis:
Cerita tentang tangguhnya perempuan-perempuan membuat makna baru soal maskulinitas. Ning dan Martha adalah sepasang pelacur dari dua kelas yang berbeda: Ning pelacur jalanan, Martha pelacur kelas hotel mewah. Mereka terlibat cinta segitiga dengan Erik, seorang pemuda yang ternyata hanya memanfaatkan perempuan-perempuan tersebut untuk menjamin kebutuhan ekonominya.
Pernyataan sutradara:
Perempuan selalu menjadi fokus utama film-film saya, yang membuat kehadiran figur laki-laki tampak seperti pecundang yang lemah. Dalam film ini pun figur seperti itu hadir, yang diperankan oleh saya sendiri.
Sebagai pria protagonis yang payah, karakter saya terjepit di tengah kesulitan. Ia sebenarnya hanyalah pria lemah yang berusaha mempertahankan martabatnya dengan kekuatan palsu.
3. THE FOX EXPLOITS THE TIGER’S MIGHT
Director: Lucky Kuswandi
(2015/ Color/ 24 minutes/ Indonesian with English Subtitle/ Digital)
Sinopsis:
The Fox Exploits the Tiger’s Might bercerita tentang dua anak laki-laki pra-remaja yang sedang bergulat dengan seksualitas mereka, serta hubungan antara seks dan kekuasaan, di sebuah kota kecil yang sunyi tempat bercokolnya basis militer. David adalah anak jenderal yang sombong dan suka memamerkan kekayaan ayahnya, sementara Aseng datang dari keluarga etnis minoritas pedagang tembakau yang menjual minuman keras selundupan.
Pernyataan Sutradara:
Ada simbiosis dalam militer dan seks: kekuatan seksual dan fetish dalam pakaian seragam, dan bagaimana setiap inci dari pakaian itu membangun budaya hiper maskulinitas. David, seorang anak jenderal, dibentuk oleh kekuasaan dan agresi yang ternyata menekannya secara seksual. Sementara itu, Aseng, yang hidupnya ditekan oleh militer era Soeharto, menggunakan seks untuk memberontak melawan kondisi itu.
Saya sangat tertarik menelaah permainan dan proses transfer kekuasaan dan seks di antara dua remaja ini. Film ini berlatar tahun 1998 ketika Soeharto baru saja memenangkan pemilihan presiden yang menyebabkan penyalahgunaan kekuasaan terus berlangsung. Aseng yang keturunan Tionghoa menjadi korban kekuasaan, padahal ia ingin menjadi pelakunya. Film ini membahas bagaimana represi memicu agresi, idealization, dan fantasi.
[Undangan terbuka, mohon bantu sebarkan undangan ini]
Sabtu, 30 Mei 2015
Saturday, 30 Mei 2015
19.30 – 21.00 WITA
at Minihall Irama Indah
(www.iramaindah.com)
Jl. Diponegoro 114, Denpasar
Info lebih lanjut klik minikino.org dan follow Twitter @minikinoevents.