Pementasan drama akan mewarnai peluncuran novel The Widow of Jirah.
Karya Cok Sawitri tersebut diterjemahkan oleh Suliati Boentaran sedangkan pertunjukan disutradarai Ida Ayu Wayan Arya Satyani.
Pementasan yang boleh dikata sebentuk total art ini melibatkan 80 seniman, mengalihkreasikan bab IV novel tersebut –yang dalam versi bahasa Indonesianya bertajuk “Janda dari Jirah.
Pementasan dan peluncuran The Widow of Jirah akan berlangsung Jumat hari ini pukul 19.30 Wita di Bentara Budaya Bali, Jalan Prof. Ida Bagus Mantra 88A Ketewel.
Pertunjukkan ini merupakan kerja sama Kelompok Tulus Ngayah, Bhumi Bajra, Sound Garden dan Komunitas Jirah serta didukung Bentara Budaya Bali. Mereka akan menghadirkan harmonisasi sejumlah alat musik, semisal rebab, gamelan selonding, berikut alat-alat musik lain; selaras secara keseluruhan dengan tata gerak dan tata artistiknya.
Bertindak sebagai penata artistik, meliputi lampu dan panggung adalah Cok Sawitri, Ida Bagus Dharma Wibawa, S.Sn. dan Gung Anom Darsana dari Antida Sound Garden.
Sebagai penata gerak adalah Ida Ayu Wayan Arya Satyani, koreografer perempuan muda Bali yang paling potensial saat ini. Ia juga memiliki sejumlah pengalaman pertunjukkan di berbagai belahan dunia, dikenal pula sebagai penggerak utama komunitas seni budaya Mahabajra Sandhi, pimpinan Ida Wayan Granoka yang berpusat di Banjar Batukandik, Padang Sambian, Denpasar.
Pada pementasan ini, secara khusus akan ditampilkan pula pemusik klasik asal Korea, Ji Tae Chung, pascasarjana Institut Seni Indonesia Denpasar. Komposer memainkan suling korea Dae Geum, di mana teks novel terpilih dialihciptakan menjadi peristiwa panggung yang imajinatif sekaligus kontemplatif. Seluruh unsur pertunjukkan, baik suara, gerak, dan artistik disublimasikan guna meraih kesatupaduan.
Novel Janda dari Jirah (2007), nominasi Katulistiwa Award ini, diterjemahkan dan diterbitkan secara indie di Amerika Serikat. Ini terbilang sebuah upaya terobosan yang mengejutkan, mengingat novel ini disebut-sebut sebagai salah satu penerima hibah subsidi untuk diterjemahkan dalam rangka sebuah festival buku pada Oktober 2015 nanti.
“Penerjemahan ini melalui proses komunikasi yang panjang dengan ibu Suliati Boentaran, lebih dari setahun lamanya untuk mencapai kesepakatan,“ ujar Cok Sawitri, yang juga menerbitkan novel “Tantri: Perempuan yang Bercerita”, serta dikenal sebagai penyair dan penggiat teater.
Novel Janda dari Jirah ini ditulis melalui riset panjang, hampir 15 tahun, serta diawali dengan satu siklus pementasan teater sebanyak empat sekuel.
Tiga sekuel telah dipentaskan, bermula pada 1999 yaitu “Monolog Pembelaan Dirah”, kemudian pada 2002 bertajuk “Badan Bahagia” serta “Wisudha Gumi” yang dipertunjukkan pada 2005. Adapun sekuel keempat belum dipentaskan, dan bahkan diwujudkan terlebih dahulu sebagai novel bertajuk Janda dari Jirah (tahun 2007).
Cok Sawitri, lahir di Sidemen, Karangasem, Bali, 1 September 1968. Pertengahan t2006, ia berkolaborasi dengan Dean Moss dari New York dalam acara Dance Theater. Karya-karya pertunjukkan Cok sawitri adalah Meditasi Rahim (1991), Pembelaan Dirah dan puisi Ni Garu (1996), Permainan Gelap Terang(1997), Sekuel Pembelaan Dirah ( 1997), Hanya Angin Hanya Waktu (1998), Puitika Melamar Tuhan (2001), Anjing Perempuanku(2003), Aku Bukan Perempuan Lagi (2004), Percakapan Sunya Nirvana(2010).
Novelnya Janda Dari Jirah (2007), Sutasoma (2009), Tantri: Perempuan yang Bercerita (2011), serta buku terkininya; Baruni Jembatan Surga (kumpulan cerpen), Setahun Kematian Semilyar Nyanyianku Mati, Kiamatku dalam Jarak 3 Centimeter (buku puisi) serta Widow of Jirah (terjemahan novel Janda dari Jirah). Ia menerima Anugerah Dharmawangsa tahun 2010.
Ida Ayu Wayan Arya Satyani, seniman kelahiran 17 September 1977. Ia merupakan seorang penari, koreografer. Bergabung di sanggar Bajra Sandhi, ia pernah mengikuti program “Children of Bali” yang pentas di 10 negara bagian di Amerika, sebagai penari “Body Cak” di San Francisco AS, sebagai koreografer bekerja sama dengan The Theatre Practice yang membuat pertunjukan drama berlatar belakang budaya Bali dengan judul “The Missing Sun” di Australia, dll.
Suliati Boentaran, selama 15 tahun terakhir mengendalikan perusahaannya di San Fransisco. Berpendidikan formal di bidang manajemen dan secara profesional berkarier di bidang manajemen keuangan, dengan jabatan terakhir Director of Planning and Business Development di perusahaan multinasional. [b]