Oleh I Nyoman Winata
Berita di Kompas Selasa (25/11) Halaman Nusantara tentang penangkapan seorang tersangka tindakkan premanisme menyusul kekerasan yang terjadi disebuah diskotek di Denpasar menghentakkan saya. Bagaimana tidak ketika Polri dengan pimpinannya yang baru sedang gencar-gencarnya memberantas Preman, di Bali justru prmenisme makin menggila. Saya ingat tulisan saya tentang” Denpasar Kota Milik Para Preman” di blog ini beberapa bulan lalu dan kini saya mungkin lebih pas menyebut “Denpasar Surganya para Preman”.
Kalau saja Kapolda Bali sensitivitasnya masih baik, maka harusnya Beliau Malu setengah mati. Bagaimana tidak, perang melawan Premanisme berhembus kencang dan telah menjadi instruksi pimpinan tertinggi Polri lalu kemudian tindak kejahatan premanisme justru terjadi diwilayah kerjanya? Seharusnya di masa seperti sekarang ini pra preman tiarap, sibuk menyembunyikan diri bukan malah membuat keonaran. Bagi para Preman, Institusi Polri khususnya Polda Bali sepertinya sudah dianggap tidak berarti apapun. Apakah memang sebenarnya di Denpasar Preman jauh lebih berkuasa dari Polisi? Jangan-jangan di Denpasar justru Polisi takut dengan Preman?.
Premanisme menjadi hal yang sulit untuk ditundukkan. Belum ada formula cess pleng yang bisa mengurai akar premanisme di Kota Denpasar. Apalagi premanisme telah memasuki begitu jauh wilayah politik di Bali. Tidak ada wilayah politik yang bebas dan bersih dari unsur premanisme karena premanisme melelui organisasinya telah menjadi mesin politik bagi parpol.
Banyak pejabat yang berlindung diBalik organisasi premanisme terutama mereka yang duduk di lembaga wakil rakyat. Bahkan tidak sedikit dari para wakil rakyat adalah preman itu sendiri. Ini bukan fenomena di Bali saja, disemua kota dan kabupaten bahkan DPRRI juga banyak dikuasai kaum preman.
Karena itulah menjadi sangat sulit bagi institusi Polri untuk memerangi premanisme. Pada kasus di Denpasar Bali, institusi Polri nampaknya benar-benar telah dilecehkan oleh para preman. Preman merasa telah hidup dinegara yang dimilikinya sendir, dimana kekerasan yang dilakukannya dianggap tak akan membuat hukum dan polisi keras terhadap mereka. Dipenjara 2- 3 tahun tidaklah lama meski ia adalah seorang tokoh preman. Apalagi setelah keluar penjara ia justru akan menjadi preman yang semakin disegani.
Hukum dengan perangkatnya bukan membuat preman jera melainkan semakin mengukuhkan eksistensinya, bahwa ia adalah preman sejati yang sudah menganggap hidup dan mati itu sama. Kalau sudah begini penegakkan hukum menjadi sia-sia. Tetapi tidak berarti Kapolda Bali memilih diam. Tegaslah kepada kelompok preman dan jangan justru berkonspirasi.
Kapolda harusnya berkata begini kepada pimpinan Preman “Jika Anda berbuat Onar di Denpasar atau Bali, saya akan tangkap dan adili Anda bahkan bila perlu saya Penjara Anda. Usaha Anda akan saya tutup”. Tapi mungkin hal ini akan sulit terjadi. Lha, Memebrantas Togel yang sudah terang-terangan merajelala saja tidak mampu.
hi i have added ur blog name in the my blog list . check out friend and add my blog also pls(link back) thank u in advance..
My blog name is –> http://www.charmingactresses.blogspot.com
Saya harus segera bersembunyi. kali aja foto preman saya ditemukan dan ditelusuri. cepat cepat !
jangan2 preman dan pihak berwajib itu “sodara kandung”, LOL