Menyimak buku seni rupa kerap memberikan pengalaman tersendiri bagi pembaca.
Tak hanya menghadirkan ulasan mendalam tentang makna di sebalik karya, buku ini juga mengajak pembaca untuk langsung menikmati wujud visual dari karya tersebut dalam tampilan dua dimensi di atas kertas.
Tidakkah buku seni rupa adalah sebentuk pameran atau peristiwa seni tersendiri?
Pustaka Bentara, program bulanan Bentara Budaya Bali pada Minggu 7 Agustus 2011 pukul 19.00 nanti akan memperbincangkan seputar buku-buku seni rupa. Pustaka Bentara merupakan diskusi rutin di Bentara Buda Bali. Topiknya buku-buku dengan berbagai tema, hasil karya penulis Indonesia maupun Internasional.
Kegoatan ini diselenggarakan di Bentara Budaya Bali jalan Prof. IB Mantra 88 A, By Pass Ketewel. Kali ini Pustaka Bentara akan membahas tema “Buku Seni Rupa: Dari Mata Hingga ke Isi”. Diskusi akan mengulas kekhasan isi buku seni rupa serta tata letak dan tampilan visual sebagai ciri yang membedakannya dengan buku jenis lain. Pembicaranya Kun Adnyana, perupa dan dosen di Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar yang belakangan kerap bertindak selaku kurator seni.
Selain intensif mengikuti pameran seni rupa di berbagai kota, finalis UOB Art Awards 2011 ini juga menulis kritik seni rupa dan kebudayaan di berbagai media massa, seperti Kompas, Media Indonesia, majalah Visual Arts, dll. Kumpulan tulisan peraih Widya Pataka dari Pemerintah Provinsi Bali (2007) ini bertajuk Nalar Rupa Perupa. Bersama Dr. M. Dwi Marianto menulis buku Gigih Wiyono; Diva Sri Migrasi. Bersama Dr Jean Couteau dan Agus Dermawan T menulis buku Pita Prada (Biennale Seni Lukis Bali Tradisional). Turut merintis Bali Biennale 2005, sebagai committee dan juga kurator Pra-Bali Biennale-Bali 2005.
Juwitta Lasut, pekerja budaya di Bentara Budaya Bali mengatakan, kegiatan ini diharapkan dapat menjalin diskusi intens tentang seni rupa sehingga bisa memberi wawasan kepada setiap peserta. “Sebab dengan mempelajari seni, kita tak hanya menjadi peka secara estetik, tetapi lebih jauh lagi, menumbuhkan sensitivitas sosial dan apresiasi terhadap seni-budaya” ujarnya. [b]
Naskah dikirim Bentara Budaya Bali. Ilustrasi karya Kun dari Hanna Art Space.