Oleh Janet De Neefe
Jalanan Ubud kini berdengung oleh keramaian musim liburan. Perabuan akbar keluarga raja telah berlalu namun wisatawan tetap tinggal. Mantra, “Bali telah pulih” melayang-layang di udara laksana arus hangat yang menyelimuti khalayak dengan rasa optimis dan percaya diri.
Program Festival membludak dengan kejutan baru nan mengasikkan. Penulis jauh dan dekat akan berdatangan dari lebih dari 20 negara seperti Australia, Austria, Burma, Kanada, Cina, Mesir, Hong Kong, Hongaria, India, Jordan, Malaysia, Meksiko, Selandia Baru, Nigeria, Palestina, Singapura, Thailand, Timor Leste, Turki, Belanda, Inggris dan AS.
John Berendt akan mengantar kita pada suatu perjalanan tak terlupakan ke tanah subur sabana di Georgia, AS. Novel kondangnya, Midnight in the Garden of Good and Evil, adalah kisah nyata tentang pembunuhan yang dihidupkan oleh sekumpulan karakter nyentrik seperti dara cantik dari keluarga berada, gigolo dan waria, tukang tipu dan dukun voodoo. Berendt akan menghipnotis pemirsa dengan rayuan kisahnya yang ia lantunkan selama santap siang di Maya Resort.
Ujung tombak kumpulan pembicara Australia adalah komentator sosial, aktivis hak Aborigin dan penulis termasyur Alexis Wright yang berasal dari suku Waanyi di kawasan Teluk Carpentaria. Novelnya yang berjudul Carpentaria merupakan kisah epik kehidupan rentan di kota pesisir Desperance yang meraih penghargaan Miles Franklin Award 2007.
Faith Adiele adalah penulis Nigeria-Norwegia yang menulis tentang pengalamannya menjadi pendeta Buddha kulit hitam pertama di Thailand dalam Meeting Faith: An Inward Odyssey. Bukunya meraih penghargaan PEN/Beyond Margins. Kedua penulis non-fiksi ini akan membahas pentingnya berbagi cerita, identitas dan bagaimana menyampaikan kebenaran.
Salah satu talenta baru terpanas India, Aravind Adiga, akan ikut serta pula. Penulis The White Tiger ini akan menampilkan salah satu buku favorit saya tahun ini. Sebagaimana diulas Sunday Times UK, novel ini ‘Tak seperti novel India lainnya yang telah Anda baca belakangan ini, novel yang menggugah ini menawarkan potret gamblang, dan marah negara itu dari sudut pandang mereka yang ada di kalangan bawah; tak ada secuilpun aroma saffron maupun gemulai sari.” Tokoh utamanya, Balram, adalah sosok menarik yang alasannya menjadi pembunuh jadi teramat mudah dimengerti di akhir cerita, namun yang lebih mengesankan lagi adalah noda-noda kehidupan India yang digali Adiga: korupsi, sistem kelas sosial dan kekejian balas dendam yang keterlaluan.
Merujuk pada acara akrab, The Storytellers Club (Klab Penutur Cerita) akan merayakan seni tertua dunia ini dengan malam luar biasa berisi penuturan cerita gaya lama di Klab Festival Casa Luna. Penulis dan aktor terkemuka kami akan bersantai mengambil mikrofon dan memintal serat-serat cerita eksotis serta bualan.
Bagi mereka yang menyukai sarapang, Ubud Writers & Readers Festival akan menyajikan pagi berenergi tinggi penuh humor cerah dari para penulis cemerlang, nyentrik dan bintang-bintang yang ‘kurang manis’ dalam pagi berjudul “Brilliant at Breakfast”. Menurut Oscar Wilde, hanya orang-orang membosankan yang “cemerlang pada waktu santap pagi”. Festival ini memilih untuk kurang (atau mungkin sangat) setuju!
Semua ini menciptakan perpaduan Barat dan Timur yang cemerlang. Simaklah! [b]
Catatan: Artikel ini dikirim Panitia ke email antonemus@yahoo.com juga dipublikasikan di website resmi Ubud Writers & Readers Festival 2008.
penulis dari indonesia siapa saja bu??? makin meriah perayaan sastranya ya??
Ini kali pertama saya tahu ada festifal penulis dan pembaca. Gmana cara gabung untuk ikut menyaksikan festifalnya ya? Apa ada undangan & penginapan di tempat khusus yang bisa di booking?