Oleh I Nyoman Winata
Beragama yang taat sangatlah dianjurkan. Tetapi ada pula anjuran; Jangan Terlalu Serius Beragama!! Terlalu serius beragama lebih banyak menyimpan akibat yang tidak selalu bermanfaat. Orang yang terlalu serius beragama lebih sering terjebak pada kehilangan akal sehat bahkan hati nuraninya. Rasa kemanusiaan pun rentan terpupus habis dihati mereka yang terlalu serius beragama dan takut secara berlebihan terhadap Tuhannya.
Sejarah dunia sudah mencatat apa akibatnya ketika umat manusia terlalu serius beragama. Ratusan ribu bahkan mungin puluhan juta nyawa manusia melayang akibat orang terlalu serius beragama dan merasa begitu takut dengan Tuhan. Perang Salib adalah sejarah besar tentang perang atas nama agama yang dicetuskan oleh manusia-manusia yang menganggap agama adalah segala-galanya.
Hingga kinipun masih banyak nyawa manusia yang harus meregang karena kuatnya paham-paham keagamaan. Memang semua perang atas nama agama ini tidak sepenuhnya demi agama, karena toh kepentingan kekuasaan dan politik sangat kental terasa didalamnya.
Apa yang kita saksikan beberapa waktu belakangan di Indonesia adalah akibat jika beragama itu dianggap segala-galanya. Kekerasan justru menyeruak deras dan pelakunya bertindak sambil menganggungkan nama Tuhan!! Di mana hati nurani dan rasa kemanusiaan mereka? Wajah kebencian kepada sekelompok orang yang memiliki keyakinan berbeda ditebar seakan-akan kebenaran adalah miliknya seorang bersama kelompoknya. Kalau sudah begini, rasanya pilihan untuk tidak beragama akan jauh lebih bijak. Buat apa beragama jika karena agama itu kita merasa lebih dianjurkan dan direstui melakukan kekerasan.
Negara-negara yang sudah berusia ratusan tahun di belahan eropa, nampaknya bisa belajar dengan baik dari pengalaman mereka di masa lalu. Ketika agama mereka jadikan dasar negara, hanya kekerasan dan perang yang mereka tuai. Kini agama di negeri-negeri itu tidak lagi dijadikan yang utama dan ternyata kita bisa melihat banyak kemajuan yang mereka raih. Hidup dengan lebih sejahtera dengan teknologi yang maju pesat jauh lebih baik dari negeri kita Indonesia. Dunia juga memberi kita realitas bahwa tidak satupun negara yang sejahteraa saat ini, menggunakan agama sebagai acuan utama atau dasar negara. Justru negara yang menganggungkan agama, berada pada pertikaian tiada akhir.
Tetapi tidak berarti kemudian agama harus ditinggalkan. Agama tetap penting untuk kedalam diri kita sendiri. Agama penting agar kita bisa lebih mendengar suara hati kita. Agama penting agar kita punya tuntunan untuk tidak menyakiti sesama manusia atas nama apapun. Agama penting agar kita punya rasa hormat dan terima kasih pada Tuhan.
Dan jika ada yang bertanya pada saya, apa agamamu? Saya akan menjawabnya “Agama saya adalah agama yang mengajarkan Cinta” [b]