
Di tengah berbagai masalah yang melanda Taman Hutan Raya (Tahura) Bali, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan (Kemenko Infra) melakukan acara bersih mangrove (13/10). Acara tersebut dilakukan di Ekowisata Mangrove Batu Lumbang dan dihadiri jajaran Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi Bali, dan pemerintah Jerman.
Di bawah terik matahari, para peserta berdatangan. Sebagian besar mengenakan baju berwarna biru. Acara baru dimulai pukul 12:00 WITA, setelah iringan Kemenko Infra tiba di lokasi.
Acara ini merupakan seremonial kerja sama antara Indonesia dan Jerman. Salah satu proyek kerja samanya adalah Green Infrastructure Development (GID), program kerja sama bilateral yang dilaksanakan Kementerian Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan (Kemenko Infra) bersama Deutsche Gesellschaft Für Internationale Zusammenarbeit (GIZ). Proyek tersebut sudah dijalankan sejak tahun 2023 di empat provinsi, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali.
Acara dibuka dengan pidato Gubernur Bali, Wayan Koster. Melalui pidatonya, Koster menekankan pencemaran lingkungan sebagai salah satu masalah yang tengah dihadapi Bali. “Rusaknya ekosistem alam tergerus karena kecepatan laju pembangunan, terutama di sektor pariwisata,” ujar Koster.
Koster mengatakan Pemerintah Provinsi Bali tengah berupaya mengatasi permasalahan sampah. Pasalnya, selama ini sampah di Bali hanya ditumpuk, diangkut, dan dibuang, sehingga menimbulkan gunungan sampah seperti di TPA Suwung. Beberapa tahun terakhir, Pemprov Bali menggiatkan program pengolahan sampah berbasis sumber, dari tingkat desa, wilayah kota, hingga industri pariwisata.
“Kami mendapat arahan dari Pemerintah Pusat, yaitu pengolahan sampah dengan menggunakan teknologi untuk mengolah sampah menjadi energi,” ujar Koster. Dalam rangka mewujudkan Waste to Energy (WTE), Pemprov Bali sudah menyiapkan lahan minimal 5 hektar. “Dan memastikan produksi sampah minimum 1.000 ton per hari yang kami peroleh dari Kabupaten Badung dan Kota Denpasar, serta persyaratan yang berkaitan dengan regulasi daerah,” imbuhnya.
Hari itu hadir GIZ yang diwakili oleh Cooperation Area Lead Urban Development and Special Assignment, Thomas Foerch. Thomas menyampaikan sejumlah kerja sama yang telah dilakukan Indonesia dan Jerman dalam pengolahan sampah, yaitu pengembangan infrastruktur dan fasilitas pengelolaan sampah, mempromosikan program daur ulang, meningkatkan sistem pengumpulan sampah, penanganan sampah laut, dan peningkatan kapasitas pemerintah daerah.
Clean up event itu dihadiri oleh Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Menteri Koordinator Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan. AHY menyinggung sejumlah proyek infrastruktur di Bali. Ia menyebutkan infrastruktur breakwater atau pemecah gelombang.
“Kita ingin merestorasi pantai yang sudah mundur kurang lebih 15 meter dari kondisi awal di tahun 1980-an,” ujar AHY. Ia menyebut restorasi itu penting karena abrasi dapat berdampak pada pelaku usaha, sektor pariwisata, hotel, restoran, hingga mal yang ada di pesisir. Selain dengan pemecah ombak, restorasi juga dilakukan dengan mengisi kembali pasir-pasir laut.
Beberapa waktu lalu, Koster juga bertandang ke Jakarta untuk bertemu AHY. Dalam kesempatan itu, Koster menyampaikan tiga isu di Bali, yaitu tata ruang, kemacetan, dan sampah.
Persoalan tata ruang dikaitkan dengan banjir dan bencana lain yang terjadi beberapa waktu lalu. AHY menyinggung tata ruang yang disalahgunakan dapat menyebabkan kerugian material, kerusakan infrastruktur, dan menelan korban jiwa.
Masih berkaitan dengan tata ruang, ada juga isu kemacetan. “Ada paradoks. On one hand we want to attract more and many more tourism… Tapi at the same time, kita juga tidak boleh membiarkan terjadi eksploitasi terhadap Bali atas nama pariwisata,” singgung AHY.
Masalah terakhir yang ia singgung adalah masalah sampah. Ia mendukung upaya mengubah sampah menjadi energi baru dan terbarukan. Ini juga berkaitan dengan sampah yang ada di mangrove, sebagaimana tujuan utama acara hari itu. Mangrove memiliki sejumlah fungsi dalam mitigasi perubahan iklim, yaitu untuk menyerap dan menyimpan karbon, mencegah abrasi, hingga mengurangi emisi gas rumah kaca.
Acara utama pun tiba, beberapa instansi terpilih melakukan pembersihan mangrove dengan menaiki kano. Tidak semua peserta ikut turun membersihkan mangrove karena terbatasnya perlengkapan. Peserta yang tidak ikut membersihkan mangrove disuguhi mimuman dan makanan. Sayangnya, minuman yang dibagikan malah air minum dalam kemasan sekali pakai. Bungkus makanan yang digunakan pun menggunakan bahan-bahan sekali pakai. Meski begitu, di samping tenda terdapat tempat pemilahan sampah yang disediakan oleh Eco-Bali.
toto slot toto slot cerutu4d cerutu4d cerutu4d slot online situs togel monperatoto cerutu4d