Teks Pande Baik, Foto Ilustrasi Luh De Suriyani
Tak terasa ya, masa pemilihan kepala daerah sudah dalam hitungan hari. Setahun lalu ketika Negara ini melakukan hal yang sama, saya pun tak ketinggalan ikut serta menyukseskan pemilihan baik dengan berpartisipasi mencontreng juga sebagai seorang BLogger tentu saja melahirkan tulisan terkait. Demikian pula kali ini.
Lantaran memiliki dua latar belakang hal yang berbeda, untuk kali ini saya mengalami masa-masa kampanye dua calon kepala daerah yang berbeda pula. Berdasarkan pekerjaan sebagai Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Badung, mau tidak mau saya musti ikut serta dalam beberapa kegiatan kampanye dari baik terselubung maupun terbuka. Sebaliknya, berdasarkan domisili atau tempat tinggal di Pusat Kota Denpasar, mau tidak mau ya berhadapan juga dengan kampanye kedua kandidat yang sama-sama memiliki keterkaitan.
Kota Denpasar dan Kabupaten Badung, kakak beradik ini Selasa besok bakalan secara bersama-sama melakukan pemilihan kepala daerahnya. Kedunya sama-sama mempertaruhkan incumbent dan penantangnya. Melibas incumbent (begitu istilah orang), tidaklah mudah dilakukan. Karena biasanya sang incumbent akan menggunakan cara-cara pengerahan massa jajaran stafnya meskipun secara formal mereka berdalih alasan lain. “Bagaimana kami bisa melarangnya lha wong mereka juga yang mau,” kurang lebih begitu. Tapi, kalau mereka tidak mau ya siap-siap saja dimutasikan. Hehehe…
Menjadi incumbent ada untungnya juga. Keuntungan akan terlihat saat masa kampanye dimulai. Kata-kata yang digunakan sebagai jargon maupun program adalah keberhasilan pembangunan yang telah mereka lakukan sebagai kepala daerah sebelumnya. “Kami sudah membuktikannya’ atau ‘Bukan Sekadar Janji-janji.’ Lha wong kalo sudah begitu, bagaimana bisa para penantang mereka itu bisa ngomong? Ya, ‘gak ica ngomong…’ :p (Kata-kata dari Upin & Ipin).
Tapi salut juga dengan kandidat penantang sang incumbent. “Kami sudah siap kalah,” ungkap mereka. Padahal, tujuan utama ya tetap harus bisa memenangkan pertarungan.
Maka segala carapun dilakukan untuk meraih simpati masyarakat. Dari merangkul mereka yang selama ini terpinggirkan, mencari celah kelemahan lawan, hingga berusaha mencuri suara dengan ‘serangan rupiah’ di mana-mana. Tak lupa mencomot tembang rakyat ataupun dari Top 10 Indonesia yang kemudian disesuaikan liriknya agar pas saat dilantunkan sebagai Mars Kampanye.
Momen ini tentu saja dimanfaatkan betul oleh masyarakat. Mereka berlomba-lomba mengajukan proposal memohon sumbangan, pengaspalan jalan, sembahyang bersama dan sebagainya. Tujuannya satu: mengeruk keuntungan dari sang kandidat. Kapan lagi coba?
Terlepas dari kampanye dan pernak perniknya, saya berpaling jauh ke belakang. Saya mengingat kenyataan saat pemilihan Calon Legislatif ataupun Pemimpin Bangsa. Masih banyak masyarakat yang bersikap “tidak mau tahu” dengan urusan pemilihan ini. Mereka memilih untuk “tidak memilih”. Alasannya karena tidak ada yang, “Saje sujati –benar-benar murni membela suara rakyat saat mereka sudah menduduki kursi yang diidam-idamkan. Ada juga yang beralasan, ‘Toh hidup dan kesejahteraan saya tak jua berubah, siapa pun pemimpinnya.”
Yah, itu semua memang benar. Tapi bukankah wajar jika pada kandidat yang maju nanti tetap kita bebankan “perubahan” ketimbang berdiam diri?
Kali ini saya yakin masyarakat sudah tidak kesulitan lagi memilih siapa kandidat yang akan memimpin masing-masing daerahnya, Kota Denpasar maupun Kabupaten Badung. Karena toh kandidatnya masing-masing cuma dua paket. Kalo tidak si A ya si B. Bakalan makin susah kalau kita tetap Golput alias ‘tidak memilih’. Seperti banyolannya sang Dalang CenkBlonk. “Yen sing milih ya sing dadi ikut memiliki… Artine sing dadi protes yen seumpama ade kebijakan-kebijakan yang tidak sejalan dengan pemikiran.”
Kurang lebih begitulah..
Maka ya, kalau boleh, saya pinta sih mbok ya gunakan Hak Pilih Anda kali ini. Sebab, bagaimanapun juga satu suara sangat penting artinya bagi kedua kandidat. “Lumayan buat nambah-nambahin biar bisa beda-beda tipis antara kalah menangnya,” kata para Tim Suksesnya. Kalaupun masih tetap milih Golput ya apa boleh buat. Terserah Anda deh mau bagaimana besok. Hehehe.. [b]