Sudah hampir satu bulan masa jaga jarak diberlakukan.
Perasaan rindu pada keseharian pun makin terasa. Setiap hari berita di media pun makin menambah gusar. Angka kematian yang tinggi, jumlah yang terinfeksi bertambah, akses untuk tes laboratorium pun sulit, krisis ekonomi semakin nyata ditambah lagi akhir pandemi belum jua tampak.
Jika menilik hal-hal tersebut, menjadi cemas terasa wajar. Sungguh manusiawi.
Kami pun tak berbeda. Setiap hari berkonfrontasi pada realita. Setiap kami mengalami keresahan serupa. Pun, kami yakini kita umat dunia mengalaminya. Namun, satu hal yang tak ingin ditampik adalah bahwa gerakan “Jauh di Mata Dekat di Hati” menjadi tempat menyalurkan keresahan, menggali energi, menemukan secercah harap, mencoba merajut kekuatan.
Memasuki minggu ketiga, ide pun semakin beragam. Terkadang, muncul juga pertanyaan, apakah napas gerakan ini mampu menemani sepanjang pandemi? Apakah gerakan ini mampu menjaga energi jika ternyata pandemi lebih panjang dari yang diperkirakan?
Tentulah kecemasan tersebut lumrah. Namun, seperti kata seorang teman bilanh, “Biarlah gerakan ini menjadikan kita manusia. Jika lelah kita istirahat sebentar. Jika masih bisa bernapas mari lanjutkan.”
Berbicara energi, jika kami hanyalah kami, ini mustahil berumur panjang. Namun, karena ini telah menjadi milik bersama dan merupakan pekerjaan kolektif, ini terasa lebih niscaya.
Minggu ketiga diawali oleh penampilan Mba Happy Salma bersama Frischa Aswarini. Kedua perempuan pecinta puisi ini berbicara tentang bagaimana perempuan menjaga kreativitas & produktivitas selama pandemi. Juga bagaimana Mba Happy menjaga mood anak-anaknya selama harus #dirumahaja.
Selasa malam berlanjut dengan penampilan duo dara muda bali, Alien Child. Penampilannya sungguh enerjik juga penuh semangat. Sangat menyenangkan. Rabu malam, Wake Up Iris band asal kota Malang melanjutkan estafet dengan tampil pada sore hari. Selain tampil mereka juga cukup aktif mengajak penonton Instagram mereka berdiskusi. Penampilanya pun cukup panjang dan penuh antusiasme.
Hari Kamis, kami mengadakan diskusi cukup panas yakni tentang karantina wilayah dan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Narasumbernya Koordinator Forum Rakyat Bali Tolak Reklamasi (ForBALI) Bli Wayan Suardana Gendo. Diskusi yang semula berdurasi satu jam menjadi dua jam.
Cukup banyak penonton mengajukan pertanyaan tentang keputusan-keputusan pemerintah seperti PSBB dan konsekuensinya, rapat DPR tentang omnibus law juga tentang wacana sipeng di Bali yang sebelumnya membuat heboh.
Selanjutnya, Jumat malam, kami mengadakan ngobrol lucu dengan komedian Rare Kual. Lawakan yang edukatif dan berbahasa Bali, yang kami harapkan dapat menjadi satu sarana untuk mengedukasi masyarakat Bali dari segala usia untuk tetap #dirumahaja demi memutus tali penularan #Covid19.
Malam minggu kemarin, Zio dari Dialog Dini Hari tampil solo dengan lantunan piano bernyanyi menghibur penonton. Durasi yang awalnya tiga puluh menit menjadi satu jam. Penampilan Zio pun membawa suasana berbeda karena ini kali pertama penampil bermain piano di #konserdirumahaja.
Minggu ketiga ini kami juga berkolaborasi dengan komunitas The Pojoks. Para seniman akan menggambar potret daripada para pendonasi dengan cara berdonasi minimal Rp 150 ribu. Kegiatan ini berlangsung dari tanggal 10-24 April. Jika teman-teman tertarik mari buruan untuk berpartisipasi dengan menghubungi komunitas tersebut melalui DM Instagram @the_pojoks.
Kami juga tengah berkolaborasi dengan Yayasan AJAR, organisasi nirlaba yang berkontribusi di bidang hak asasi manusia di regio asia pasifik. Yayasan AJAR, akan membantu menggalang dana dari koneksi yang AJAR miliki. Sejauh ini, AJAR sudah memiliki beberapa kabar baik yang tengah berproses. Kami harap di minggu berikutnya kami sudah bisa menceritakannya disini.
Kami, juga berkolaborasi dengan @thebaliflorist untuk pengadaan surat tanda cinta dan terima kasih kami kepada tim tenaga kesehatan yang telah bekerja di garda terdepan. Sesuai rencana, kami akan mengirim barang donasi disertai surat karya kaligrafi tim dari @thebaliflorist.
Adapun pemasukan hingga Minggu pukul 18.00 WITA adalah:
No | Via | Jumlah (Rp) |
1 | BPD | 40.528.814 |
2 | Mayhem melalui BPD | 14.960.000 |
3 | GoPay | 2.335.000 |
4 | OVO | 1.808.467 |
TOTAL | 59.632.281 |
Adapun pengeluaran hingga Minggu pukul 18.00 WITA adalah:
No | Keterangan Belanja | Biaya (Rp) |
1 | Pembelian masker N95 kesatu (250 buah) | 5.000.000 |
2 | Pembelian masker N95 kedua (16 buah) | 800.000 |
3 | Pembayaran uang muka baju coverall (50%) (210 buah) | 5.250.000 |
4 | Pembelian kacamata proteksi (92 buah) | 930.000 |
5 | Pembayaran Faceshield (200 buah) | 3.050.000 |
6 | Pembayaran masker bedah (25 kotak) | 7.090.000 |
7 | Admin transfer 9x @ Rp 6.500 | 58.500 |
8 | Pembayaran baju coverall lunas sebanyak 210 buah | 12.750.000 |
9 | Membeli 4 buah kardus besar | 60.000 |
10 | Ongkir antar baju coverall dari garmen ke tim kita 3x | 50.000 |
Minggu ini kami hampir semua donasi kecuali masker bedah telah tiba. Kami pun membuka beberapa yang tidak disegel seperti faceshield yang memang harus dilihat apakah benar sesuai dengan gambar atau tidak. Di dalamnya pun terdapat imbauan untuk disterilisasi kembali sesampainya di rumah sakit tujuan.
Untuk baju coverall masih dalam plastik dan sepanjang minggu kemarin telah kami sisihkan per jumlah untuk setiap rumah sakit kloter 1 pertama ini. Setelah kami kemas di kardus, kardus tersebut kami semprotkan desinfektan kembali.
Senin ini, donasi kloter satu siap dikirim, untuk pengiriman ke rumah sakit di Denpasar dan sekitarnya. Kami menggunakan jasa antar guna mengurangi kontak. Oleh pengemudi barang akan diantar ditempat yang dituju, d imana ditempat tsb telah menunggu dokter penanggung jawab dan tim mereka. Dokter tersebur akan memotret foto barang-barang tersebut kemudian akan mengirim foto tersebut kepada kami melalui aplikasi pesan singkat.
Minggu keempat terdapat beberapa kejutan. Kami juga berusaha menghadirkan diskusi yang membangun dan mengisi. Semoga semesta selalu membantu kita. Semoga kawan-kawan juga mau menyisihkan sedikit rezeki agar APD untuk tenaga medis yang masih sangat dibutuhkan dan makin langka ini dapat tersalurkan ke setiap rumah sakit yang membutuhkan.
Sepanjang minggu ini, ada tiga instansi baru yang mendaftarkan tempatnya sebagai penerima donasi. Artinya, masih banyak APD yang dibutuhkan oleh para medis.
Semoga, donasi akan terus mengalir sesuai dengan kebutuhan alat perlindungan diri (APD) di lapangan juga semoga semangat kita tak kendur meski kabar berakhirnya physical distancing belum jua muncul. Semoga #konserdirumahaja dan #diskusidirumahaja dapat memberi sedikit jeda, pun menambah wawasan tentang bagaimana masa depan kita setelah pandemi berakhir.
Sampai jumpa Senin depan dengan laporan selanjutnya. Juga kolaborasi-kolaborasi lain yang semakin asyik dan beragam. Jangan ragu untuk memberi kami saran, kritik pun ide. Mari bersama-sama menjaga kewarasan.
Salam sehat selalu, mari menabung harapan dan bersolidaritas.
Tim Hijau Putih,