ForBALI kembali bergerak untuk melawan rencana reklamasi.
Pada Minggu, 29 Juli 2018, ForBALI beserta ribuan masyarakat BALI lainnya melakukan ritual persembahyangan Nyegara Gunung ke Pura Goa Lawah Klungkung kemudian berlanjut ke Pura Besakih Karangasem.
Persembahyangan ini merupakan perwujudan dari apa yang disebut umat Hindu Bali sebagai Nyegara Gunung, sebuah keyakinan di mana Gunung adalah sebagai perwujudan “Lingga”, sedangkan Segara (lautan) sebagai perwujudan “Yoni”. Lingga Yoni adalah simbolis Purusa Pradana. Secara niskala pertemuan tersebut akan melahirkan kekuatan maha besar.
Persembahyangan diawali dilakukan di Pura Goa Lawah Klungkung. Massa mengawali persembahyangan di Segara atau laut dan kemudian dilanjutkan melakukan persembahyangan di Pura Goa Lawah Klungkung.
Wayan Gendo Suardana, Koordinator ForBALI, menjelaskan bahwa persembahyangan ini karena kita ingin menghadap kepada semesta serta meminta restu kepada yang kuasa agar perjuangan kita pada 25 Agustus 2018 nanti bisa menang.
Sejauh ini, proses reklamasi Teluk Benoa sudah sampai pada tahap Analisis Mengendai Dampak Lingkungan (AMDAL) di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan sampai sekarang AMDAL saat ini belum lolos atau belum layak.
“Jika AMDALnya tidak layak atau tidak lolos sampai 25 Agustus 2018, maka proyeknya batal,” ujarnya.
Gendo menjelaskan alasan hukumnya adalah izin lokasi berakhir di 25 Agustus 2018 dan dan izin lokasi inilah yang memberikan alas hukum untuk pembahasan AMDAL. “Kalau penilaian AMDAL ini dinyatakan tidak layak dan izin lokasinya sudah habis maka otomatis izin proyeknya batal karena izin lokasinya habis,” imbuhnya.
Gendo juga mengatakan bahwa sampai detik ini perjuangan rakyat Bali dalam menolak reklamasi Teluk Benoa adalah perjuangan yatim piatu. Semisal lembaga DPRD Bali masih tidak berani bersikap secara kelembagaan dan serius terkait isu reklamasi ini. Ia mengatakan di Bali kita tidak punya siapa-siapa.
“Sebab Gubernur Bali yakni Made Mangku Pastika sikapnya pro terhadap reklamasi Teluk Benoa dan DPRDnya secara kelembagaan tidak berani bersikap. Kalaupun ada DPRD yang bersikap itupun secara individu, dan sampai detik ini secara kelembagaan tidak ada. Hanya memainkan isu reklamasi dalam konteks kepentingan politik kekuasaan,” tegasnya.
Gendo juga menegaskan bahwa Gubernur Made Mangku Pastika merupakan Gubernur yang bisa dikatakan meraih sebuah rekor. Sebab ia salah satu Gubernur yang didemo oleh rakyatnya sedari masa kepemimpinan periode kedua hingga jabatannya mau habis. Gendo juga mengatakan bahwa dirinya tidak berharap banyak terhadap gubernur terpilih.
“Ada atau tidaknya upaya Gubernur dalam penghentian reklamasi Teluk Benoa, rakyat akan terus berjuang karena proses kesejarahan pergerakannya tidak boleh terpotong hanya karena urusan-urusan kontestasi politik,” tutupnya.
Acarapun dilanjutkan dengan melakukan persembahyangan ke Pura Besakih Karangasem. Sesampainya di Pura Besakih, massa mulai melakukan persembahyangan ke pedharman masing-masing serta melakukan persembahyangan bersama di Pura Penataran Besakih. Sesudah itu ForBALI juga mendapatkan kesempatan berdiskusi dengan Bendesa Adat Desa Adat Besakih serta Pemangku di Pura Besakih, terkait tujuan dari persembahyangan Nyegara Gunung ini dilakukan.
Bendesa Adat Desa Besakih Jro Mangku Nyoman Widiarta mengapresiasi kegiatan Nyegara Gunung yang dilakukan oleh ForBALI. “Tentunya saya mengharapkan yang terbaik, saya mendoakan yang Bali yang terbaik. Apapun perjuangan yang saudara sekalian lakukan, saya mendoakan agar Bali tetap ajeg,” pungkasnya.
Di samping itu Pemangku Pura Besakih juga merespon bahwasannya beliau akan selalu mendukung segala kegiatan- kegiatan ForBALI dalam menolak reklamasi Teluk Benoa terlebih lagi itu untuk kebaikan alam dan lingkungan Bali. Dalam diskusi itu, anggota ForBALI juga mengumpulkan dana punia dan terkumpul Rp 2.932.000 yang diserahkan kepada Jro Mangku dan disaksikan oleh Bendesa Adat Besakih. [b]